Tap. Tap. Tap. Tap. Tap.
Tanjirou berlari di atas pagar bambu. Semenjak menjalani latihan dari Urokodaki untuk melatih nafas konsentrasi penuh selama seharian, tubuh Tanjirou sudah mengalami kemajuan. Paru-parunya menjadi semakin kuat.
"Yo, Tanjirou." Kira datang menyapa Tanjirou.
Dari jauh saat mencium bau Kira, Tanjirou lebih dulu berhenti. Ia tidak mengira Kira akan berdiri dengan santainya di atas pagar kayu ini. Menyapa Tanjirou dengan senyuman hangat yang mampu membuat wajahnya memerah.
"Kira-san? Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Tanjirou.
"Tentu saja melihatmu berlatih." Kira menjawab sambil menunjuk Tanjirou dengan wajah yang polos.
"Eh? Apa kau selama ini memperhatikanku Kira-san?"
Sebenarnya Tanjirou bertanya hal seperti itu bukan karena terlalu percaya diri. Ia hanya asal menebak dan mengucapkan kalimatnya. Tanjirou tidak tahu kebenarannya.
"Kau baru tahu? Padahal aku selalu memperhatikanmu, loh."
Tanjirou cukup terkejut saat mendengar jawaban jujur Kira. Hidungnya bahkan tidak mencium bau kebohongan. Jawaban itu memang murni dari sebuah kejujuran.
"Mengapa kau memperhatikanku Kira-san?"
"Itu karena aku sangat suka melihat orang yang selalu bekerja keras sepertimu, Tanjirou."
***
Lima belas hari berlalu...
Saat malam hari di kediaman Kira...
Giyuu berdiri di depan pintu. Ia menunggu sang pemilik kediaman untuk membukakan pintunya.
Saat pintu terbuka, nampaklah sosok Kira yang sudah lengkap dengan seragam dan pedang Nichirinnya. Ia terlihat sangat rapi, seperti ingin pergi ke suatu tempat. Penampilan itu membuat dahi Giyuu berkerut heran.
"Kau mau kemana Kira?"
"Ingin ke tempat Kochou-san."
"Kenapa?"
Kira mematap manik biru laut Giyuu. Manik biru yang masih sama disaat pertama kali ia melihatnya. Manik yang memancarkan seberkas cahaya dalam kehidupan Kira. Sangat menenangkan.
"Karena aku ingin melihat Tanjirou dan teman-temannyam" Jawab Kira seraya mengedikkan bahu.
"Kenapa tidak besok? Mereka pasti sudah tidur."
"Aku hanya ingin memastikan saja."
Kira jalan melewati Giyuu yang masih berdiri. Langkahnya terhenti tepat di samping Giyuu. "Kau sendiri. Kenapa malam-malam begini datang ke tempatku, Giyuu-san?" Tanyanya.
"Aku ingin menginap. Tidak boleh?"
"Boleh kok. Hanya saja, sedikit aneh."
Setelah mengatakan kalimat tersebut, Kira benar-benar pergi. Ia sama sekali tak menoleh pada Giyuu. Giyuu sendiri pun tidak mempermasalahkan hal itu.
Giyuu kemudian masuk dan mengganti serangamnya dengan yukata untuk tidur. Membentang futon, lalu berbaring merebahkan diri sambil menunggu Kira kembali.
"Aku tahu kau marah padaku, Giyuu-san."
"Aku akan mengerjakan misi bersama Tanjirou, Zenitsu, dan juga Inosuke. Aku bersikeras untuk membantu Rengoku-san."
"Tidak mengerjakan misi bersamamu kurasa hal yang bagus. Dengan begitu, Giyuu-san bisa menenangkan diri selama aku pergi."
"Tidak apa, kan?"
"Kau harus berjanji padaku untuk tidak mencari gara-gara dengan Shinazugawa-san. Karena dia tidak salah. Dia tidak tahu apapun soal yang kemarin."
"Gomen."
"Hah." Giyuu menghela nafas. Ia berpikir sampai kapan Kira akan menyadari hal yang sebenar-benarnya.
