Beberapa Tahun Setelahnya...
Tap. Tap. Tap. Tap. Tap.
"Nafas Konsentrasi Penuh. Pernapasan Cahaya. Kuda-Kuda kelima : Ribuan Hujan Cahaya."
Satu persatu tubuh iblis-iblis tumbang di atas gundukan salju. Kepala mereka terpisah dari tubuhnya. Lalu tubuh dan kepala itu berubah menjadi abu, menghilang di udara.
Gadis berhaori biru dengan corak percikan cahaya berlari menembus salju yang turun dari langit. Nichirin masih tergenggam di tangan. Sesekali digunakan untuk menebas iblis yang ia temui selama di perjalanan.
"Ya ampun. Iblis ini menghalangi jalanku." Gerutunya ketika berhadapan dengan seorang iblis.
"Kau-" Tunjuk iblis itu.
"Aku sangat benci dengan aromamu."
'Oh yang benar saja, aromaku ini adalah aroma bunga wisteria. Semua yang namanya iblis pastilah membenci bunga itu. Apa iblis ini amatiran?' Gerutunya dalam hati. Ia sungguh kesal karena iblis ini sekarang.
"Bisakah kau minggir? Aku tidak ingin menebas kepalamu."
Gadis tersebut melesat dengan cepat. Tapi ia tahu jika iblis yang bertemu dengannya tidak tinggal diam. Saat gadis berhaori biru berlari membelakanginya, ia menyerang sang gadis dari titik buta. Mengabaikan aroma yang sangat dibencinya.
"Kusso."
Gadis itu menyampingkan tubuhnya, membuat si iblis terjatuh. Ia mengangkat Nichirin berwarna merahnya dan mengarahkan tepat pada leher si iblis. Aura yang keluar membuat iblis yang terbaring di tanah menjadi ketakutan. Manik mata yang semerah darah menyala dengan sangat terang.
'Apa-apaan gadis ini. Auranya bukanlah aura manusia. Tapi dia manusia. Lalu matanya, mata itu menyala. Siapa gadis ini sebenarnya?'
Menyadari perubahan aura dari gadis di depannya. Si iblis pun melesat melarikan diri. Larinya sangat kencang. Ia yakin gadis itu tidak akan bisa mengejarnya.
Tapi, kepala si iblis sudah terpenggal dan berada di tangan gadis berpedang merah. 'Sonna. Bagaimana bisa?'
"Kalau kau tidak menyerangku tadi. Kepalamu ini pasti masih utuh." Ucap gadis itu dengan suara yang sangat dingin dan penuh penekanan.
Didetik-detik terakhir sebelum kepalanya berubah menjadi abu, iblis itu menyempatkan diri untuk bertanya pada gadis yang mulai menyarungkan pedang Nichirinnya.
"Siapa namamu, gadis manusia?"
"Namaku?" Sejenak gadis itu membersihkan haorinya dari salju yang lengket.
"Mizuki Kira." Kemudian gadis tersebut kembali melanjutkan perjalanannya.
"Mizuki Kira, ya? Aku akan terus mengingat nama itu." Kepala iblis itu pun berubah dan menghilang menjadi abu.
***
Kira masih terus berlari menembus salju-salju yang turun ke permukaan bumi. Ia mengabaikan dingin yang mulai masuk menembus kedalam pakaian.
"Iblis-iblis itu bisanya menghambatku saja. Aku jadi tidak dapat menemukan Giyuu-san." Kira menggerutu disepanjang jalan.
"KAU INGIN MELINDUNGI ADIKMU SEMENTARA KAU MEMBERIKAN PUNGGUNGMU SENDIRI PADA MUSUHMU."
Gendang telinga Kira menangkap suara yang tidak asing. Ia mempercepat larinya menuju sumber suara.
"BAGAIMANA BISA ORANG YANG LEMAH SEPERTIMU INGIN MELINDUNGI ADIKNYA SEDANGKAN KAU TIDAK BISA MEMIKIRKAN CARA UNTUK MELUMPUHKAN MUSUH DI HADAPANMU."
Suara itu semakin jelas terdengar saat Kira sudah semakin dekat. Dan Kira sangat yakin suara yang didengarnya ini adalah suara milik--
"JIKA KAU INGIN AKU MELEPASKAN ADIKMU. MAJU DAN SERANGLAH AKU!"
"Giyuu-san." Gumam Kira.
Bola merahnya melihat Giyuu sedang mengacungkan Nichirin pada seorang bocah laki-laki dengan haori kotak-kotak yang terduduk di atas salju. Di samping Giyuu ada iblis perempuan yang meronta untuk dilepaskan.
"Iblis? Apa itu adiknya?" Kira berbicara dengan dirinya sendiri. Bibirnya membentuk sebuah kurva.
Bocah laki-laki mengambil kapak dan menyembunyikan kapak itu dibelakang tubuhnya. Ia berlari maju sambil melempar bererapa batu kecil kearah Giyuu yang tentu saja dengan mudah ditangkis oleh Giyuu.
Saat tepat di hadapan Giyuu, gagang Nichirin milik Giyuu dengan keras disentakkan ke pundak si bocah laki-laki hingga bocah itu pingsan seketika. Tubuhnya jatuh tengkurap di atas salju.
'Dia tetap menyerangku meski tahu tidak akan bisa menang melawanku. Tunggu, kapaknya?' Batin Giyuu.
"Giyuu-san diatasmu!"
Tepat setelah peringatan dari Kira. Kapak yang dilempar oleh bocah laki-laki melayang dan menancap dipohon tempat kepala Giyuu berada. Untung saja Giyuu sempat menghindar dari kapak itu.
Iblis perempuan melepaskan diri dari Giyuu. Ia berlari menuju kearah bocah laki-laki terkapar. Anehnya bukan memakan bocah laki-laki itu. Si iblis perempuan malah melindunginya.
Melihat pemandangan tidak biasa ini, bola biru Giyuu dan bola merah Kira membulat. Giyuu kembali menyarungkan pedang Nichirinnya. Saat iblis itu menyerang, Giyuu memukul pundaknya hingga gadis itu ikut jatuh pingsan di samping bocah laki-laki. Kira mendekati Giyuu.
Tbc
Segini dulu aja ya. Putri mau sambung dichapter berikutnya.
Jaa, Minna :)
KAMU SEDANG MEMBACA
HIKARI ; Kimetsu no Yaiba [COMPLETE]
Fanfiction[Sudah Direvisi] My Original Character : Mizuki Kira. Happy Reading :) ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Cahaya. Sesuatu yang sangat aku sukai. Terlebih pada cahaya bintang jatuh. Sangat indah. Itulah yang dipikirkan olehku. Tapi, cahaya yang sangat kusukai...