Chapter 40

1.1K 147 0
                                    

"Kalau tidak mau ya sudah."

Kira memakan Onigiri yang ditolak mentah-mentah oleh Tanjirou dan Inosuke. Wajahnya terlihat begitu imut di mata Zenitsu ketika Kira memakan Onigiri tersebut. Membuat Zenitsu tersenyum senang.

'Kira-san memang sangat cantik dan manis.' Batin Zenitsu.

"Oi sialan. Katamu dia ada disini."

Pendengaran tajam Zenitsu menangkap suara asing. Satu lagi suara seseorang sedang menguyah makanan. Suara itu berada di luar ruangan. Tepatnya kira-kira 200 meter dari luar jendela.

Zenitsu melihat seorang pria berambut putih dengan pedang kayu di tangannya, sedang mencengkram haori milik pria berambut hitam dengan makanan di mulutnya. Nampaknya pria berambut putih itu sangat marah pada pada pria berambut hitam yang tengah menunjuk kearah jendela. Sedangkan si pria berambut hitam tampak tidak peduli dengan yang dilakukan pria berambut putih.

"Wah enak sekali."

Kira masih sibuk makan di lantai. Tidak tahu dengan hawa keberadaan dua pria yang mencari-carinya di luar sana. Zenitsu menatap Kira dan bertanya dengan nada ragu.

"Ki-Kira-san?"

"Hm. Nani Zenitsu?" Kira tidak mengalihkan pandangannya.

"Apa kau merasa punya kenalan pria berambut putih dan hitam?"

"Aku punya banyak kenalan pria yang berambut putih dan hitam Zenitsu." Jawab Kira acuh tak acuh.

"Bukan. Maksudku, begini sebenarnya-"

Belum lagi Zenitsu menuntaskan ucapannya, dua pria tadi sudah berdiri di luar jendela. Pria yang berambut putih berdiri dengan pedang kayu yang diletakkan diatas bahu dan pria yang satu lagi berdiri di sampingnya sambil menguyah Onigiri yang sudah habis. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apa-apa, tapi auranya sangat menyeramkan.

Manik coklat madu milik Zenitsu menatap horor pada dua pria tersebut. Pasalnya dari suara detak jantung mereka, Zenitsu tahu jika kedua pria ini sedang kesal.

Kesal pada Kira tentunya.

Sementara Kira masih anteng duduk di lantai menghabiskan Onigirinya. Ia menjilati jari-jari tangannya. Tidak menyadari jika dua manusia berdiri di luar jendela dengan aura menyeramkan yang sangat pekat.

"Wah. Onigirinya enak sekali." Kata pria berambut hitam dengan santai.

"Kelihatannya duduk dibawah sana menyenangkan, ya." Yang berambut putih berucap dengan nada penuh akan penekanan.

Glek.

Kira menelan ludahnya kasar. Sebulir keringat meluncur di pelipis. 'Ya ampun aku ketahuan.'

Kira mendongakkan kepala kebelakang. Dengan posisi masih membelakangi jendela. Senyum tak berdosa andalannya keluar.

"Giyuu-san. Shinazugawa-san"

Ah. Bagaimana Kira bisa melupakan dua orang ini.

Dimana kemampuan mendeteksi hawa keberadaan orang lain milik Kira?

Benar juga.

Kemampuan Kira untuk medeteksi hawa keberadaan seseorang tidak berfungsi jika sudah berhadapan dengan makanan terfavoritnya. Padahal itu keahliannya, bukan?

Jika kau pikir gadis sempurna seperti Kira tidak memiliki kelemahan, kau salah besar.

Biar kuberi tahu.

Kelemahan Kira adalah disaat ia dihadapkan dengan Onigiri. Kira tak akan ingat apapun jika sudah berhadapan dengan nasi kepal itu. Bahkan bahaya yang mengancam sekalipun. Kemampuannya juga tidak akan aktif.

Nyatanya setiap kesempurnaan yang dimiliki oleh seseorang, pasti akan ada letak titik kekurangannya. Besar atau kecil. Banyak atau sedikit. Terlihat atau tidak. Yang pasti, ada.

Begitulah dengan Kira sekarang.

"Ayo pulang dan lanjut berlatih, Mizuki." -Sanemi-

"Pulang dan kembali berlatih, Kira." -Giyuu-

Dan saat itu juga Kira pulang dengan diseret oleh Giyuu dan Sanemi. Setelahnya Kira mendapatkan benjolan di kepala akibat pukulan telak dari Sanemi dan Giyuu yang tidak membolehkannya untuk makan Onigiri lagi selama seminggu.

Ah. Benar-benar hari yang sial.

***

Keesokan harinya...

Kira kembali mampir ke kediaman Shinobu untuk melihat Tanjirou dan dua temannya. Tidak dengan benjolan di kepala atau dua orang pria yang kepepet latihan dengannya.

Saat ke ruang tempat perawatan mereka, tiga orang itu tidak ada. Jadi Kira memutuskan untuk ke tempat latihan mereka saja. Kira ingat betul kalau Zenitsu ikut latihan hari ini.

Ketika sampai disana, Tanjirou dan temannya juga tidak ada. Hanya ada tiga orang gadis kecil dan dua orang gadis seumuran Tanjirou tengah berdiri di sisi ruang latihan.

"Ada apa, Kanzaki?" Tanya Kira pada gadis dengan rambut yang dikucir dua. Nama gadis itu adalah Kanzaki Aoi.

Aoi tidak menjawab tapi ekspresinya sudah memberikan jawaban pada Kira. Wajah kesal dengan alis yang terus menukik. Gadis di sampingnya yang mana adalah Tsuyuri Kanao menatap tembok kayu sembari terus tersenyum. Sementara tiga gadis kecil menatap keheranan.

'Tsuyuri memang suka tersenyum, sih. Tapi, lama-lama kelihatan seram juga.' Batin Kira.

Bukankah senyumanmu juga terkadang terlihat menyeramkan, Kira?

Lupakan itu.

Kira mempertajam indra pendengarannya. Terdengar dari sebalik tembok kayu suara tiga orang pemuda yang sedang ribut. Tidak, lebih tepatnya suara cempreng Zenitsu yang memarahi Tanjirou dan Inosuke.

Kira tahu penyebabnya ini.

Pasti karena--





Nyatanya setiap kesempurnaan yang dimiliki oleh seseorang, pasti akan ada letak titik kekurangannya. Besar atau kecil. Banyak atau sedikit. Terlihat atau tidak. Yang pasti, ada.

-Putri Ayu-





Tbc

HIKARI ; Kimetsu no Yaiba [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang