"Apa Rengoku-san akan pergi mengerjakan misi?" Shinobu bertanya pada Kyojurou yang baru saja keluar dari kediaman Kagaya.
"Kochou, kah?" Kyojurou membalikkan badan dan melihat Shinobu berdiri di belakangnya. Dengan senyuman yang khas.
"Baru-baru ini ada serangan dari iblis."
"Iblis rembulan, ya? Kalau ada Rengoku-san, semuanya pasti akan baik-baik saja." Ujar Shinobu dengan senyum manisnya.
"Umu. Seperti yang sudah diprediksikan Mizuki." Jawab Kyojurou dengan semangat yang membara.
"RENGOKU-SAN."
Dari belakang Shinobu terlihatlah Kira sedang berlari menghampiri Shinobu dan Kyojurou. Ia berteriak memanggil nama Kyojurou seraya melambaikan tangan. Rambut panjangnya yang tidak digelung tersibak kemana-mana terkena hembusan angin yang dihasilkan ketika ia berlari. Kadang Rengoku berpikir, apa Kira tidak risih dengan rambutnya yang sangat panjang itu?
"Re-hah-hah-ngoku-hah-san." Ucap Kira dengan suara terputus-putus dengan nafas yang tak beraturan karena habis berlari.
"Ohayou. Mizuki." Sapa Shinobu dengan senyuman.
"Oha-hah-hah-you, Kochou-hah-hah-san." Kira membalas dengan sapaan yang terputus-putus pula, sama seperti disaat ia memanggil nama Kyojurou tadi. Tak lupa Kira membalas senyuman yang diberikan Shinobu dengan senyuman termanisnya.
"Hah hah hah."
Kira berusaha mengatur deru nafasnya. Kira menopang tubuhnya dengan kedua tangan yang menempel pada kedua lutut. Tubuhnya bergerak naik turun seiring nafas yang memburu.
"Ada apa, Mizuki?"
"Oh iya, apa Rengoku-san akan pergi mengerjakan misi?" Kira bertanya hal yang sama seperti yang Shinobu tanyakan sebelumnya pada Kyojurou. Mendengar suara hangat Kyojurou, seketika membuat nafasnya kembali teratur. Wajah cantik Kira menunjukkan binar semangat. Kedua tangan mengepal di dada.
"Umu. Itu benar." Jawab Kyojurou tak kalah semangat.
"Kalau begitu-"
Kira mendekati Kyojurou dan mengenggam jemari tangan Kyojurou. Ia mencondongkan tubuhnya. Mata Kira berkilat penuh semangat. Spontan tubuh Kyojurou mundur kebelakang. Panas di wajah Kyojurou menjalar hingga telinga. Instingnya sebagai laki-laki tak menolak tubuh Kira.
Kini tubuh yang terlapis seragam itu saling menempel satu sama lain. Shinobu yang melihatnya tersenyum misterius. 'Ara ara. Bagaimana reaksi Tomioka-san saat melihat betapa agresifnya Mizuki?' Pikir Shinobu sambil menyeringai.
"Semangat Rengoku-san."
"Terima kasih, Mizukim" Kyojurou tersenyum secerah cahaya matahari pagi. Menyilaukan bagi Kira.
"Aku akan datang membantumu setelah anak-anak itu sembuh."
Kira mengamit jemari kasar Kyojurou, masih dengan posisi yang sama, tubuh menempel. Kira sama sekali tidak sadar hal itu semakin membuat wajah Kyojurou terbakar.
"Benar juga. Kochou, apa yang akan kau lakukan dengan anak menyeramkan itu? Apa kau akan menambah Tsuguko?" Kyojurou bertanya pada Shinobu. Mencoba menghilangkan desiran aneh di wajahnya karena perlakukan Kira. Kira pun menoleh pada Shinobu dengan wajah tak berdosa miliknya.
"Aku tidak akan memakannya. Tenang saja."
Shinobu perlahan tapi pasti menyeret rambut panjang Kira. Melepaskan tubuh Kira yang menempel pada tubuh Kyojurou dan genggaman tangan yang bisa membuat Kyojurou menyerang Kira divdepan Shinobu saat ini.
"Tentu saja. Hahaha."
Akhirnya Kyojurou bisa bernapas dengan lega setelah serangan dadakan itu. Ia pun berbalik dan pergi meninggalkan Kira serta Shinobu untuk melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda. Kedua tangan menyilang didepan dada. Haori dengan motif api menyala pun berkobar dengan gembiranya.
"Hati-hati." Guman Shinobu yang tak dapat didengar oleh Kyojurou.
"HATI-HATI, RENGOKU-SAN. AKU JANJI AKAN DATANG MEMBANTU. TUNGGU AKU, YA." Kira berteriak seraya melambaikan tangan. Dengan senyuman hangat yang menemani.
***
"TIDAK!!" Zenitsu kembali histeris saat dihadapkan dengan secangkir cairan obat.
"Zenitsu-san harus meminum obatnya jika ingin lenganmu kembali." Seru gadis berkucir dua.
"Tapi obat ini menjijikkan. Menjijikkan itu ada batasnya, bukan?"
Zenitsu lagi-lagi mengocehkan tentang obatnya. Ia menatap cangkir obat dengan mata yang menangis. Tidak tahan sampai kapan penderitaan meminum obat ini akan berakhir.
"Hah. Mattaku."
Gadis berkucir dua itu melenggang pergi ke ranjang Tanjirou sambil berkacak pinggang. Ia tidak tahu harus menghadapi Zenitsu bagaimana lagi. Telinganya sudah lelah mendengar teriakan Zenitsu setiap hari. Bisa-bisa ia tuli gara-gara suara yang mengerikan itu.
"Tanjirou-san obatmu ada disana." Ucap si gadis.
"Douzou." Gadis yang lebih kecil memberikan secangkir obat pada Tanjirou.
"Arigatou." Tanjirou tersenyum lalu menenggak obatnya hingga tandas. Hati gadis berkucir dua sangat lega karena Tanjirou tidak bertingkah menyebalkan seperti Zenitsu.
"Obat Tanjirou tidak pahit, kan? Iya, kan?" Tanya Zenitsu. Dengan suara yang menyanyat telinga, pastinya.
"Zenitsu tenanglah. Ini tempat orang sakit." Tanjirou berusaha menenangkan Zenitsu yang mulai histeris untuk kesekian kalinya lagi.
Tiba-tiba seorang pria yang mengenakan seragam pemburu iblis masuk ke ruangan itu. Iris merah gelap milik Tanjirou bersinar senang. Lain dengan Zenitsu yang langsung terdiam dan memberikan tatapan bingung. Bagaimana dengan Inosuke? Inosuke lebih banyak diam sejak dibawa ke kediaman kupu-kupu.
"Yo."
"Murata-san."
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
HIKARI ; Kimetsu no Yaiba [COMPLETE]
Fanfiction[Sudah Direvisi] My Original Character : Mizuki Kira. Happy Reading :) ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Cahaya. Sesuatu yang sangat aku sukai. Terlebih pada cahaya bintang jatuh. Sangat indah. Itulah yang dipikirkan olehku. Tapi, cahaya yang sangat kusukai...