"Tomioka-san."
Tanjirou menghampiri Giyuu yang berdiri tidak jauh dari tempat Tanjirou. Ia menatap lekat wajah Giyuu.
"Untuk soal Nezuko kemarin, aku berterimakasih padamu."
"Kau tidak perlu berterimakasih. Itu sudah menjadi tugasku " Ucap Giyuu sambil memalingkan wajahnya.
Sedikit catatan, saat berbicara dengan orang lain Giyuu tidak mau melihat wajah lawan bicaranya. Entah karena apa. Pengecualian untuk Kira dan Kagaya.
"Hah."
Kira menghela nafas. Lelah dengan tingkah Zenitsu dan Inosuke. Tidak sengaja maniknya bertemu pandang dengan manik Giyuu. Ada Tanjirou didekat Giyuu.
Kira pun mengabaikan dua insan itu lalu berlari ke tempat Giyuu. "Giyuu-san, terimakasih karena telah mengizinkanku."
Giyuu menatap wajah Kira. Sudah kukatakan bukan kalau Giyuu hanya mau menatap wajah Kira dan Kagaya ketika sedang berbicara.
"Berhati-hatilah, Kira." Senyum yang sangat tipis tercetak di wajah tampan Giyuu tapi Kira tidak menyadarinya.
"Ha'i, Giyuu-san." Giyuu mengangguk kecil lalu menghilang.
'Ada perasaan asing yang disembunyikan oleh Kira-san dan Giyuu-san.'
***
"Minna, kalian pasti merindukan aku, kan? Jika kalian mau aku akan tinggal disini." Zenitsu merengek di depan para gadis kecil.
"Zenitsu-san, sebaiknya kamu memperbaiki caramu dalam memperlakukan wanita." Kata salah satu dari mereka.
"Ha'i " Zenitsu speechless ketika mendengar tuturan itu.
"Tapi kalian akan merindukanku, kan?"
"Tidak."
Mereka semua kemudian pamit dan berangkat menuju tempat tujuan. "Minna, ittekimasu."
***
Sesampainya di tempat tujuan...
Inosuke berteriak seakan baru saja mendapatkan musuh yang kuat. Ia menunjuk kereta api yang ada di hadapannya. Ia berlari kesana kemari melihat kereta api itu.
"Oi. Oi. Oi. Apa-apaan ini?! Makhluk ini pasti kuat. Auranya sangat mengintimidasi."
"Itu kereta, baka. Apa kau tidak tahu?" Zenitsu menatap datar Inosuke.
"Tunggu Inosuke." Tanjirou menginterupsi kegiatan Inosuke. Zenitsu dan Kira menatap bocah beranting Hanafuda tersebut.
"Mungkin saja dia adalah roh penunggu tempat ini." Lanjut Tanjirou.
"Ya ampun." Kira menepuk dahinya.
"Ini kereta, aho. Kendaraan yang mengantarkan manusia. Apa kalian tidak pernah melihatnya? Dasar orang desa."
"Eh. Jadi ini kereta yang dibilang gagak itu?"
Tanjirou baru menyadari kalau yang dimaksud gagak pemandunya adalah kereta ini. Maklum, Tanjirou dan Inosuke hidup di gunung. Mereka tidak tahu tentang kereta api atau semacamnya.
Inosuke berjalan menjauhi kereta. Ia membuat kuda-kuda. Tanjirou dan Zenitsu memandang aneh. "Mau apa lagi dia?" Tanya Zenitsu.
"Cepat hentikan." Kira mengucapkan kalimat yang tak dimengerti oleh Tanjirou maupun Zenitsu.
Saat kuda-kudanya sudah sempurna, Inosuke berlari dan menyeruduk sisi kereta dengan kepalanya.
Dukk.
"Oi. Apa-apaan kau ini?!" Teriak Zenitsu.
"Siapa itu?" Datanglah penjaga keamanan karena mendengar kegaduhan yang dibuat Inosuke.
"Mereka membawa Katana. Cepat panggil polisi."
