Satu.
Dua.
Tiga.
"Hoaammm." Kira berjalan sambil menguap. Tangannya sudah bersiap untuk membuka pintu. Ia mengucek matanya.
Gedebuk.
Saat pintu terbuka seseorang tiba-tiba terjatuh mencium lantai dan kakinya.
"Pfftt."
"Giyuu-san ada apa? Kenapa pagi-pagi datang kemari?" Tanya Kira saat melihat Giyuu berdiri di samping pintu. Ia tengah berusaha menahan tawa sambil memegangi perutnya.
"Pfffftt "
"Apa yang kau tertawakan Giyuu-san? Apa ada yang lucu? Hoaamm."
Kira kembali menguap. Mata terus dikucek. Kedua tangan diregangkan.Kesadaran Kira belum sepenuhnya pulih. Ia masih membayangkan ribuan Onigiri.
"Pffft." Sedangkan Giyuu masih menahan tawa.
"Ada apa sih Giyuu-san?"
Kira kesal sendiri karena Giyuu tidak menjawab dan hanya menahan tawa yang entah kapan akan pecah. Nampaknya Kira belum menyadari seseorang yang tengah bersujud di kakinya.
Tapi, Kira disuguhkan dengan pemandangan yang langka di hadapannya, saat ini. Tomioka Giyuu yang sangat jarang bereskpresi dan pendiam. Irit bicara. Berwajah datar seperti batu. Tidak pernah tertawa di hadapan siapa pun bahkan Kira saja yang dekat dengannya dari kecil hampir jarang melihat tawa Giyuu. Kini, Tomioka Giyuu sedang menahan tawanya.
Suatu pemandangan yang menarik. Tanpa sadar Kira menarik kurva bulan sabit di bibirnya. Dan dengan pemandangan langka itulah kesadaran Kira 100 persen kembali naik kepermukaan. Meninggalkan khayalan Onigiri didalam benak, menuju realita yang ada didepan mata.
Semua dibantu oleh siluet seorang pria berambut keperakan di lantai. Berpose seolah ia sedang menyembah Kira. Namun orang itu enggan untuk bangkit dari posisinya.
"Ya ampun Shinazugawa-san. Apa yang kau lakukan dibawah sana? Apa kau ingin mencium kakiku yang bau ini?" Kira menggoyang-goyangkan kakinya dengan bangga.
"Pffftt."
"BERHENTI TERTAWA, TOMIOKA SIALAN." Bentak Sanemi pada Giyuu. Ia bangkit dari duduknya. Menepuk-nepuk celana lalu menunjuk Kira dengan dua pedang kayu yang digenggaman.
"Kau. Kenapa lama sekali membuka pintunya?! Apa yang kau lakukan di dalam sana, haa?"
"Apa sih, Shinazugawa-san? Tentu saja aku sedang tidur di dalam. Ini kan rumahku." Kira berkacak pinggang. Kedua alis menyatu.
"Jadi, apa yang membuat kalian berdua datang pagi-pagi kemari mengacaukan mimpiku yang indah?"
"Ayo berlatih." Jawab Giyuu dan Sanemi bersamaan. Kemudian meraka saling menatap lalu tidak lama memalingkan wajah.
"Tch."
"Kenapa mendadak? Biasanya memberitahuku terlebih dulu."
"Jangan banyak tanya, Mizuki." Sentak Sanemi.
"Oh baiklah. Kalau begitu aku akan membersihkan diri. Kalian tidak mau kan berlatih dengan orang yang baru bangun tidur?" Kira mendorong punggung Sanemi. Kemudian--
Blaam.
Menutup pintunya.
"Melalukan." Cibir Giyuu saat mendengar langkah kaki Kira mulai jauh masuk ke dalam rumah.
"DIAM KAU SIALAN."
***
45 Menit Kemudian...
Kira sudah selesai membersihkan diri. Kini ia mengenakan seragam dan haori biru kesayangannya. Rambut tersisir rapi dan digelung. Aroma wisteria selalu setia menemaninya.
Di tangan Kira terdapat sekeranjang penuh Onigiri. Ia menyempatkan diri untuk membuat panganan terfavoritnya itu. Lalu Kira meletakkan keranjang tersebut di teras rumahnya.
Sanemi melemparkan pedang kayu yang ia bawa sebelumnya pada Kira. "Pakai itu." Kira menangguk.
Mereka bertiga berlatih di halaman kediaman Kira. Tenang saja, halaman Kira cukup luas untuk berlatih berpedang. Setidaknya serangan yang dihasilkan dari latihan tidak akan mengenai rumahnya. Mereka berlatih agak jauh dari teras.
Kuda-kuda terpasang dengan sempurna. Pertama, Giyuu dan Sanemi yang mulai mengayunkan pedang kayu mereka. Masing-masing mengeluarkan teknik pernapasan air dan angin yang terasah dengan sangat baik.
Mata Kira memperhatikan gerakan mereka. Mencari celah dalam serangan dan gerakan menghindar yang terlihat. Bola mata bergerak kesana kemari.
Kira menemukan celahnya.
Wusshh.
Lalu dengan cepat Kira melayang dan masuk kedalam celah serangan yang diluncurkan. Dan benar saja, tepat sasaran, pedang kayunya dapat menghentikan pedang yang digunakan Giyuu dan Sanemi.
Sanemi mengangkat pedang Kira dan melontarkan serangan selanjutnya. Dengan refleks Kira menghindar dan menangkis serangan itu menggunakan teknik pernapasan cahaya miliknya.
Mereka berlatih dengan sangat baik. Kemampuan berpedang ketiganya terasah. Tidak ada serangan yang sia-sia. Semua mengenai pedang kayu masing-masing. Bahkan pedang kayu mereka mulai terkikis. Ketiganya menyerang dengan tenang.
Semua serangan yang datang dari berbagai arah berhasil ditangkis dan dihindari. Tidak ada luka yang didapat. Ilmu berpedang yang indah. Cahaya, air, dan angin menyatu dalam serangan itu.
Sret.
"Shimatta."
Tapi satu serangan Giyuu melesat begitu saja kearah Kira. Hampir mengenai haori yang Kira kenakan. Jika tidak segera menghindar, mungkin serangan tersebut bisa memutuskan lengannya. Kira, Giyuu, dan terlebih Sanemi terkejut melihatnya.
"Hah. Ya ampun. Tadi itu hampir. Untung masih sempat menghindar."
Kira mengelus dadanya. Jika saja bukan karena refleks yang ia punya tangan Kira sudah dipastikan tidak utuh sekarang. Ia jadi merasa sedikit lemah dari Giyuu.
Tbc
Gmn? Actionny berasa gk? Maaf aku gk pandai merangkai kata yang membuat adegan actionnya hidup.
Tapi, semoga kalian senang membacanya.
Jaa, Minna :)
KAMU SEDANG MEMBACA
HIKARI ; Kimetsu no Yaiba [COMPLETE]
Fanfiction[Sudah Direvisi] My Original Character : Mizuki Kira. Happy Reading :) ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Cahaya. Sesuatu yang sangat aku sukai. Terlebih pada cahaya bintang jatuh. Sangat indah. Itulah yang dipikirkan olehku. Tapi, cahaya yang sangat kusukai...