Tap. Tap. Tap. Tap. Tap.
Seseorang berlari kearah Giyuu, Tsutoko, dan sosok pria asing. Ia membawa sebuah katana ditangannya. Katana itu diayunkan untuk memotong tangan pria menyeramkan yang hendak mengibaskan kipasnya. Tapi, belum sepenuhnya beraksi pria itu memundurkan tubuhnya karena tahu ada seseorang yang datang. Tsutoko masih berada didekatnya.
"Tch. Dasar pemburu iblis penganggu."
"Lepaskan gadis itu." Pria yang dikatakan pemburu iblis itu mengacungkan katananya.
"Tidak akan. Gadis remaja 17 tahun sepertinya ini memiliki nutrisi yang sangat bagus." Ucap pria asing dengan seringaian. Matanya menyala dibawah gelapnya malam.
"Akkkhhh." Tsutoko kembali merintih kesakitan karena rambutnya yang ditarik dengan sangat kuat.
"Aku beritahukan sekali lagi. Lepaskan gadis itu!"
"Tidak akan pernah!"
Pria itu kembali mengibaskan kipasnya. Dari kipas itu keluar patung-patung es raksasa. Patung-patung tersebut menyerang Giyuu, tapi pemburu iblis tersebut melindunginya.
"Nafas Konsentrasi Penuh. Pernafasan Air. Kuda-kuda kedua : Roda Air Berputar."
Tebasan yang dihasilkan oleh katana milik pemburu iblis mengeluarkan air yang berputar. Dalam sekejap menghancurkan patung-patung es yang dibuat oleh si pria asing.
Patung-patung itu memang berhasil dihancurkan, tetapi pria asing sudah menghilang dengan membawa Tsutoko bersamanya.
Ah, lebih tepatnya. Dengan memakan Tsutoko.
"Tsutoko Onee-chan!!" Giyuu yang menyadari Tsutoko tidak ada, berteriak memanggil namanya. Ia ingin menyusul kakaknya bamun ditahan oleh sang pemburu iblis.
Pemburu iblis itu mengenakan kimono biru bermotif air. Wajahnya tertutupi oleh topeng. Pemburu tersebut adalah seorang laki-laki. Ia menahan lengan Giyuu.
"Kau mau kemana?" Tanyanya pada Giyuu.
"Aku ingin mencari kakakku. Lepaskan!" Giyuu berusaha melepaskan genggaman pria pemburu iblis tersebut.
"Kau tidak akan bisa menemukan kakakmu."
"Apa maksudmu?" Giyuu bertanya dengan dahi berkerut.
"Pria yang membawa kakakmu itu adalah seorang iblis."
"Iblis?"
"Iya. Jika dia membawa kakakmu pergi maka kakakmu tidak akan kembali lagi."
"Kenapa begitu? Jangan menjelaskan sesuatu yang setengah-setengah pada anak kecil." Perkataan Giyuu kali ini terdengar tidak sopan untuk diucapkan.
"Karena dia akan memakan kakakmu. Itu sebabnya kakakmu tidak akan kembali meskipun kau mencarinya."
"Sonna."
Tatapan Giyuu berubah menjadi kosong. Ia menatap helaian rambut Tsutoko yang berserakan di tanah. Air mata menetes dari sudut matanya.
"Hikss. Onee-chan." Giyuu menangis sesenggukan.
"Kenapa harus aku?" Tanya Giyuu yang tidak lain ditujukan untuk dirinya.
***
Setelah dirasa Giyuu sudah mulai tenang. Pria pemburu iblis mendudukkan diri dihadapan Giyuu. Mensejajarkan posisi tubuhnya dengan tinggi Giyuu. Ia memegang pundak Giyuu.
"Baiklah. Sekarang ikutlah bersamaku. Kau tenang saja, kau akan aman kalau bersamaku. Seperti yang dikatakan oleh iblis tadi, aku ini adalah seorang pemburu iblis, aku tidak akan menyakitimu." Ucapnya dengan lembut.
Giyuu hanya diam tidak menjawab. Ia menatap kosong ketanah. Tatapannya benar-benar kosong. Sekarang ia tidak punya siapa-siapa lagi. Kakak perempuan satu-satunya keluarga yang ia punya sudah pergi. Giyuu merasa sudah tidak punya alasan untuk hidup. Rasanya ia ingin mati menyusul kakaknya.
Pria itu menarik lengan Giyuu dengan lembut. Berjalan membawa Giyuu bersamanya. Membiarkan Giyuu diam disampingnya. Ia tahu bagaimana rasanya kehilangan orang yang sangat berharga karena ia pun sering merasakannya.
***
Kira Pov
Pats.
Aku mendengar suara. Suara itu melambangkan suara cahaya yang telah padam.
Benar.
Sumber cahayaku telah padam.
Mati.
Tidak menyisakan apapun untukku.
Itu semua karena iblis sialan itu. Aku bersumpah suatu saat aku pasti akan membunuhnya. Merobek tubuhnya menggunakan kedua tanganku sendiri, seperti ia merobek-robek tubuh kedua orang tua dan kakakku.
Air mataku sudah berhenti mengalir sedari tadi. Tidak ada lagi yang keluar. Aku hanya menatap kosong kearah mayat keluarga kecilku. Mata merahku berhenti menyala. Kini hanya menatap darah yang sudah mulai mengering. Bulan purnama memantulkan sinarnya diatas genangan darah dan terpantul kembali melalui pupil merah darahku.
Seharusnya aku lebih cepat saat itu.
Seharusnya aku tidak pergi saat itu. Seharusnya aku ada saat itu. Seharusnya aku bersama ibu dan ayah saat itu. Seharusnya aku menunggu kakak pulang saat itu.Seharusnya sekarang, mungkin aku mati jika melakukan semua hal itu.
Tidak.
Aku tidak boleh menyesali apapun. Karena itu tidak berguna. Aku tidak bisa memutar waktu dan menghidupkan keluargaku kembali. Itulah faktanya.
Aku kehilangan cahaya saat itu.
Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku hanya diam terduduk. Sudah hampir dua jam aku melakukannya. Aku tidak beranjak dari tempatku sama sekali.
Gelap.
Aku berada dikegelapan.
"Hey, kau terluka?"
Tapi, itu tidak bertahan lama.
Karena cahayaku kembali terlihat saat sebuah tangan yang tidak terlalu besar dari tanganku terulur padaku.
"Aku tidak akan menyesali apapun. Karena itu tidak berguna. Aku tidak bisa memutar waktu dan menghidupkan keluargaku kembali. Itulah faktanya"
-Mizuki Kira-
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
HIKARI ; Kimetsu no Yaiba [COMPLETE]
Fanfic[Sudah Direvisi] My Original Character : Mizuki Kira. Happy Reading :) ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Cahaya. Sesuatu yang sangat aku sukai. Terlebih pada cahaya bintang jatuh. Sangat indah. Itulah yang dipikirkan olehku. Tapi, cahaya yang sangat kusukai...