Kira mendekati Giyuu.
"Pemandangan yang tidak biasa kan, Giyuu-san? Gadis iblis ini masih memiliki perasaan." Ucap Kira dengan santai.
"Aku tidak peduli." Giyuu memalingkan wajahnya.
"Ya ampun, dingin sekali."
Kira mendudukkan diri di samping bocah laki-laki. Bocah itu berambut merah anggur. Ada luka bakar di dahinya. Kira bisa melihat dari kejauhan tadi bola mata milik bocah ini hampir setara dengan warna surainya. Sementara itu Giyuu pergi mengambil bambu hijau dan memasangkan tali dibambu tersebut.
"Aku ingin merekomendasikan bocah ini pada Urokodaki-san." Kira memegang pundak bocah yang masih tidak sadarkan diri.
"Ingin membuat tragedi lagi?"
"Giyuu-san, hidoi." Kira mengerucutkan bibirnya. Sedetik kemudian ia tersenyum. Giyuu melihat senyuman itu.
"Aku percaya tidak akan ada tragedi lagi. Lagipula aku sudah melihat bagaimana cara bocah ini menyerangmu. Dan untuk iblis perempuan ini berbeda dari iblis lain. Aku yakin pada mereka." Kira mengelus sayang surai kedua bocah itu.
"Kau melihat yang tadi?" Tanya Giyuu pada Kira.
"Ya ampun. Giyuu-san ternyata tidak menyadarinya? Aku melihatnya, loh. Mulai dari Giyuu-san yang memarahi bocah laki-laki ini sampai detik ini. Aku melihatnya." Kira tersenyum bangga. Giyuu mendengus geli mendengarnya.
"Tidak biasanya kau semarah itu sejak beberapa tahun terakhir ini."
"Bocah ini. Dia-"
"Ssstt. Aku sudah tahu." Belum lagi Giyuu melanjutkan perkataannya, Kira sudah berdiri dan meletakkan jari telunjuknya didepan mulut Giyuu.
"Terserahmu saja." Giyuu mengedikkan bahunya. Lagi pula ia tidak perlu lagi menjelaskannya pada Kira. Otak encer Kira pasti bisa memahaminya dengan cepat.
"Dasar otak encer." Ucap Giyuu dengan nada mengejek.
"Hei!" Kira membulatkan matanya.
"Itu kenyatannya, kan?" Giyuu memain-mainkan bambu yang sudah diikat dengan tali di tangannya.
"Apa itu sebuah pujian atau hinaan, Giyuu-san?" Kira berkacak pinggang di hadapan Giyuu.
"Kedua-duanya. Mungkin." Kini Giyuu melempar-lempar bambu itu.
"Kau ini. Selalu saja."
Kira memalingkan wajahnya dengan tangan menyilang didepan dada. Tapi jauh dari lubuk hatinya, Kira senang melihat Giyuu yang sudah mulai mau banyak bicara seperti itu. Dibalik salju yang terus turun Kira tersenyum lega.
"Biar kutebak pasti penciuman bocah ini setajam Urokodaki-san?"
"Aku tidak akan menjawabnya."
"Giyuu-san!"
Kira benar-benar bisa tersenyum lega sekarang. Giyuu berbicara dengannya seperti dulu.
Saat Kira melihat Giyuu yang selama ini selalu diam ketika sedang mengerjakan misi bersamanya membuat hati Kira meringis sakit. Itu bukan Giyuu-san yang dikenalnya. Mau sampai kapan Giyuu menjadi seseorang yang pendiam?
Setelah diliputi keheningan, Kira pun kembali membuka suara. "Kau sendiri, tumben mau membalas perkataanku Giyuu-san?"
"Memangnya tidak boleh?"
"Ya ampun, kenapa kau selalu dingin begini? Tidak bisakah sedikit lebih hangat?" Kira kembali berkacak pinggang.
"Aku hanya mengikuti cuacanya saja." Ucap Giyuu enteng.
"Hee?"
"Apa?" Giyuu bertanya dengan tampang tanpa dosa.
"Hoo. Tak kusangka kau bisa bercanda Giyuu-san"
"Siapa yang bercanda? Aku serius."
"Terserahmu saja." Kira mengedikkan bahunya. Uhh, counter attack.
Giyuu mengeluarkan aura suramnya dan itu sukses membuat Kira menahan tawa. 'Makan tuh.' Kira tertawa nista dalam hati.
"Mengenai yang tadi. Aku akan membuat surat dan mengirimkannya pada Urokodaki-san."
Giyuu kembali bersuara saat melihat bocah laki-laki mulai siuman. Kira pun mendekati bocah tersebut. "Halo. Anata no namae wa?"
"Nezuko? Dimana Nezuko?" Bukannya menjawab pertanyaan Kira, bocah itu melongok kesana kemari mencari seseorang.
"Apa itu nama dari iblis perempuan ini?" Kira menunjuk iblis perempuan yang masih tidak sadarkan diri.
"Nezuko."
"Tenang dia akan baik-baik saja. Pasangkan ini padanya saat dia bangun. Itu agar menahan dia untuk tidak memakan manusia." Giyuu melempar bambu di tangannya dan ditangkap oleh si bocah laki-laki.
"Pergilah temui orang yang bernama Urokodaki Sakonji di Gunung Sagiri. Bilang padanya bahwa Tomioka Giyuu mengutusmu ke sana."
"Hei. Mengapa namaku tidak disebutkan?" Giyuu langsung menghilang dari pandangan Kira saat ia menoleh kearah belakang.
"Ya ampun." Kira menepuk dahinya.
Lalu ia beralih menatap bocah laki-laki di depannya."Sateto. Apa iblis ini adalah adik perempuanmu?"
"Iya. Itu benar. Aku mohon jangan sakiti Nezuko." Bocah itu memeluk erat adik perempuannya.
"Melihatmu seperti ini mengingatkanku pada kakak laki-lakiku." Kira tersenyum sendu. Bocah laki-laki dapat mencium bau kesedihan dari Kira.
"Nah. Boleh aku tahu siapa namamu?"
"Ore no namae wa, Kamado Tanjirou."
"Hai, aku Mizuki Kira. Yoroshiku. Semoga kita bisa bertemu dilain waktu." Setelah itu Kira menghilang. Meninggalkan bocah laki-laki bernama Tanjirou dan iblis perempuan bernama Nezuko.
Tbc
Yeay, Chapter pertemuan Kira dengan Tanjirou sudah selesai. Ada yang aneh gk di chapter ini?Putri rasa aneh sih pas Giyuu terlalu bnyk bicara dg Kira sebabkan dari awalkan memang bagian percakapan mereka berdua sedikit. Tapi tidak apa lah.
Oh iya, nama Kira mengingatkan Putri dengan Light Yagami dari Death Note. Hohoho~~
Kira: Tapi itu beda server Putri_- Lagian kan kamu sendiri yang ngasih nama aku Kira.
Putri: Hehe
Kalau begitu sampai jumpa, Minna :)
KAMU SEDANG MEMBACA
HIKARI ; Kimetsu no Yaiba [COMPLETE]
Fanfiction[Sudah Direvisi] My Original Character : Mizuki Kira. Happy Reading :) ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Cahaya. Sesuatu yang sangat aku sukai. Terlebih pada cahaya bintang jatuh. Sangat indah. Itulah yang dipikirkan olehku. Tapi, cahaya yang sangat kusukai...