Pok. Pok. Pok. Pok. Pok. Pok.
Suara tepuk tangan memecah keheningan di sekitar hutan. Kira yang sebelumnya melompat-lompat bahagia langsung menghentikan aksinya tersebut. Sabito dan Giyuu datang mendekat.
"Tadi itu sungguh luar biasa, Kira." Puji Sabito.
"S-Sa-Sabito-san. Gi-Giyuu-san. Naze koko ni?" Kira bertanya dengan gugup. Tidak menyangka Sabito dan Giyuu akan datang.
"Are? Apa kau lupa ? Bukankah kau sendiri yang bilang ingin ke sungai tadi? Jadi, kami menyusulmu kemari." Jawab Sabito.
Kira tidak tahu harus menjawab apa. Ia pun tertawa kikuk seraya mengaruk tengkuknya yang tidak gatal. Matanya bergerak kesana kemari. Mencari titik fokus untuk dilihat. Sebenarnya Kira sangat malu karena latihannya dilihat oleh Sabito, terlebih lagi ada Giyuu yang juga ikut melihatnya.
'Haduh. Kenapa Giyuu-san harus melihat latihanku juga? Aku kan jadi malu.' Batin Kira. Semburat merah terlihat samar di wajahnya.
Giyuu yang melihat tingkah Kira pun tersenyum. Ia mendekati Kira dan lagi-lagi dengan refleks memeluk gadis dengan rambut sepanjang lutut itu.
Kira yang dipeluk secara tiba-tiba tersentak kaget. Pasalnya ia tidak tahu mengapa Giyuu tiba-tiba memeluknya begini. Bukankah Giyuu tadi marah padanya?
"Giyuu-san?" Tanya Kira heran.
"Maafkan aku karena aku sudah memarahimu."
Kira yang mendengar permintaan maaf langsung dari Giyuu pun tersenyum dan balas memeluk Giyuu. Sementara Sabito yang tidak terima diabaikan, ikut menghamburkan diri kedalam pelukan. Kira dan Giyuu terperanjat dibuatnya.
"Aku tidak terima jika hanya kalian berdua saja yang berpelukan." Ucap Sabito dengan wajah yang tidak berdosa.
"Hahaha. Kalau begitu bergabunglah." Kira merentangkan tangannya. Mereka bertiga pun berpelukan dibawah sinar bintang malam itu.
Andai waktu dapat dihentikan, Kira saat ini ingin waktu itu berhenti. Rasa nyaman dan hangat ini membuatnya tidak akan pernah melupakan persahabatan mereka sampai kapan pun. Di malam itu juga Kira memotong rambut panjangnya menjadi sebahu sebagai bentuk rasa kebahagiaan.
***
Ujian seleksi akhir...
Saat ini Kira bersama dengan yang lain pergi ke tempat diadakannya ujian seleksi akhir sebelum menjadi anggota resmi dari permburu iblis. Tempatnya yaitu bernama Gunung Fujikasane. Sebelumnya masing-masing dari mereka dibekali sebuah topeng tengu dari Urokodaki dengan corak yang berbeda-beda sebagai jimat pelindung.
Disepanjang perjalanan mendaki Gunung Fujikasane bunga wisteria tampak bermekaran. Padahal belum musimnya. Tapi bunga wisteria disini akan terus mekar sepanjang tahun. Bunga-bunga tersebut menjuntai indah. Saat berjalan Kira terkadang menyentuhnya.
Ketika sudah sampai di tempat tujuan. Ternyata banyak anak-anak yang juga ikut seleksi selain mereka. Mereka disambut oleh dua orang anak perempuan. Sepertinya anak perempuan tersebut kembar.
Sesaat sebelum benar-benar melaksanakan ujian seleksi akhir, mereka semua diberi pengarahan sebelum pergi oleh anak perempuan kembar tadi. Pengarahannya yaitu mereka harus membunuh iblis yang selama ini telah dipenjara di Gunung Fujikasane. Dan juga mereka harus bertahan selama tujuh hari kedepan. Jika ada yang tidak kembali ke tempat awal seleksi maka dinyatakan telah gugur.
Kira mengeratkan pegangan pada gagang katana miliknya. Kembali setelah sekian lama firasat buruk mendatanginya. Sebulir keringat mengalir di pelipis mata. Giyuu melihat sekilas ekspresi tegang di wajah Kira.
'Semua akan baik-baik saja.' Kira menyakinkan diri.
Setelah pengarahan selesai, semua anak-anak mulai memasuki gunung. Kira bersama Sabito dan Giyuu serta yang lain pergi ke arah timur dimana matahari terbit.
Awalnya semua berjalan dengan lancar. Tidak ada iblis yang menyerang mereka. Sampai satu iblis menyerang Giyuu yang berada diposisi paling belakang. Giyuu sempat memotong tangan iblis tersebut tapi iblis lain datang menyerang dan melukai bagian bawah matanya.
"Giyuu - san!"
Kira yang pertama menyadari hal itu dengan segera mencabut katana miliknya dan menebas salah satu leher iblis yang telah melukai Giyuu. Sedangkan iblis yang satunya lagi dikalahkan oleh Sabito.
"Giyuu-san. Kau tidak apa-apa?" Kira menghampiri Giyuu yang terduduk di atas tanah.
"Wajahmu terluka." Dengan telaten Kira membalut luka Giyuu dengan perban yang dibawanya sebelum pergi.
"Kalian." Kali ini ganti Sabito yang menghampiri. Sabito melihat Kira yang membalut luka Giyuu.
"Bawa Giyuu pergi dari sini bersama anak-anak yang lain."
"Apa?!" Giyuu bangun dari duduknya.
"Apa maksudmu, Sabito-san?" Tanya Kira.
"Aku bilang bawa Giyuu pergi dari sini bersama yang lain. Giyuu sedang terluka dan kau harus membawanya pergi. Temani dia sampai ujian ini berakhir. Aku serta Makomo akan melanjutkan ujian dan menyelamatkan anak-anak yang lain." Jelas Sabito.
"Jangan bercanda ini hanya luka kecil." Elak Giyuu.
"Tapi Sabito - san-"
"Sudahlah, Kira. Lakukan saja apa yang aku perintahkan."
Anak-anak yang tersisa membawa Giyuu pergi. Giyuu tidak memberontak karena tubuhnya terlalu lemah untuk melakukannya. Dari pandangan terakhirnya ia melihat Kira yang sedang berdebat dengan Sabito. Debat itu diakhiri dengan Kira yang berlari berlawanan arah dari Sabito, yaitu Sabito yang terus maju ke depan dan Kira yang mengejarnya dari belakang.
'Ah. Aku terlalu lemah sekali.' Setelah itu semuanya jadi gelap dan Giyuu pun tak sadarkan diri.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
HIKARI ; Kimetsu no Yaiba [COMPLETE]
Fanfiction[Sudah Direvisi] My Original Character : Mizuki Kira. Happy Reading :) ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Cahaya. Sesuatu yang sangat aku sukai. Terlebih pada cahaya bintang jatuh. Sangat indah. Itulah yang dipikirkan olehku. Tapi, cahaya yang sangat kusukai...