"Selama ini aku selalu menempel padamu. Selalu mengerjakan misi bersamamu. Tidak pernah mau berpisah darimu. Itu semua agar aku bisa mewujudkan harapanku. Harapanku agar kita selalu bersama selamanya."
Giyuu berkata panjang lebar di hadapan Kira. Membuat Kira jadi semakin tidak tahu harus membalas apa. Kedua tangan Kira masih memegang pundak Giyuu.
"Giyuu-san, aku minta maaf karena sudah mengabaikanmu. Aku sungguh tidak tahu kalau sikapku akan membuatmu terabaikan. Aku hanya ingin-"
"Aku hanya ingin kita selalu bersama. Aku berpikir jika seharusnya ada Sabito dan juga Makomo bersama kita disini."
'-kau memperhatikanku, Giyuu-san.' Kira menyambung perkataannya didalam hati. Kira tidak bisa mengatakan bahwa sebenarnya ia sangat ingin diperhatikan oleh Giyuu.
Giyuu melepaskan tangan Kira dari pundaknya. Ia membalikkan badan membelakangi Kira. Pandangan jauh menerawang kedepan. Entah apa yang sedang dibayangkan olehnya.
"Seharusnya begitu. Tapi pada akhirnya aku selalu ditinggal sendirian. Oleh Tsutoko-nee, oleh Sabito, oleh Makomo, dan olehmu Kira."
"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, Giyuu - san." Air mata tertahan di pelupuk mata Kira mendengar penuturan Gituu.
"Kau bisa akrab dengan siapa saja, Kira. Namun, aku? Bahkan binatang saja tidak mau berada didekatku dan akhirnya meninggalkanku." Giyuu memegang gagang katana yang tersampir di pinggang. Tangannya bergetar.
"Aku selalu sendiri. K rasa yang dikatakan Kochou benar. Selama ini semua orang disini membenciku. Maka dari itu tidak ada yang mau berdekatan denganku. Orang yang bersamaku pun juga begitu." Setelah itu, Giyuu pergi meninggalkan Kira sendirian di jalanan.
"Giyuu-san."
Tangan Kira ingin menggapai punggung kokoh yang semakin menjauh itu. Tapi ia tidak bergerak dari tempatnya. Kira membiarkan tangannya menggantung di udara.
"Kau salah paham, Giyuu-san. Aku tidak pernah membencimu. Dalam hidupku, tidak sama sekali."
***
Kira masih berdiri di tempatnya. Tidak beranjak dari sana setelah 15 menit kepergian Giyuu. Matanya menyendu kala iris semerah darah menatap bulan dilangit.
"Aku berpikir jika seharusnya ada Sabito dan juga Makomo bersama kita disini."
Kata-kata yang diucapkan oleh Giyuu terngiang ditelinga. "Hah." Kira mendesah lelah. Salah satu lengannya ia gunakan untuk menutup kedua bola mata.
"Tapi pada akhirnya aku selalu ditinggal sendirian."
Perkataan Giyuu kembali terngiang.
"Lalu, apa bedanya denganku? Kau juga pada akhirnya meninggalkanku sendirian, Giyuu-san." Lengan ia singkirkan dari pandangan."Jadi selama ini kau membayangkan Sabito-san dan Makomo ada disini?" Kira bertanya seorang diri.
"Sampai kapan pun kau akan terus membayangkan Sabito-san? Aku tahu kau sangat menyayanginya." Kira menatap bulan purnama diatasnya.
"Seharusnya aku yang mati saat itu, bukan Sabito-san. Dengan begitu, Sabito-san yang akan bersamamu saat ini, bukan aku. Dan kau pasti akan bahagia." Kira mendengus geli.
"Aku tahu, seberapa besar perjuanganku. Aku tetap tidak akan bisa menggantikan posisi Sabito-san. Apapun yang aku lakukan, kau akan tetap membenciku. Dari dulu sampai sekarang, akan terus begitu." Kira meletakkan kedua tangannya di dada. Rasanya menyesakkan.
"Apapun yang terjadi. Aku tetap bukanlah sumber cahayamu, Giyuu-san."
***
Sanemi melihat semua itu. Kira dan Giyuu yang sedang bertengkar di jalan. Sanemi tidak sengaja melihat semuanya.
Kebetulan saat ingin kembali ke kediamannya, Sanemi melihat Kira yang berusaha memanggil Giyuu. Tapi Giyuu mengabaikan panggilan Kira.
Sanemi putuskan untuk melihat di sebalik pohon besar yang tidak jauh dari mereka. Sanemi mendengar dan melihat semua. Keluh kesah Giyuu pada Kira. Bagaimana Giyuu mengatakan bahwa ia sangat membenci apa yang Kira lakukan. Bahwa Giyuu tidak suka ada orang lain yang terlalu dekat dengan Kira. Giyuu benci disaat Kira mengabaikannya. Giyuu ingin Kira memperhatikannya. Selalu didekatnya. Selalu bersama selamanya. Bagaimana Giyuu merasa bahwa ia sendiri dan dibenci oleh semua orang.
Sanemi mendengar suara lirih Kira yang meratap dibawah sinar rembulan. Sanemi tahu lambat laun akan seperti ini jadinya. Giyuu tidak akan menyukainya.
"Aku tidak yakin dengan hal itu."
"Percayalah padaku, Shinazugawa-san."
"Tapi, itu hanya akan membuat Tomioka tidak suka nantinya."
"Tidak mungkin."
Sanemi teringat percakapan mereka. Kira selama ini memang dekat dengan Sanemi. Mereka sebenarnya cukup akur. Kira selalu menceritakan apapun yang terjadi dengannya pada Sanemi.
Kira selalu menceritakan tentang betapa baiknya guru yang telah melatihnya dulu. Lalu betapa menggemaskannya gadis kecil bernama Makomo. Serta betapa hebatnya orang yang bernama Sabito. Betapa bersemangatnya Kyojurou. Betapa mengagumkannya Muichirou. Betapa tampannya Tengen. Dan betapa pendiamnya Giyuu. Semua Sanemi dengarkan.
Sanemi sendiri pun tidak keberatan untuk mendengarnya. Asal Kira tidak merasa risih dan senang, apapun itu akan Sanemi dengarkan. Bahkan jika hatinya harus merasakan panas dan tidak suka. Sanemi akan tetap duduk tenang sambil melahap Ohagi buatan Kira dan mendengarkan segala ocehannya.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
HIKARI ; Kimetsu no Yaiba [COMPLETE]
Fanfiction[Sudah Direvisi] My Original Character : Mizuki Kira. Happy Reading :) ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Cahaya. Sesuatu yang sangat aku sukai. Terlebih pada cahaya bintang jatuh. Sangat indah. Itulah yang dipikirkan olehku. Tapi, cahaya yang sangat kusukai...