Lima belas hari berlalu sejak kepulangan Kira dan Giyuu dari ujian seleksi akhir di Gunung Fujikasane. Semua berjalan kembali dengan normal. Kira dan Giyuu sedang menunggu datangnya pedang Nichirin dan seragam permburu iblis mereka.
Kira sekarang sedang menjemur pakaian. Sedangkan Giyuu membantu Urokodaki mengumpulkan beberapa kayu bakar. Mengenai Giyuu, sejak kematian Sabito ia menjadi sangat pendiam. Tidak akan ada percakapan yang berarti jika Kira tidak memulainya terlebih dahulu.
Itu pun Giyuu hanya menanggapi celotehan Kira dengan gumaman.Urokodaki tidak terlalu mempermasalahkan hal itu. Dua muridnya yang pulang dengan selamat saja ia sudah sangat bersyukur. Meskipun masih tidak menyangka dengan kematian Sabito dan yang lainnya. Pasalnya diantara muridnya yang lain, Sabito termasuk dalam salah satu murid yang memiliki kemampuan hebat. Sabito adalah orang yang kuat.
Keputusan Sabito untuk menyelamatkan Kira dan Giyuu mungkin adalah hal yang terbaik, pikir Urokodaki. Itu tandanya Sabito percaya dengan mereka. Percaya dengan Kira dan Giyuu, begitu pula dengan Urokodaki
***
Dari sudut mata Kira, ia melihat seorang pria yang menggunakan topeng dan topi besar dengan lonceng kaca disisi. Dari ujung jalan setapak siluet pria itu terlihat jelas. Kira menyudahi acara menjemur pakaiannya. Ia mendekati pria itu dan bertanya padanya.
"Ada yang bisa saya bantu, Oji-san?"
"Apa kau yang bernama Mizuki Kira?" Pria itu balik bertanya pada Kira.
"Iya saya." Kira menunjuk dirinya.
"Wah tidak kusangka kau rupanya sangat manis."
"Ehh?"
Pria tadi menusuk-nusuk pipi Kira gemas. Membuat Kira menjadi heran tapi ia tidak melarang pria tersebut. Kira membiarkan pipinya ditusuk dan dicolek-colek oleh pria bertopi.
"Wajahmu sangat manis." Sudah ribuan kali pria itu mengatakannya.
"Haganezuka." Urokodaki berseru dari balik rumah. Disana Giyuu berdiri di samping Urokodaki. Tangannya bertumpu pada engsel pintu. Sebagian tubuhnya tertutupi oleh tubuh Urokodaki.
"Urokodaki, hisashiburi."
"Ingin mengantarkan pedang Nichirin?" Tanya Urokodaki sembari berjalan mendekat.
"Tidak kusangka kau mempunyai murid perempuan yang semanis ini." Bukannya menjawab, Haganezuka masih asik menusuk-nusuk pipi Kira.
"Ayo masuk dulu. Kau pasti lelah."
Urokodaki mengajak Haganezuka untuk masuk. Ia menyediakan teh hangat. Mereka semua duduk berhadap-hadapan dengan Haganezuka yang masih menempel pada Kira. Giyuu duduk di samping Urokodaki.
"Jadi?"
"Ah iya aku lupa. Aku disuruh membuatkan Nichirin untuk Tomioka Giyuu dan Mizuki Kira. Aku juga membawa seragam mereka."
Haganezuka mengeluarkan dua pedang Nichirin dan dua pasang seragam berwarna hitam. Ia memberikan masing-masing Nichirin dan seragam kepada Kira dan juga Giyuu.
"Kalian boleh mengeluarkannya." Ucap Urokodaki yang diangguki oleh keduanya.
Kira dan Giyuu mengeluarkan pedang nichirin dari sarungnya. Ditangan Giyuu, Nichirin itu berubah warna menjadi biru gelap. Hampir setara dengan warna iris matanya.
"Wah, Nichirin ini warnanya mirip dengan matamu " Tunjuk Haganezuka di mata Giyuu.
Sementara ditangan Kira, Nichirin itu berubah warna menjadi merah darah seperti iris matanya. Ada garis segitiga kuning ditengahnya. Garis itu warnanya sangat tipis.
"Menakjubkan. Nichirin ini berwarna merah." Bukan hanya Haganezuka tapi Urokodaki juga menatap takjub pada perubahan warna pedang Nichirin milik Kira.
"Mirip seperti warna Nichirin pemburu iblis yang sudah melegenda itu."
"Pemburu iblis yang melegenda?" Kira menaikkan satu alisnya.
"Katanya dulu ada pemburu iblis yang sangat kuat. Dan pedang nichirinnya bewarna merah. Yah, aku tidak tahu pasti karena aku sendiri tidak pernah melihatnya secara langsung."
"Souka." Kira kembali menatap pedang Nichirinnya.
***
Malam harinya...
"Hikss.. Hikss."
Kira mendengar suara tangis dari arah kamar Giyuu. Ia perlahan-lahan membuka pintu kamar. Dapat dilihat olehnya Giyuu sedang menjahit sebagian haori merah milik kakak perempuannya, Tsutoko. Dan sebagian lagi haori hijau kuning milik Sabito.
"Giyuu-san?"
Kira mendekati Giyuu yang masih sibuk menjahit dengan air mata berderai. Ia duduk memperhatikan Giyuu. Giyuu tidak menyuruh Kira untuk pergi. Ia tetap lanjut menjahit dan tentunya masih menangis.
Setelah selesai menjahit dua haori tersebut, Giyuu langsung memakainya bersamaan dengan seragam pemburu iblis yang sudah dipakai terlebih dahulu sebelum Kira datang.
Giyuu menghapus sisa air mata kemudian mengenggam erat jemari Kira dan keluar dari kamarnya. Kira membalas genggaman tersebut. Mereka pergi menemui Urokodaki.
"Berhati-hatilah kalian berdua."
Urokodaki memeluk dua muridnya itu. Malam hari ini Urokodaki akan melepaskan Kira dan Giyuu. Karena mereka akan pergi untuk menyelesaikan misi sebagai anggota pemburu iblis.
Kepergian Kira dan Giyuu ditemani oleh dua ekor burung gagak hitam. Burung gagak itulah yang nantinya akan mengarahkan mereka ke tempat yang akan dituju.
"Urokodaki-san, jaga kesehatanmu."
Kira dan Giyuu melangkahkan kaki keluar. Mereka menoleh kearah Urokodaki yang melambaikan tangan. Dibalik topengnya Urokodaki tersenyum untuk mereka. Begitu pula dengan Kira dan Giyuu yang ikut tersenyum dan membalas lambaian tangan Urokodaki.
"Urokodaki-san, ittekimasu."
Tbc
Akhirnya selesai juga chapter perjalanan Kira bersama Sabito. Di chapter berikutnya adalah pertemuan Kira dengan Tanjirou. Dan kisah Kira yang telah menjadi seorang Hashira bersama Giyuu. Mungkin aku akan mulai mengikuti alur dimanganya.
Sampai jumpa dichapter depan, Minna :)
KAMU SEDANG MEMBACA
HIKARI ; Kimetsu no Yaiba [COMPLETE]
Fanfiction[Sudah Direvisi] My Original Character : Mizuki Kira. Happy Reading :) ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Cahaya. Sesuatu yang sangat aku sukai. Terlebih pada cahaya bintang jatuh. Sangat indah. Itulah yang dipikirkan olehku. Tapi, cahaya yang sangat kusukai...