Dimalam yang sama...
Tempat yang berbeda...
"Ne, ne, Tsutoko Onee-chan sedang masak apa?"
Seorang bocah laki-laki berambut hitam dengan iris mata berwarna biru sedang memperhatikan seorang gadis dengan pita terjepit indah dirambutnya tengah memasak makan malam untuk mereka. Bocah laki-laki itu memperhatikan dengan wajah polos yang sungguh menggemaskan.
"Onee-chan sedang masak kare, Giyuu." Gadis itu tersenyum lembut.
"Kelihatannya enak."
"Tentu saja. Kau kira siapa yang memasaknya." Gadis yang dipanggil kakak oleh bocah bernama Giyuu itu berkacak pinggang sambil memukul pelan surai hitam milik Giyuu dengan sendok kare ditangannya.
"Hehe." Giyuu terkekeh karena perlakuan kakak perempuannya.
Tidak berapa lama kari yang dimasak oleh sang kakak pun sudah matang.
"Giyuu, makanan sudah siap."
Giyuu yang melihat semangkuk besar kare langsung saja berbinar. Air liur menetes disudut bibirnya. Tsutoko yang melihat kelakuan adiknya terkekeh pelan dan mengacak gemas surai sang adik laki-laki.
"Itadakimasu."
Saat makanan sudah terhidang di atas meja, Giyuu dan Tsutoko makan dengan lahap. Terutama Giyuu yang wajahnya sangat berbinar saat menyantap kare buatan kakaknya.
"Oishi." Ucap Giyuu sambil memejamkan mata dan meletakkan telapak tangan dipipinya.
"Habiskan makananmu, Giyuu." Kakak perempuan Giyuu yang bernama Tsutoko tersenyum melihat tingkah adik laki-laki kesayangan sekaligus satu-satunya itu.
"Umn."
Tok. Tok. Tok.
Suara ketukan dipintu depan membuat acara makan malam Giyuu dan Tsutoko yang damai terhenti sejenak.
"Ne, Tsutoko onee-chan, ada seseorang yang mengetuk pintu." Tunjuk Giyuu kearah suara ketukan terdengar.
"Onee-chan akan mengeceknya sebentar." Tsutoko bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu depan.
'Siapa yang berkunjung malam-malam begini?' Tanya Tsutoko dalam hati.
Tok. Tok. Tok.
Suara ketukan kedua membuat bulu kuduk Tsutoko merinding. Tsutoko tidak berani untuk membuka pintu jadi ia hanya melihat melalui celah kayu dibagian samping pintu. Celahnya tidak terlalu besar tapi cukup untuk melihat seseorang di luar sana.
Nampak olehnya seorang pria yang menggunakan topi aneh dengan rambut kuning keemasan. Dikedua tangannya terdapat dua kipas berwarna sama dengan warna rambutnya.
Satu yang membuat Tsutoko gemetar ketakutan, pria itu menyerap seorang gadis muda kedalam tubuhnya. Belum lagi disekitar bibir pria itu terdapat bercak darah dan taring panjang. Tsutoko dapat melihat angka dibagian pupil kedua mata pria tersebut.
Bulan Dua Atas.
Tsutoko menyadari jika pria ini bukanlah pria yang baik. Jadi Tsutoko diam-diam kembali ke tempat Giyuu yang sedang asik makan.
Tok. Tok. Tok.
Suara ketukan pintu tidak dihiraukan oleh Tsutoko. Yang terpenting adalah lari menyelamatkan diri bersama adiknya.
Atau lari untuk menyelamatkan adiknya.
"Onee-chan." Panggil Giyuu saat melihat Tsutoko kembali masuk dan tidak jadi membuka pintu.
"Giyuu, ayo kita tinggalkan rumah." Ajak Tsutoko dengan suara pelan. Ia menarik tangan kecil adiknya.
Tok. Tok. Tok.
Suara dipintu terdengar semakin kuat. Membuat Tsutoko semakin gemetar ketakutan dan itu bisa dirasakan oleh Giyuu.
"Ada apa, onee-chan?" Tanya Giyuu yang menyadari getaran ketakutan dari kakaknya.
"Giyuu, ayo segera berdiri. Kita tidak punya banyak waktu."
Tok. Tok. Tok.
"Tapi, seseorang masih di luar." Giyuu menunjuk kearah pintu.
"Jangan pikirkan orang itu. Orang itu bukan orang baik. Sekarang ayo kita pergi dari sini."
Setelah mendengar ucapan kakaknya, Giyuu tidak membantah. Ia hanya menurut saat Tsutoko menuntunnya keluar rumah diam-diam melalui pintu belakang. Dan lari tergesa-gesa meninggalkan rumah mereka.
***
"Ya, ampun. Lama sekali membuka pintunya."
Tidak sabaran, sosok yang berada di luar rumah medobrak pintu dengan kuat. Manik kuning keemasannya mendapati keadaan rumah yang kosong.
"Sial. Aku terlalu menikmati makan malamku sampai-sampai tidak menyadari penutup makan malamku sudah kabur." Umpatnya. Setelah itu pergi mengikuti bau Giyuu dan Tsutoko.
***
Giyuu dan Tsutoko masih berlari tidak tahu arah. Yang terpenting adalah kabur dari sosok pria menyeramkan itu.
Saat berlari, tiba-tiba Giyuu tidak merasakan jemari tangan Tsutoko menggenggam lengannya. Giyuu pun menoleh kearah belakang.
"Onee - chaaaaan!!"
Giyuu terkejut saat melihat sesosok pria asing sedang menarik rambut hitam milik kakaknya dengan kuat. Sampai membuat beberapa rambut Tsutoko rontok. Tsutoko merintih kersakitan karenanya.
"Giyuu, nigero yo! Hayaku!" Teriak Tsutoko.
"Damare." Sosok itu merobek sudut bibir Tsutoko menggunakan kuku jarinya yang panjang. Darah segar mengalir.
"Aku tidak akan melukaimu kalau kau tidak kabur tadi." Sosok tersebut semakin kuat menarik rambut Tsutoko.
"Akhh. Gi-yuu, ni-ge-ro." Meski begitu Tsutoko masih menyuruh Giyuu untuk lari.
"Jangan menyakiti Onee-chanku, dasar sialan!!" Giyuu berteriak sekaligus mengumpati sosok tersebut.
"Diam kau, bocah aneh!" Pria itu mengibaskan kipasnya kearah Giyuu.
Tap. Tap. Tap. Tap. Tap.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
HIKARI ; Kimetsu no Yaiba [COMPLETE]
Fiksi Penggemar[Sudah Direvisi] My Original Character : Mizuki Kira. Happy Reading :) ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Cahaya. Sesuatu yang sangat aku sukai. Terlebih pada cahaya bintang jatuh. Sangat indah. Itulah yang dipikirkan olehku. Tapi, cahaya yang sangat kusukai...