Kira mendekati Tanjirou yang sedang makan Onigiri buatan para gadis kecil. Kedatangan Kira tidak diketahui oleh Tanjirou. Jadi saat Kira menyodorkan sekeranjang Onigiri buatannya didepan Tanjirou, wajah Tanjirou berubah warna menjadi merah padam.
Bukan karena kedatangan Kira yang tiba-tiba. Bukan juga karena dibuatkan Onigiri dari kakak seperguruan. Tapi karena--
"Tanjirou, mau mencoba Onigiri buatanku tidak?"
"E-e-eh? K-Ki-Kira-san? Kenapa-" Tanjirou tergagap. Ia sangat gugup dengan posisi yang bisa dibilang tidak berjarak ini.
Kira duduk di samping Tanjirou dengan tubuh yang sangat dekat. Tangan kanan memegang keranjang Onigiri dan tangan kiri bertumpu pada kaki Tanjirou. Hidung Kira menempel pada hidung Tanjirou. Membuat wajah Tanjirou jadi memanas.
Tapi, karena posisi mereka.
"Hmm? Mau tidak, Tanjirou?" Tawar Kira sekali lagi. Tubuhnya semakin dekat dengan Tanjirou.
"A-a-ano. E-e-et-etto. Itu-"
Tanjirou benar-benar gugup sekarang. Wajahnya sudah memerah seperti kepiting rebus.'Wajah Kira-san sangat cantik. Nafas hangatnya menerpa wajahku. Hangat sekali. Aroma dari tubuh Kira-san, ini wangi aroma bunga wisteria. Oh, ya Tuhan. Posisi ini terlalu dekat. Aku jadi tidak bisa mengontrol detak jantungku.' Batin Tanjirou.
Kira tidak peka pada kondisinya saat ini. Jika pendengaran Kira setajam Zenitsu mungkin ia sudah dapat mendengar detak jantung Tanjirou yang berpacu cepat. Seolah akan keluar dari tempatnya. Sayang Kira tidak bisa mendengarnya.
'Siapa pun tolong jauhkan Kira-san dariku. Jantungku bisa copot kalau begini.' Batin Tanjirou lagi. Sepertinya ia tidak kuat berlama-lama dengan posisi yang dekat seperti ini.
"Ano. Mizuki-sama." Panggil gadis kecil dengan jepit rambut kupu-kupu berwarna hijau yang menarik-narik ujung haori Kira.
"Nani?" Tanya Kira mengalihkan pandangannya dari Tanjirou.
"Itu Tanjirou-san." Sambung gadis kecil satunya dengan jepit berwarna merah muda.
"Kenapa dengan Tanjirou?" Kira memiringkan kepala. Anak rambut menutupi sebelah mata merahnya.
"Wajah Tanjirou-san merah." Tunjuk gadis kecil yang berjepit rambut biru pada Tanjirou.
"Ehhh???"
Kira langsung kembali menolehkan kepala pada Tanjirou. Dan benar saja wajah Tanjirou sudah sangat merah. Ia membeku di tempat sambil memandang Kira. Bahkan nampaknya Tanjirou lupa untuk bernapas.
"Tanjirou. Bangun."
Kira meletakkan keranjang Onigiri dan menepuk kuat kedua pundak Tanjirou hingga empunya tersentak kaget.
"Ha'i. Aku akan mencoba Onigiri buatannya Kira-san." Ucap Tanjirou tanpa sadar.
"Wah. Hontou ka?" Tanya Kira dengan mata yang berbinar-binar. Ia sudah menjauhkan posisi tubuhnya dari Tanjirou. Sehingga Tanjirou bisa bernapas kembali.
'Hah. Tadi itu hampir saja aku kehilangan akal sehatku.' Batin Tanjirou merasa lega.
Kira, Tanjirou dan tiga gadis kecil kini sedang memakan onigiri buatannya Kira.
