Pelukan

402 53 4
                                    

Terlihat Aisyah sudah menunggu Saras diteras rumah dengan wajah gelisah.

"Assalamualikum."

"Waalaikumussalam. Saras, kamu dari mana saja. Kakak khawatir tau. Dari tadi pagi kamu belum pulang." Oceh Aisyah pada Saras.

"Maaf kak."

"Ya udah. Ceritanya didalam aja. Ayo masuk. Dan letakkan semua sayurannya pada tempatnya."

Saras mengangguk pelan. Saras kira jika Aisyah akan marah padanya. Tapi syukurlah Aisyah tidak marah.

Setelah memasukkan sayuran ke dalam kulaks, Saras duduk disamping Aisyah yang sedang menonton TV.

"Sekarang cerita sama kakak. Darimana saja kamu?"

"Tadi Saras mampir ke masjid dikomplek jalan mawar kak. Tadi..."

"Ngapain ke komplek Jalan Mawar?"

"Kakak. Saras belum selesai cerita. Dengerin dulu."

"Oh iya maaf-maaf. Lanjutkan."

Sebenarnya Aisyah hanya menggoda Saras agar kesal. Dia sengaja memotong pembicaraan Saras.

"Ehh kenapa diam aja? ayo lanjutkan."

"Iya. Jadi tadi Saras ketemuan dengan seseorang. Dia.."

"Cewek apa cowok? apa jangan-jangan pacar kamu ya?"

Lagi-lagi Aisyah sengaja melakukan itu. Dan dia melihat Saras sedang kesal karena  perlakuan Aisyah.

"Ihhh. Kakak mah. Saras belum selesai cerita. Jangan potong terus lah."

Kali ini Aisyah tidak bisa menahan tawanya karena melihat Saras yang sedang kesal sepertu itu. Dan Aisyah tertawa.

"Ihhh kok ketawa sih? nggak ada yang lucu tau. Kakak sengaja ngelakuin ini kan?"

Aisayh malah tambah ketawa. Sedangkan Saras tambah kesal.

"Iya maaf. Soalnya kakak nggak pernah lihat kamu ngambek kek gini. Ternyat lucu juga ya adik kakak ini kalau lagi kesel. Tambah cantik deh." Kata Aisyah sambil tersenyum melihat Saras.

"Ahh kakak mah." Kata Saras sambil nahan ketawa.

Aisyah pun memeluk Saras. Hangat. Itulah yang dirasakan mereka berdua.

"Udah jangan ngambek lagi."bisik Aisyah.

Saras menganggukkan kepala. Saras juga baru pertama kali melihat Aisyah tertawa seperti ini. Jarang sekali Aisyah tertawa lepas.

💦🍃💦

Disisi lain, Rion menjelaskan jika orang yang ingin bertemu Afia sudah pergi.

Sekarang Afia pergi membeli obat untuk Andi. Sebelumnya Afia menceritakan semuanya pada Rion tentang hal yang dilakukan oleh Afia yang perhatian dengan Andi.

Rion sangat terkejut mendengar cerita Afia. Bagaimana bisa Andi bisa luluh karena Afia. Padahal Afia adalah anak baru di rumah itu. Rion menyuruh Andi untuk makan saja tidak berani. Tapi Afia malah menyuapi Andi.

"Ini mbak, uangnya." kata Afia sambil menyodorkan uang

"Makasih ya dek."

Setelah membeli obat, Afia langsung menghampiri Rion yang tengah menunggunya.

"Sudah?"

Afia mengangguk lalu Rion menggandeng Afia untuk pulang. Bukan pulang kerumah Afia lho ya.

Sesampainya digudang ( tempat tinggal Afia sekarang), Afia langsung menghampiri Andi. Terlihat Andi sedang duduk dikamarnya.

"Assalamualikum,  Tuan"

"Waalaikumussalam."

Afia terkejut mendengar Andi menjawab salamnya. Padahal kemarin aja nggak dijawab. Afia tersenyum dan menghampiri Andi sambil membawa obat uang dibelinya.

"Tuan, Afia bawa obat buat Tuan. Apa Tuan Andi sudah makan?"

Andi hanya diam saja. Afia melihat sebuah piring yang berisi nasi yang artinya Andi belum makan.

Seperti biasa, Afia mengambil dan menyuapi Andi. Andi tidak menolak. Dia membuka mulutnya. Setelah itu, Afia memberi obat pada Andi. Setelah itu, Afia beranjak pergi. Tiba-tiba

"Kenapa kamu begitu peduli padaku? padahal aku sudah menyiksamu. Aku sudah mengurungmu di gudang itu. Kenapa kamu tidak takut denganku?"

"Karena Afia tidak ingin Tuan sakit. Afia tidak takut sama siapapun kecuali Allah. Tentu saja Afia peduli, karena mama pernah bilang, kita harus berbuat baik dengan siapa saja walaupun kebaikan kita tidak dianggap."

Begitulah jawaban Afia. Dengan entengnya dia menjawab semua itu. Padahal Andi adalah seorang preman yang ditakuti di komplek jalan mawar ini.

Ada sebuah air yang menetes. Andi menangis. Ya, Andi menangis karena sebuah omongan kecil dari Afia. Andi merasa menyesal dengan semua perbuatannya selama ini. Dan kalian tahu apa yang dilakukan Andi sekarang,  memeluk Afia.

Afia tentu saja terkejut karena tiba-tiba Andi menangis lalu memeluk tubuh mungil Afia. Hangat, nyaman. Itulah yang dirasakan oleh Andi saat memeluk Afia.

Pelukan ini juga dirasakan Afia dengan hangat. Membayangkan jika papanya Anton akan memeluknya seperti ini. Dengan penuh kasih sayang dan penuh cinta.

Andi terus menangis. Rasanya Andi tidak ingin melepas pelukannya itu. Tapi tidak mungkin Andi terus memeluk Afia.

Ditengah-tengah pelukannya itu, Andi berkata "Terima kasih, Afia." Kata-kata itu berhasil membuat Afia tersenyum. Setalah acara pelukan itu, Afia pamit untuk kembali.

💦🍃💦

Misi, numpang lewat :v

Hai hai hai, i come back. Gimana part ini? suka nggak? ya harus suka lah. Kalau nggak suka fia marah nih_-

Oke,, see you next time-

Salam hangat dari Fia😋

Kapan Aku Bahagia Tuhan? Ending✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang