"Oh ayolah Giyuu-san. Ya ampun. Kalian terlalu tegang dengan semua ini." Kira memegang kepala dan menggeleng pelan.
"Kalian bertigalah yang membuat ini menjadi menegangkan." Ucap Giyuu pada akhirnya.
"Hah. Souda ne."
"Padahal pertengkaranmu dengan Shinazugawa saja sudah bisa membuat suasana tegang. Hah." Giyuu menghela nafas lelah.
"Ya ampun. Kau benar Giyuu-san." Kira menatap Giyuu. Telapak tangan digunakan untuk menutup mulut.
"Jangan menatapku dengan wajah sumringah seperti itu." Giyuu yang tak tahan dengan ekspresi menggemaskan Kira pun memalingkan wajah. Rasa panas menjalari wajahnya.
***
"Apa yang terjadi?" Suara lembut Kagaya ditujukan pada dua bocah perempuan yang berdiri dikedua sisinya.
"Pilar itu melukai tangannya." Jawab bocah perempuan yang di sisi Kiri.
"Iblis perempuan memalingkan wajah dan tidak menyerang si pilar." Jawab bocah perempuan yang satu laginya.
"Baiklah semua. Kalian sudah melihatnya. Itu adalah bukti jika Nezuko tidak akan menyakiti manusia." Semua pilar mengangguk paham.
"Tanjirou, kamu harus bisa menjaga kepercayaan semua orang."
'Suara orang ini begitu tenang dan lembut.'
Tanjirou menundukkan diri di depan Kagaya. Tubuhnya bersimpuh menghadap Kagaya. Badannya refleks melakukan itu karena suara yang dihasilkan oleh Kagaya sendiri.
"Saya akan pastikan kalau Nezuko tidak akan menyakiti manusia. Saya juga akan membunuh Kibutsuji Muzan bersama Nezuko."
"Tanjirou. Kau tidak bisa membunuh Kibutsuji Muzan dengan kekuatanmu yang sekarang." Ujar Kagaya.
"Sebelum membunuh Muzan, kau harus bisa membunuh salah satu dari 12 iblis rembulan. Dan untuk melakukan itu perlu dilakukan latihan keras seperti yang para Hashira lakukan." Lanjut Kagaya.
"Ha'i." Tanjirou speechless.
"Pfftt." Shinobu yang mendengar ambisi Tanjirou tersebut terkikik geli di tempatnya.
"Paling tidak kau bisa membantu seorang pilar untuk membunuh salah satu iblis rembulan." Kira menimpali dari ujung sana dengan santai yang diberi sikutan oleh Giyuu.
"Ya ampun. Giyuu-san." Kira mendesis dan mendelikan tajam mata merahnya pada Giyuu.
"Jangan memotong ucapan Oyakata-sama, Mizuki Kira si Pilar Cahaya." Delikan mata biru Giyuu juga tak kalah tajam.
"Baiklah. Kalau begitu, saya akan membawa Kamado-kun ke kediaman kupu-kupu." Shinobu memberi usulan yang langsung disetujui oleh Kagaya.
Kagaya kemudian tersenyum pada semua anak-anaknya lalu memandang Kira, Sanemi, dan Obanai bergantian.
'Yabai.' Batin Kira was-was. Atensinya akan terancam kali ini. Manik mata mengarah ke segala arah. Mencari titik fokus agar tidak memandang Kagaya.
"Dan untuk Kira, Sanemi, Obanai. Jangan suka menganggu anak baru."
Sanemi dan Obanai menundukkan kepala merasa bersalah. "Kyoi."
Sementara itu Kira mendesah. Tak menyangka akan ikut ditegur oleh pemimpin mereka. "Hah. Ha'i Oyakata-sama."
"Dengar itu?" Giyuu menyikut Kira lagi.
"Iya. Iya. Tomioka Giyuu si Pilar Air yang orangnya kelewat santai." Kira mengibaskan tangannya ke wajah Giyuu.
"Jangan begitu." Giyuu mencubit hidung Kira.
"I-i-ittai, Giyuu-san. Hanase yo." Kira mengeleng-gelengkan kepala untuk melepaskan cubitan Giyuu.
"Ekhm." Sanemi berdehem dari dalam kediaman Kagaya. Membuat interaksi kecil itu harus berhenti.
'Tch. Mereka selalu saja dekat.'
Kira mengelus hidung mancungnya yang memerah. Giyuu diam seolah tidak terjadi apa-apa.
***
Sepasang Kakushi datang untuk membawa Tanjirou dan Nezuko yang sudah masuk ke dalam kotaknya menuju kediaman kupu-kupu milik Kochou Shinobu, Pilar Serangga.
"Kami permisi Oyakata-sama."
Setelah menunduk hormat pada Kagaya dan pada para pilar, dua Kakushi tersebut pun pergi beranjak dari markas umum pemburu iblis.
"Baiklah. Kita akan melaksanakan rapat Hashira yang dilakukan enam bulan sekali."
"Oyakata-sama, saya-" Kira mengangkat tangan hendak bertanya. Tapi--
"Chotto matte. Sebelumnya biarkan aku menghajar orang dengan bekas luka itu, karena dia sudah menyakiti Nezuko!!" Tanjirou kembali datang seorang diri disusul oleh dua Kakushi tadi. Ia berteriak ingin menghajar Sanemi.
"Hoi, kau tidak sopan." Kakushi pria berusaha menyeret Tanjirou pergi dari sana. Tapi Tanjirou tak beranjak seinci pun dari tempatnya.
"Ku mohon. Biarkan aku-"
Ctaakk.
Muichirou menembakkan batu kerikil pada leher Tanjirou. Sehingga Tanjirou terjatuh dari duduknya dan terdiam. Ia melambung-lambungkan batu kerikil di tangan.
"Tidak ada yang boleh menyela pembicaraan Oyakata-sama." Katanya.
"Maafkan kami, Oyakata-sama, Tokito-sama." Kakushi wanita membungkuk berkali-kali untuk meminta maaf.
Kira di ujung sana jadi terabaikan gara-gara gangguan kecil itu. Perempatan kesal muncul disekitaran wajah cantiknya. Dengan tangan yang masih terangkat di udara dan senyuman mematikannya Kira menatap mata dua Kakushi tersebut.
"Cepat pergi." Ucap Kira dengan penekanan.
"Tunggu apa lagi? Pergilah." Muichirou mengibaskan tangan seperti sedang mengusir.
"Maafkan kami, Oyakata-sama, Mizuki-sama, Tokito-sama." Kakushi wanita itu membungkuk lagi untuk yang kesekian kalinya. Lalu beranjak pergi bersama Kakushi pria yang membawa Tanjirou.
"Hah. Ya ampun. Terima kasih Tokito-kun." Kira memberikan senyuman yang paling termanis pada Muichirou.
'Oi apa-apaan senyuman itu?!!' Batin Sanemi dan Giyuu berteriak tidak terima.
Tbc
Oye, coba tebak kenapa Sanemi bisa berteriak begitu hayoo..
Oh iy, lbh bagus buat pairing mereka berdua kali yah? Ntr aku pikir" deh lain kali. Mereka berdua siapa hayo? Wkwk😂
Jaa, Minna :)
KAMU SEDANG MEMBACA
HIKARI ; Kimetsu no Yaiba [COMPLETE]
Fanfiction[Sudah Direvisi] My Original Character : Mizuki Kira. Happy Reading :) ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Cahaya. Sesuatu yang sangat aku sukai. Terlebih pada cahaya bintang jatuh. Sangat indah. Itulah yang dipikirkan olehku. Tapi, cahaya yang sangat kusukai...