"Saya rasa ada alasan khusus Oyakata-sama."
Kira berkata pada Kagaya dengan nada yang dalam. Nada yang tidak pernah diucapkannya pada Kagaya maupun pada anggota pilar yang lainnya. Tapi Kagaya tersenyum maklum menanggapi perkataan tersebut.
"Sou. Bawakan suratnya."
Bocah perempuan yang duduk di sisi kanan Kagaya membawa selembar surat di tangannya.
"Ini adalah surat yang dikirim oleh mantan pilar air, Urokodaki Sakonji." Kagaya memperlihatkan suratnya didepan para pilar juga depan Tanjirou.
"Bacakan." Perintahnya pada salah satu bocah perempuan yang duduk di sisi kiri.
"Saya Urokodaki Sakonji sebelumnya meminta maaf pada anda, Oyakata-sama. Semoga anda sehat selalu.
Mengenai Kamado Tanjirou yang membawa iblis dalam misi. Adiknya, Kamado Nezuko, yang telah diubah menjadi iblis tidak pernah membunuh dan memakan manusia selama dua tahun. Nezuko mengisi tenaganya dengan tidur selama dua tahun itu. Saya sendiri yang telah ikut menjaganya bersama Tanjirou.
Nezuko berbeda dari iblis lainnya. Ia masih punya perasaan manusia didalam dirinya. Nezuko tidak akan menyakiti ataupun memakan manusia.
Tapi jika hal itu sampai dilakukan oleh Nezuko. Saya, Urokodaki Sakonji, Kamado Tanjirou, Tomioka Giyuu, dan Mizuki Kira akan merobek perut sebagai tanda permintaan maaf kami."
"Begitulah isi suratnya." Ucap Kagaya. Si anak perempuan menutup dan menyimpan surat itu kembali.
Semua orang diam setelah mendengar isi surat tersebut. Tanjirou menangis saat mendengarnya. Tak menyangka guru yang telah melatihnya dan juga dua kakak seperguruannya bertindak sejauh ini. Ia menatap Kira dan Giyuu secara bergantian.
'Kira-san. Tomioka-san.'
"Saya tidak peduli jika mereka ingin melakukan bunuh diri. Lakukan saja sendiri jika mau."
Tapi sepertinya Sanemi masih tidak mau menerima hal tersebut. Kira yang di sampingnya tetap diam dengan manik yang masih menyala.
"Saya tidak akan percaya dengan hal itu."
"Itu benar." Kyojurou ikut menimpali
"Ah, sungguh kasihan. Namu amida butsu." Gyomei sudah berderai air mata disamping Tanjirou. Ah lupakan. Ia memang selalu menangis.
"Benar. Mungkin akan sulit untuk menerimanya. Tapi apa kalian semua sudah tahu bahwa selain Kira, Tanjirou juga sudah pernah bertemu dengan Kibutsuji Muzan."
"Nani?!" Semua orang terkejut mendengar fakta ini termasuk Kira.
'Dia juga sudah bertemu dengan iblis sialan itu?' -Kira-
'Kira-san juga pernah bertemu dengan Kibutsuji Muzan?' -Tanjirou-
"Sekarang Muzan sedang mengejar Tanjirou. Kemungkinan untuk menutup mulutnya."
Semua orang menoleh pada Tanjirou menanyakan beberapa hal yang sangat ingin mereka tahu jawabannya. Sanemi pun juga ikut bertanya.
"Apa dia kuat?" -Muichirou-
"Bagaimana kekuatannya?" -Tengen-
"Apa kau tahu dimana markasnya?" -Sanemi-
Pertanyaan-pertanyaan itu membuat Tanjirou bingung. Kagaya yang menyaksikan sedikit kerusuhan didepannya pun meletakkan jari telunjuk di bibir. Sebagai isyarat agar mereka diam. Semuanya diam dengan kepala menunduk.
"Jadi, apa kalian sudah mengerti kondisinya? Maukah kalian menerima Nezuko?" Kagaya kembali membuka suara setelah dirasa tenang.
"Apa pun keputusan Oyakata-sama saya akan menerimanya dengan senang hati." Mitsuri berkata dengan wajah bahagia.
"Aku sih terserah. Toh, aku juga akan lupa nanti." Muichirou menjawab dengan nada tanpa minat.
"Saya masih belum mengerti, Oyakata-sama. Saya menolaknya." Ujar Kyojurou.
"Saya juga menolaknya dengan elok." Timpal Tengen.
"Ah. Namu amida butsu. Saya masih belum bisa menerimanya Oyakata-sama." Sahut Gyomei.
"Tidak bisa dipercaya. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menerimanya." Obanai mendesis di samping Kira.
"Sebenarnya saya masih ragu. Tapi karena anda sudah memutuskannya saya akan menerimanya, Oyakata-sama." Kira menerima keputusan Kagaya. Tapi didalam perkataannya masih terselip keraguan.
"Saya menolak keras hal ini, Oyakata-sama." Sanemi mengeluarkan suaranya dipaling akhir. Sementara Giyuu dan Shinobu diam. Tidak menolak ataupun menerima.
"Iblis yang tidak pernah membunuh dan memakan manusia adalah hal yang mustahil." Ucap Sanemi dengan penuh emosi.
"Itu benar Sanemi. Tapi, jika kamu menolaknya kamu harus bisa membuktikan perkataanmu sendiri." Kagaya tersenyum.
"Oyakata-sama benar Shinazugawa-san. Kau harus membuktikannya. Buktikan bahwa Nezuko tidak akan menyakiti manusia."
Kira menatap Sanemi penuh minat. Seringai khasnya keluar. Mata menyiratkan suatu hal yang hanya dimengerti oleh Sanemi.
"Aku tahu itu." Sanemi kembali mengeluarkan pedang Nichirinnya. Ia melukai tangannya lalu menusuk kotak Nezuko.
"Nezuko!"
"Oi oni. Keluarlah. Ini darah kesukaanmu."
Sanemi mengarahkan tangannya yang terluka dilubang bekas tusukan sebelumnya. Darah itu menetes masuk melalui lubang tersebut. Nezuko menggeram di dalamnya.
"Shinazugawa-san."
"Sanemi." Panggil Kira dan Obanai bersamaan.
"Dia tidak akan keluar jika dibawah sinar matahari, loh." Ucap Kira. Manik merah darahnya yang masih menyala membuat Tanjirou ketakutan.
"Kau harus membawanya ke tempat yang gelap, Sanemi." Sambung Obanai.
"Maafkan saya Oyakata-sama."
Lalu, Sanemi melesat membawa kotak Nezuko masuk ke dalam kediaman Kagaya.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
HIKARI ; Kimetsu no Yaiba [COMPLETE]
Fanfiction[Sudah Direvisi] My Original Character : Mizuki Kira. Happy Reading :) ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Cahaya. Sesuatu yang sangat aku sukai. Terlebih pada cahaya bintang jatuh. Sangat indah. Itulah yang dipikirkan olehku. Tapi, cahaya yang sangat kusukai...