Chapter 6

1.5K 195 8
                                    

Setelah satu jam perjalanan akhirnya Kira dan Giyuu sampai di kediaman Urokodaki. Kediamannya tersebut berada di sebuah gunung yang bernama Gunung Sagiri.

Ada banyak anak-anak disana. Rata-rata seumuran dengan Giyuu yaitu kisaran 9-10 tahun. Ada juga yang lebih muda setahun dari Kira yaitu berumur 5 tahun.

Dan anak yang paling mencolok yaitu seorang anak laki-laki seusia Giyuu dengan rambut yang sedikit aneh. Rambutnya serwarna buah persik dan ada luka melintang di pipi bagian kanan. Matanya berwarna ungu. Satu lagi seorang gadis kecil. Rambutnya berwarna hitam sepunggung dengan iris mata berwarna aqua blue.

'Manis.' Itulah yang dipikirkan oleh Kira saat pertama kali melihatnya.

Mereka berdua mendekati Giyuu dan Kira. Bukan hanya mereka tapi anak-anak yang lain juga ikut mendekat.

"Wah, kita mendapatkan teman baru, Makomo." Ucap bocah laki-laki berambut persik. Ia menatap Giyuu dan Kira dengan wajah senang.

"Umn." Gadis kecil yang dipanggil dengan nama Makomo mengangguk pelan.

"Siapa nama mereka, Urokodaki-san?" Kali ini bocah itu menatap Urokodaki.

"Giyuu, Kira." Urokodaki menepuk kecil punggung Giyuu dan Kira secara bergantian.

"Tomioka Giyuu dan Mizuki Kira."

"Yoroshiku. Aku Sabito dan dia Makomo."

Setelahnya bocah laki-laki yang bernama Sabito bersama dengan Makomo menyalam Giyuu dan Kira secara bergantian. Begitu pula dengan anak-anak yang lain.

"Giyuu dan Kira akan menjadi anggota kita yang baru. Berbuat baiklah pada mereka." Ucap Urokodaki pada semua anak-anak. Mereka semua nampak senang dengan kehadiran Giyuu dan Kira sebagai bagian dari keluarga baru mereka terutama Sabito.

***

Satu bulan kemudian...

Saat itu cuaca sedang mendung. Semua anak-anak berlarian masuk ke dalam rumah. Takut jika sewaktu-waktu hujan turun mengguyur mereka jika berada terlalu lama di luar. Dan benar saja, hujan pun turun setelahnya.

Urokodaki mengabsen setiap anak-anak yang ada. Namun hanya Giyuu yang tidak ada di dalam rumah.

"Ada yang melihat Giyuu?" Semuanya menggeleng termasuk Sabito, Makomo, dan juga Kira.

"Terakhir kali Giyuu-san bilang dia ingin ke hutan tadi. Saat aku mencarinya ke hutan, Giyuu-san tidak ada. Jadi kupikir ia sudah kembali ke rumah." Itu suara Kira.

Di luar sana masih hujan deras. Kira sangat mengkhawatirkan keadaan Giyuu. Dimana dia sekarang? Apa yang sedang ia lakukan? Semua itu membuat Kira semakin khawatir.

Tanpa persetujuan dari Urokodaki, Kira memutuskan untuk mencari Giyuu.

"KIRA!!" Teriak Sabito saat melihat Kira dengan sangat nekat keluar menerobos derasnya hujan.

"Sabito. Pergi susul Kira dan yang lain masuk ke dalam kamar kalian masing-masing." Perintah Urokodaki.

"Sabito, hati-hati." Makomo memberi peringatan.

***

Kira terus berlari mencari Giyuu ditengah hujan deras dan rerimbunan pohon-pohon di hutan. Tapi, sebanyak apa pun ia mencari, Kira tetap tidak bisa menemukan Giyuu.

"GIYUU-SAAAN!! DIMANA KAAAUU??" Kira berteriak. Suaranya beradu dengan suara rintik hujan.

Kira pun pergi mencari ke sungai. Kira tahu tadi sebelum hujan ia tidak sempat mencari kesana. Tidak jauh dari hulu sungai, Kira melihat siluet seseorang sedang berdiri. Kira pun mengeceknya. Dan benar saja ada orang yang berdiri disana.

Orang itu mengenakan kimono merah. Rambut hitam legam basah terkena tetesan air. Orang itu adalah Giyuu. Tidak salah lagi dia memang Giyuu. Giyuu ingin menceburkan diri ke sungai.

"Chotto matte."

Bukan. Giyuu ingin bunuh diri dengan menceburkan diri ke sungai yang berarus kencang.

"GIYUU-SAAANNN!"

Kira juga ikut menceburkan dirinya. Giyuu sangat terkejut melihat Kira yang mendatanginya dan menyelamatkan nyawanya. Beruntung tubuh Giyuu tidak jauh terseret arus. Jadi Kira masih sempat membawanya naik ke permukaan.

"Kira, Giyuu." Kali ini Sabito yang datang.

"Giyuu-san. Kau tidak apa-apa?" Kira bertanya dengan wajah yang khawatir.

Plaakk.

"Sabito-san?"

Sabito menampar wajah Giyuu dengan sangat kuat. Giyuu memegang wajahnya. Bekas tamparan itu terasa panas dan perih bersamaan. Jangan lupa mereka masih berada ditengah hujan.

"Apa yang kau lakukan, haa?!" Tanya Sabito penuh emosi.

"Aku ingin bunuh diri. Sudah tidak ada gunanya aku hidup saat ini. Alasan dan tujuan hidupku sudah tidak ada." Jawab Giyuu tak kalah emosi. Wajahnya memerah. Ah, sepertinya mereka bertiga akan terkena demam nantinya.

"Jangan menyia-nyiakan kesempatan hidupmu!"

"Tapi, untuk apa aku hidup bila kakakku tidak ada?!"

"Apa kau pikir hanya kakakmu satu-satunya orang yang kau jadikan tujuan hidup?! Kau pikir apa kami semua, haa?!"

Plaaakk.

Sabito kembali menampar wajah Giyuu. Kali ini lebih kuat dari tamparan yang pertama.

"Sabito-san." Kira memegang kuat tangan Sabito yang hendak menampar Giyuu untuk yang ketiga kali.

"Kakakmu mengorbankan dirinya agar kau selamat. Urokodaki- an menolong dan merawatmu agar kau tetap hidup. Tapi, kau malah ingin bunuh diri. Dasar tidak tahu diuntung!!"






Tbc

HIKARI ; Kimetsu no Yaiba [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang