Chapter 46

1K 130 17
                                    

Kira sekarang tengah memperhatikan Zenitsu dan Inosuke yang diberi pengarahan oleh Shinobu. Sama dengan yang sudah-sudah, Kira berdiri di sudut ruang latihan pemulihan tubuh. Menghilangkan hawa keberadaannya. Tetapi kali ini Chuntarou bertengger apik diatas kepala Kira. Ia ikut menemani gadis dengan peringkat Hashira itu.

"Kamado-kun sedang berlatih untuk menggunakan nafas konsentrasi penuh selama seharian. Ini masih latihan dasar. Seharusnya kalian berdua bisa melakukannya." Ujar Shinobu dengan senyum khasnya.

Zenitsu dan Inosuke saling pandang. Shinobu dengan senyuman memulai latihan. "Mari kita coba"

Mereka melakukan latihan tersebut. Namun beberapa menit kemudian keduanya sudah terkapar akibat kelelahan. Nafas mereka tersenggal. Zenitsu sudah berguling sambil merengek.

"Mustahil. Benar-benar mustahil."

Kira menunjukkan wajah aneh di sudut sana. Tidak tahu bagaimana cara mengeskpresikannya. Chuntarou berkomentar. Agaknya kesal karena Zenitsu yang tidak bisa diharapkan.

"Chuu~"

"Kau benar Chuntarou. Mereka berdua memang payah.

***

Sekarang gantian, Tanjirou yang memberi pengarahan pada dua orang temannya itu. "Aku belum sepenuhnya bisa menggunakan nafas konsentrasi penuh selama seharian." Ujar Tanjirou.

Zenitsu dan Inosuke menyimak perkataan awal Tanjirou. Tetapi, saat Tanjirou menjelaskan cara-caranya dengan gaya yang aneh, mereka mendadak lesu.

"Paru-parumu. Kalian harus bisa mempertahankannya. Jika tulang dan otot kalian mengeluarkan suara 'boom boom', kalian harus berhenti" Pundak keduanya menurun. Aura suram menguar dari tubuh.

"Chuu~" Komen Chuntarou.

"Dia tidak aneh, Chuntarou." Sahut Kira.

"Chuu chuu~"

"Yah, kalau Chuntarou bilang begitu. Semua yang ada disini, memang aneh. Termasuk aku."

Tanjirou memberitahu kunci yang paling utama untuk bisa melakukan nafas konsentrasi penuh.

"Selanjutnya, kalian tidak boleh menyerah." Ucap Tanjirou mantap yang diberi gelengan kuat oleh Zenitsu dan Inosuke.

"Maa maa. Karena baru latihan awal. Kalian berdua pasti bisa."

Shinobu berdiri dibelakang Tanjirou. Tangannya memegang pundak bocah laki-laki tersebut. Tanjirou mendongakkan kepala kebelakang agar dapat melihat wajah Shinobu. Semburat merah muncul di wajah Tanjirou.

Kemudian, tak lama Shinobu berjalan ke depan Inosuke dan duduk untuk mensejajarkan tinggi mereka. Bulir keringat jatuh di pelipis yang tertutup topeng babi.

Mata Kira berkilat senang. 'Kochou-san datang.'

Tanpa suara Kira duduk di samping Tanjirou. Namun Tanjirou tidak mengetahuinya. Sementara Zenitsu yang melihat Kira ingin bersuara. Tapi Kira meletakkan jari telunjuk di bibir. Tanda agar Zenitsu diam.

"Maa. Karena ini masih awal seharusnya Inosuke-kun bisa." Ucap Shinobu sambil tersenyum manis. Tangan menepuk pundak Inosuke.

Satu perempatan muncul.

"Hal ini tidak terlalu sulit. Bagi orang seperti Inosuke-kun pasti mudah untuk melakukannya." Ucapnya lagi.

Dua dan tiga perempatan muncul.

"Tapi, jika Inosuke-kun tidak bisa melakukannya. Apa boleh buat." Kali ini Shinobu menepuk pundak Inosuke berkali-kali. Senyuman masih terpampang dengan manis. Membuat perempatan semakin banyak timbul.

Merasa tidak terima serta tersinggung karena perkataan Shinobu, Inosuke mendengus dan berteriak marah.

"HAA?! AKU PASTI BISA MELAKUKANNYA. JANGAN REMEHKAN AKU. ATAU KUROBEK TETEKMU SIALAN."

Lalu Shinobu beranjak ke tempat Zenitsu dan menggenggam kedua tangan Zenitsu. Shinobu tersenyum sambil mengatakan kata semangat pada Zenitsu.

"Ganbatte kudasai, Zenitsu-kun. Aku mengandalkanmu, loh."

Wajah Zenitsu memerah bak kepiting rebus. Dengan semangat pula ia berdiri. "HAAAAAIIIKKKK."

Tanjirou menatap ketiganya dengan  wajah bingung. Sampai sebuah tangan menepuk pelan puncak kepalanya. Membuat Tanjirou terperanjat kaget. Ia langsung menoleh ke si pelaku dan mendapati Kira dengan wajah yang tersenyum. Dan Chuntarou yang sedang bertengger diatas kepalanya.

"Yo, Tanjirou. Bagaimana latihanmu?"

"Ah. Kira-san. Latihanku berjalan lancar."

"Aku senang mendengarnya." Kira memberikan senyum termanisnya. Hal itu selalu berhasil membuat Tanjirou merona.

***

Karena kata-kata semangat dari Shinobu, Zenitsu jadi giat berlatih. Begitu pun juga Inosuke yang terprovokasi dengan perkataan Shinobu tempo lalu. Ia tentu tidak mau gadis kupu-kupu tersebut meremehkan dirinya.

Kira tidak hanya melihat latihan Tanjirou saja. Kini ia melihat secara langsung latihan ketiganya. Tidak dengan sembunyi-sembunyi tapi justru terang-terangan berada didekat mereka.

Seperti saat ini. Kira menyemangati Inosuke yang sedang menarik batu. Ditemani oleh Tanjirou.

"Ayo. Kau pasti bisa Inosuke." Teriak
Tanjirou.

"Jangan mau kalah sama Tanjirou, Inosuke. Ganbatte." Kira ikut menyahut.

"Urusai."

Tidak hanya sampai disitu. Ketika giliran Zenitsu yang menarik batu. Kira, Tanjirou, dan Inosuke ributnya bukan main.

"Bagus. Seperti itu. Lakukan dengan 'baam baam duaar'. Benar begitu Zenitsu." Tanjirou mengepalkan jari tangannya. Geregetan sendiri sepertinya.

"Haa?! Nani sore?!" Bentak Inosuke.

"Jangan pedulikan mereka Zenitsu. Pedulikan saja aku." Kira berteriak semangat.

"Haah?! Apa maksudmu?!" Inosuke mengalihkan atensinya pada Kira. Masih sempat-sempatnya merasa terprovokasi dengan candaan gadis tersebut.

"Ganbatte Zenitsu."

Zenitsu tentu sangat senang serta semangat karena gadis dengan peringkat pilar yang berparas cantik ini menyemangati dirinya.

"Uwooooohhhh."

Kanao memperhatikan mereka dari kejauhan. Lebih tepatnya memperhatikan Tanjirou.

Shinobu menghampiri Kanao dan menyuruh gadis tersebut untuk ikut berlatih karena ia seangkatan. Kanao membungkuk lalu kemudian pergi.

Gadis bersurai gelap itu berdiri didekat sumur. Bola violetnya kembali memperhatikan Tanjirou. Ia kemudian mengeluarkan sebuah koin dan melempar koin tersebut ke udara.

Kanao melihat koin yang berada di telapak tangannya. Kembali ia teringat masa lalu dimana sewaktu kecil dirinya dijual oleh orang tuanya sendiri. Kemudian Shinobu dan kakak kandungnya, Kochou Kanae, membeli Kanao. Mereka memberikan nama pada Kanao dan merawat Kanao sepenuh hati.

Kanae memberi sebuah koin pada Kanao. Hal itu karena Kanao tidak dapat memutuskan apapun ketika sedang sendirian. Bahkan jika tidak ada yang menyuruhnya untuk makan, Kanao tidak akan makan meski perutnya bunyi.

"Selama ada sebuah pemicu. Hati seseorang pasti akan tergerak. Saat Kanao bertemu dengan lelaki yang disukainya. Kanao pasti bisa memutuskan suatu hal."






"Selama ada sebuah pemicu. Hati seseorang pasti akan tergerak."

-Kochou Kanae-






Tbc

HIKARI ; Kimetsu no Yaiba [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang