Manik merah darah bertemu dengan manik merah gelap. Tatapan tak percaya dan tatapan menyakinkan. Saling memandang.
Di sudut sana Giyuu sudah kepanasan sendiri. Oh ayolah, tak ada yang boleh menatap mata indah Kira lebih dari itu selain Giyuu.
'Aduh. Aku kenapa?' Giyuu memejamkan mata untuk meredakan emosi yang sejak kapan mulai naik.
'Sabarlah Giyuu. Dia hanya bocah. Tak mungkin Kira tertarik dengannya. Tunggu? Tertarik? Ah, aku kenapa lagi, sih?' Giyuu memejamkan matanya dengan sangat erat. Enggan untuk melihat interaksi halus antara Kira dan Tanjirou.
'Ku mohon percayalah padaku, Kira-san.' Tanjirou masih mencoba menyakinkan Kira melalui tatapan matanya.
'Ah. Tatapan itu terlalu menyakinkan. Tapi jika tidak ada bukti. Ah, andai ada Shinazugawa-san disini. Mungkin-'
"Oi. Oi. Oi. Apa aku ketinggalan sesuatu?" _Pilar Angin_ (Shinazugawa Sanemi)
"Panjang umur." Ucap Kira dengan semangat. Matanya berbinar.
"Hah?!" Sanemi menatap garang kearah Kira yang diberi delikan tajam oleh Giyuu.
'Aku mulai tidak suka situasi ini.' Batin Giyuu.
'Shinazugawa-san. Lukanya bertambah lagi. Itu membuatnya terlihat semakin keren.' Manik emerald Mitsuri tak kalah berbinar.
"Nezuko!!" Tanjirou berdiri memekik saat melihat di tangan Sanemi terdapat kotak Nezuko.
"Hei apa iblis ini adikmu? Aku akan membunuhnya sekarang."
Sanemi berdiri dengan seringai yang mengerikan. Pedang Nichirin sudah dikeluarkan dari sarungnya dan diarahkan.
"Yamero!!"
Sanemi tidak mempedulikan Tanjirou. Ia malah tetap menunjukkan seringaiannya sambil menghunuskan Katana ke dalam kotak Nezuko. Katana itu menembus hingga kebelakang kotak. Mengenai lengan Nezuko dan membuatnya menggeram kesakitan.
"Arrgghh."
"Nezuko!!"
'Yabai. Aku berfirasat akan ada hal memalukan nanti.' Batin Kira menatap horor Tanjirou dan Sanemi.
"Jangan menyakiti Nezuko!!" Tanjirou berteriak murka. Sementara Sanemi masih menampilkan seringaiannya.
"Aku tidak peduli." Sanemi membuang sisa darah Nezuko yang menempel dikatananya.
"Shinazugawa-san. Sebaiknya kamu berhenti." Ucap Shinobu dengan aura yang menggelap.
"Tidak, Shinazugawa." Cegah Obanai.
"Bunuh saja iblis itu bersama bocah tersebut." Obanai menunjuk Tanjirou.
"Iya." Kyojurou mengiyakan perkataan Obanai.
"Itu sangat bagus. Sekalian kita adili bocah itu sekarang." Sahut Tengen.
"Ano-" Mitsuri menunjuk tangan.
"Bukankah sebaiknya kita tidak bertindak sendiri? Kurasa kita bicarakan dulu pada Oyakata-sama tentang hal ini." Usul Mitsuri.
"Aku tidak butuh itu." Sanemi mengacungkan Katananya pada Tanjirou.
"Bocah ini membawa iblis dan itu sudah melanggar peraturan." Sanemi kembali mengarahkan Katana pada kotak Nezuko.
"Oh ayolah, minna. Jangan emosi begitu. Hadapi ini dengan kepala dingin." Kira berusaha menengahi ketegangan disana.
"Jangan menghambatku, Mizuki." Desis Sanemi. Tatapan tajam dari bola hitam dan lebar terarah pada Kira. Kira jadi gelagapan tak jelas.
"Arrrghh."
Sanemi menusuk kotak Nezuko lagi dan itu membuat Tanjirou geram. Kesabarannya sudah habis. Ia tidak bisa diam saja melihat adik kesayangannya terluka didepan matanya sendiri. Sebagai kakak tertua, Tanjirou harus menyelamatkan Nezuko.
"SIAPA SAJA YANG MENYAKITI ADIKKU. AKU TIDAK AKAN MEMAAFKANNYA MESKI DIA SEORANG HASHIRA SEKALIPUN."
Setelah mengatakan itu, Tanjirou melesat maju kearah Sanemi."HENTIKAN. OYAKATA-SAMA AKAN DATANG SEBENTAR LAGI."
Giyuu mencegah Tanjirou dari sudut sana. Tapi Tanjirou tetap berlari menuju Sanemi dengan keadaan kedua tangan yang masih terikat. Kira hanya melihatnya saja.
Tanjirou melompat dan membenturkan kepala sekeras baja miliknya pada kepala Sanemi. Membuat Sanemi tersungkur dan menjatuhkan kotak Nezuko serta pedang Nichirinnya. Darah segar mengalir dari hidung Sanemi.
"Tch." Ia mendecih saat mengusap darah itu.
Semua orang yang melihat pun tercengang dibuatnya terutama Obanai dan Sanemi sendiri. Sementara Kira menatap datar. Kedua bola matanya sedikit menyala. Mitsuri menahan tawa disamping Tengen. "Pffft. Ah, maaf."
"Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti Nezuko." Tanjirou berlari kearah kotak Nezuko dan melindunginya menggunakan tubuhnya. Ia menatap nyalang Sanemi yang dihampiri oleh Kira.
"Bocah itu mengerikan." Ujar Tengen menatap tak percaya pada apa yang dilakukan Tanjirou barusan.
Kira mengulurkan tangannya pada Sanemi. "Sudah kubilang bukan? Hadapi dengan kepala dingin."
Kira kemudian mendudukkan diri. "Bagaimana rasanya? Panas? Keras? Sakit?" Tanyanya dengan mata yang masih menyala.
"Tch." Sanemi memalingkan wajah. Tidak ingin bertemu pandang dengan bola merah menyala Kira.
"Ingin bangun atau tidak?"
Kira masih mengulurkan tangannya. Meskipun Sanemi membuang pandangannya, ia tetap berdiri dan menerima uluran tangan Kira.
Giyuu yang tidak mempedulikan kejadian tadi menggeram kesal ketika Sanemi menerima uluran tangan dari Kira. Auranya menggelap seketika. Tapi Giyuu berusaha menahannya.
"Terimakasih." Ucap Sanemi dengan enggan. Kira menggelengkan kepala melihatnya. Iris mata tak lagi menyala seperti tadi.
'Ini dia bagian yang tidak kusuka.'
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
HIKARI ; Kimetsu no Yaiba [COMPLETE]
Fanfiction[Sudah Direvisi] My Original Character : Mizuki Kira. Happy Reading :) ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Cahaya. Sesuatu yang sangat aku sukai. Terlebih pada cahaya bintang jatuh. Sangat indah. Itulah yang dipikirkan olehku. Tapi, cahaya yang sangat kusukai...