"Yabai. Yabai. Yabai. Nigero yo." Zenitsu menyeret Kira, Tanjirou, dan Inosuke untuk lari kabur dari sana.
***
"Ini semua salah Inosuke. Cepat minta maaf."
"Hah? Kenapa jadi salahku?"
Sekarang mereka sedang sembunyi dari kejaran para polisi.
"Dengar ya. Pemburu iblis itu organisasi yang tidak diresmikan pemerintah. Jika kita menjelaskan apa itu iblis pada mereka, tidak akan ada yang percaya. Kita tidak bisa berkeliaran dengan membawa Katana." Jelas Zenitsu.
"Padahal kita sudah berusaha sejauh ini." Sahut Tanjirou.
"Shikatai na."
"Itu karena mereka tidak pernah melihat iblis. Lagi pula iblis lebih suka mencari makanan di pedesaan dari pada di kota begini." Sambung Kira.
"Kira-san benar. Untuk sementara kita sembunyikan Katana kita di panggung."
Tiba-tiba Inosuke bangkit dari posisi duduknya. Ia dengan bangga menunjukkan dua Katana yang terselip dibelakang tubuhnya.
"Itu masih kelihatan. Pakai bajumu sana, baka yaro." Sarkas Zenitsu.
Tut. Tut. Tut.
Suara kereta api terdengar. Kereta itu akan segera melaju. "Sial. Apa polisinya masih mengejar?" Umpat Zenitsu sambil menoleh kebelakang. Takut kalau ada polisi yang menemukan mereka.
"Ayo bertarung." Inosuke meloncat senang. Ia mengejar kereta api itu dan mendarat di bagian belakang gerbong.
"Oi, baka."
"Kita juga harus ikut, Zenitsu." Tanjirou menyusul Inosuke.
"Jangan hanya diam saja, Zenitsu. Ayo." Kira menarik tangan Zenitsu. Mereka berlari di rel kereta. Mengejar kereta yang semakin laju.
"Tanjirou, Inosuke."
Tangan Zenitsu ditarik naik oleh kedua temannya. Sedangkan Kira tanpa bantuan dua bocah lelaki tersebut dengan mudahnya naik.
"Cepat sekali." Inosuke menikmati angin yang tercipta karena kereta api yang melaju.
Kira, Tanjirou, dan Zenitsu berdiri berdampingan dengan posisi Tanjirou yang di tengah. Mereka menatap lurus kedepan.
"Tanjirou apa kau yakin akan membawa Nezuko-chan? Bukankah lebih baik kau meninggalkannya?" Tanya Zenitsu.
"Mulai sekarang aku dan Nezuko tidak akan pernah terpisahkan, Zenitsu. Kemana pun aku pergi, Nezuko akan terus bersamaku." Zenitsu tersenyum.
Kira melamun. Ia sedang memikirkan Giyuu. 'Aku pasti pulang, Giyuu-san. Jaga dirimu baik-baik sampai aku kembali.'
"Kira-san." Panggil ketiga bocah tersebut. Kira tersentak ketika namanya dipanggil. Ia menoleh pada ketiga bocah yang memanggil namanya.
"Kita pasti akan membunuh iblisnya." -Tanjirou-
"Aku mengandalkanmu, Kira-san." -Zenitsu-
"Tidak ada yang perlu kau khawatirkan jika ada Inosuke-sama disini." -Inosuke-
Kira tersenyum simpul. "Tentu."
Ini akan menjadi awal dari petualangan mereka.
***
Giyuu memperhatikan cahaya bintang yang bertaburan dilangit malam. 'Semoga Kira kembali dengan selamat. Ku mohon.'
Hikari ; Kimetsu no Yaiba
Selesai
KAMU SEDANG MEMBACA
HIKARI ; Kimetsu no Yaiba [COMPLETE]
Fanfic[Sudah Direvisi] My Original Character : Mizuki Kira. Happy Reading :) ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Cahaya. Sesuatu yang sangat aku sukai. Terlebih pada cahaya bintang jatuh. Sangat indah. Itulah yang dipikirkan olehku. Tapi, cahaya yang sangat kusukai...