'Kemarin Shinazugawa. Lalu kemudian Rengoku. Dan sekarang tiga bocah Mizunoto itu. Esoknya siapa lagi yang akan kau beri perhatian lebih, Kira?'
Giyuu menjadikan kedua lengan sebagai pengganti bantalan untuk kepala. Bola birunya memandang lurus ke atas. Melihat langit-langit tempat Kira bernaung.
'Semua hal itu sama saja dengan kau tidak memperhatikanku. Kapan kau akan mengerti?'
***
Kediaman Shinobu...
Kira mencari Tanjirou di ruang perawatan, tapi tidak ada. Yang ada hanya Zenitsu dan Inosuke yang sudah tertidur pulas. Kemudian Kira mencari di ruang latihan, tidak ada juga.
Kemampuan Kira seketika aktif saat merasakan dua hawa yang berbeda jenis di atas. Tepatnya di atap. Itu adalah hawa milik Tanjirou dan Shinobu. Mereka sedang membicarakan sesuatu.
Saat sadar Kira merasakan hawa dua orang tersebut, Kira langsung pergi keluar untuk menemui mereka. Namun niatnya terhenti ketika ia merasa hawa kesedihan dan kemarahan dari Shinobu.
Kira memilih pohon terdekat dan bersembunyi di atas dahan dan daun-daun yang rimbun. Sebisa mungkin ia tidak mengeluarkan bunyi suara yang akan membuat Tanjirou dan Shinobu menyadari keberadaannya.
Pohon yang di tempati Kira tidak terlalu jauh, jadi ia bisa melihat Shinobu yang sedang berbicara pada Tanjirou sambil menundukkan kepalanya. Kira tidak terlalu mendengar perkataan Shinobu. Tapi setelahnya, Shinobu berdiri dari posisi duduknya dan menatap Tanjirou sebentar lalu menghilang dengan bunyi gemerincing lonceng mengiringi.
'Kochou-san mungkin mengingat kematian kakaknya.' Tebak Kira.
***
Tanjirou menengadahkan kepala. Ingin melihat bulan purnama yang bersinar terang. Tapi yang didapati oleh penglihatannya adalah wajah Kira yang lagi-lagi sangat dekat dengan wajahnya.
"Konbanwa, Tanjirou."
Kira mengambil tempat di samping Tanjirou. Menduduki tempat Shinobu sebelumnya. Tanjirou memperhatikannya dengan sedikit melamun.
"Bagaimana latihanmu?" Pertanyaan itu mengembalikan pemikiran Tanjirou yang terbang entah kemana.
"Ah iya. Latihanku berjalan dengan lancar Kira-san." Jawabnya dengan semangat.
"Yokatta na." Kira tersenyum simpul. Mata merahnya terpejam.
"Tanjirou." Panggil Kira. Dan Tanjirou menoleh. "Kenapa kau mau berlatih susah payah, sedangkan temanmu tidak?"
"Itu karena jika aku bisa maka aku akan mengajari mereka nantinya." Jawab Tanjirou dengan penuh semangat.
"Yappari. Tanjirou itu orang yang sangat baik." Ucap Kira. Ia kembali tersenyum.
"Ah-"
Tanjirou tidak tahu harus membalas apa. Penilaian Kira terhadapnya sama dengan penilaian Shinobu. Kira dan Shinobu menganggap bahwa dirinya adalah orang yang baik.
Tanjirou sempat terdiam beberapa saat sebelum ia teringat akan hal yang ingin ditanyakannya sedari awal. Hal yang membuat Tanjirou penasaran.
"Kira-san, boleh aku bertanya sesuatu?"
"Tentu."
"Mengapa mata Kira-san bisa menyala?"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
HIKARI ; Kimetsu no Yaiba [COMPLETE]
Fanfiction[Sudah Direvisi] My Original Character : Mizuki Kira. Happy Reading :) ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Cahaya. Sesuatu yang sangat aku sukai. Terlebih pada cahaya bintang jatuh. Sangat indah. Itulah yang dipikirkan olehku. Tapi, cahaya yang sangat kusukai...