Kira menyenderkan punggung ke dinding kayu seraya memandangi Tanjirou yang sibuk bercerita pada gadis-gadis kecil tersebut. Tanjirou tampak menikmati makanannya.
"Ne, Tanjirou." Panggil Kira.
"Kau suka onigiri, ya?" Sambungnya.
"Ha'i."
"Berarti kita sama." Kata Kira dengan senyuman.
"Kira-san juga suka onigiri?" Tanjirou balik bertanya.
"Umn." Kira mengangguk pelan. Surai hijau toscanya ikut bergoyang. Tanjirou ber-oh-ria.
Cukup lama Kira diam, ia kembali melanjutkan kata -katanya. "Tanjirou, orang yang baik, ya." Kira tersenyum lembut. Senyuman yang bisa meluluhkan hati para pria.
Topik ini berbeda jauh dengan yang dibicarakan diawal. Membuat Tanjirou menatap penuh kebingungan.
"Eh?" Tanjirou mengerjap-ngerjapkan mata.
"Ie. Nanimo."
***
"Ketika Kanao-san berlatih, Shinobu-sama akan memberikan kendi ini." Gadis berjepit kupu-kupu memperlihatkan dua kendi berbeda ukuran ke hadapan Tanjirou.
"Eh? Omoshiroi. Apa kendinya mengeluarkan suara?" Tanya Tanjirou dengan wajah ceria yang khas.
"Kurasa tidak." Sahut Kira.
"Maksudnya?" Tanjirou melihat Kira yang tengah memakan Onigiri. Ia duduk santai sambil menyender.
"Ie. Kanao-san akan meniup kendi ini sampai pecah." Jawab si gadis kecil.
"Eh??" Tanjirou masih menampakkan wajah cerianya.
"Tunggu. Meniup kendi ini sampai pecah?"
Saat tersadar akan sesuatu Tanjirou mengetuk kendi tersebut. Dan kendinya sangat keras
'Ya ampun itu kendi yang keras.' Pikir Kira.
Tuk. Tuk. Tuk.
Benar-benar keras.
'GADIS SELEMBUT ITU BISA MENIUP KENDI KERAS INI SAMPAI PECAH?!' Teriak Tanjirou dalam hati.
"Iya. Karena kendi ini adalah kendi khusus. Mereka akan menaikkan ukurannya setiap kali latihan." Ucap gadis berjepit biru.
"Sekarang kendi yang bisa dipecahkan oleh Kanao-san adalah kendi ini."
Si gadis berjepit hijau menunjukkan kendi yang ukurannya dua kali badan Tanjirou. Itu berhasil membuat Tanjirou terkejut saat pertama kali melihatnya.
'GANBARIMASU.'
"Ganbatta na, Tanjirou."
***
Latihan Tanjirou terus berlanjut hingga hari-hari berikutnya. Dan Kira setiap hari menyempatkan waktu untuk melihat latihannya.
Mulai dari Tanjirou yang berlatih mengayunkan Katana sambil mempertahankan nafas konsentrasi penuh. Atau Tanjirou yang berlari melewati pohon-pohon yang ada disana dan menarik batu besar yang diikat pada dahan pohon menggunakan tali. Juga ketika Tanjirou berlari di atas pagar bambu. Kira melihat semuanya.
Setiap kali melihat Tanjirou latihan Kira jadi mengingat masa-masa bersama dengan dua sahabatnya yang telah tiada. Masa dimana mereka masih kanak-kanak dan berlatih bersama. Masa disaat semuanya masih hidup.
Kira menatap sendu kearah bocah dengan surai semerah anggur itu.
'Sabito-san, Makomo, aku merindukan kalian.'
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
HIKARI ; Kimetsu no Yaiba [COMPLETE]
أدب الهواة[Sudah Direvisi] My Original Character : Mizuki Kira. Happy Reading :) ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Cahaya. Sesuatu yang sangat aku sukai. Terlebih pada cahaya bintang jatuh. Sangat indah. Itulah yang dipikirkan olehku. Tapi, cahaya yang sangat kusukai...