Chapter 23

1.4K 176 16
                                    

'Apakah aku salah lihat? Tadi, mata Kira-san menyala namun sebentar.'

Meskipun Tanjirou fokus pada kotak Nezuko ia masih dapat melihat sedikit kilatan mata merah darah Kira yang sedikit menyala walau hanya sebentar. Namun sangat jelas. Tanjirou tidak tahu apakah pilar yang lain menyadari kilatan itu terutama Sanemi yang berada didekat Kira saat ini.

Giyuu masih berusaha keras menahan diri di sudut sana. Tangan Sanemi masih menempel di tangan Kira. Membuat Giyuu gerah sendiri melihatnya. Dan apa-apaan Kira malah mengobrol (baca : bertengkar) dengan Sanemi disana.

'Tahan Giyuu. Kira hanya berniat menolong, tidak lebih.'

"Aku kan sudah sering mengingatkan Shinazugawa-san untuk bertindak dengan kepala dingin."

"Jangan mengatakan hal itu seakan aku anak kecil yang harus diberitahu terus menerus!" Sanemi menunjuk wajah Kira dengan jari telunjuknya yang bebas. Jangan lupa jari tangan yang satunya belum terlepas.

"Nyatanya begitu." Kira memundurkan wajahnya.

"Hah?!"

"Apa?! Memang benar, kan? Lihat yang tadi? Itu salah Shinazugawa-san sendiri sebab tidak bertindak dengan kepala dingin."

"Jangan seenaknya begitu menyalahkanku, Mizuki!"

"Nah lihat! Mulai kan sifat anak kecilnya kambuh lagi."

Kira dan Sanemi saling adu mulut. Membuat semua yang berada disana tepuk jidat jadinya kecuali Giyuu dan Tanjirou. Kira jika sudah didekatkan dengan Sanemi selalu saja pastinya adu mulut begini. Tidak ketika berlatih. Ketika rapat pun begitu.

"Mereka berdua bertengkar lagi." Ucap Muichirou datar.

"Itu sudah tabiat mereka, bukan?" Tengen tersenyum kikuk.

Mereka berdua sudah seperti minyak dan air. Tidak bisa bersatu jika bersama. Sudah seperti kucing dan anjing yang akan selalu bertengkar jika ketemu. Semua pilar sudah tahu tabiat Kira dan Sanemi kalau diletakkan berdua.

Tanjirou memiringkan kepalanya terheran. 'Apa mereka sedang bertengkar?'

Giyuu di sudut sana makin terbakar rasanya. 'Mereka selalu saja-' Dengan geram ia melangkah. Tapi belum satu langkah, dua suara anak perempuan menginterupsi semua yang ada disana.

"Oyakata-sama sudah datang."

***

"Nah lihat! Mulai kan sifat anak kecilnya kambuh lagi."

"Hah?! Siapa yang kau bilang punya sifat anak kecil?!"

"Tentu saja Shinazugawa-san."

"Jangan seenaknya mengatakan aku anak kecil!!"

"Siapa yang mengatakanmu anak kecil? Aku kan bilang sifatmu yang seperti anak kecil."

"Itu sama saja dengan mengatakanku anak kecil, Mizuki!!"

"Oh jadi, Shinazugawa-san mengakui kalau-"

"Diam!"

"Jangan memotong perkataanku!"

"Kau itu terlalu ribut."

"Hah?! Kau sendiri yang memancing keributan denganku."

"Kau yang mengomeliku duluan."

"Kau-"

"Kau-"

"Oyakata-sama sudah datang." Suara imut dari dua anak perempuan bersurai putih menghentikan pertengkaran Kira dan Sanemi.

"Shimatta." Kira menarik tangan Sanemi dan segera mengambil tempat di samping Sanemi disusul oleh Obanai yang duduk di samping Kira. Semua pilar yang ada disana menunduk hormat pada pria berhelai hitam sebahu yang dituntun oleh dua anak kecil berkimono ungu muda.

Tanjirou yang sedari tadi diam pun terkejut karena tangan Sanemi yang bebas menjatuhkan kepalanya di atas bebatuan di taman tersebut. 'Cepat sekali. Aku tidak menyadari pergerakannya.'

Tanjirou awalnya ingin melawan seketika diam seribu bahasa saat melihat 7 orang pilar di sampingnya menunduk hormat pada sosok pria yang sedang berdiri di hadapan mereka semua.

"Minna cuacanya sangat cerah. Apa hari ini langitnya biru?"

Pria yang disebut Oyakata-sama, pemimpin sekaligus ayah dari para pemburu iblis itu, Ubuyashiki Kagaya, menyapa anak-anaknya. Tanjirou terpaku dengan suara lembut dan menenangkan milik Kagaya.

Oh iya satu lagi, ada yang membuat Tanjirou heran. 'Ada apa dengan wajahnya? Apa itu luka? Tidak itu tampak seperti penyakit.' Batin Tanjirou.

"Selamat datang Oyakata-sama.
Semoga anda selalu dalam keadaan sehat dan baik-baik saja."

Perkataan Kagaya dibalas dengan sangat sopan serta ramah oleh Sanemi dan itu juga membuat Tanjirou terpaku. 'Orang ini perangainya buruk tapi dia bisa berbicara dengan sangat sopan.'

"Terimakasih Sanemi." Kagaya tersenyum lembut kearah Sanemi juga anak-anaknya yang lain.

'Ah. Aku juga ingin menyapa Oyakata-sama seperti itu' -Mitsuri-

"Maafkan saya sebelumnya Oyakata-sama. Bisakah anda menjelaskan apa yang sudah terjadi sebenarnya? Mengenai pemburu iblis bernama Kamado Tanjirou yang membawa iblis bersamanya dalam misi." Tanya Sanemi tak kalah sopannya lagi.

"Benar. Maaf karena tidak memberitahukannya pada kalian semua terutama pada Kira. Tapi, aku sudah mengizinkan hal itu." Jawab Kagaya.

'Terutama pada Kira-san? Ada apa dengan Kira-san? Apa dia kepercayaannya?' Batin Tanjirou bertanya-tanya.

"Tapi saya tidak mengerti ini Oyakata-sama. Membiarkan seorang pemburu iblis membawa iblis? Saya tidak bisa menerimanya." Bantah Sanemi.

"Tidak bisa dipercaya. Semuanya benci dengan iblis. Sudah banyak anggota kita yang dibunuh. Para pilar pun juga membenci makhluk menjijikkan itu." Timpal Obanai.

"Saya rasa ada alasan khusus Oyakata-sama."

Kira yang dari tadi menundukkan kepala pun akhirnya menatap Kagaya. Kedua iris mata kembali menyala dengan seringai tipis yang menakutkan.

'Menyala. Mata Kira- an benar-benar menyala.'












Tbc

HIKARI ; Kimetsu no Yaiba [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang