4

186 16 1
                                    

Mereka pun melepaskan pelukannya, saling menatap, dan saling melempar senyumannya.

"Sekarang Riki antar."

"Ta..tapi."

"Sssttt. Nggak ada tapi-tapian."

Riki menggandeng tangan Afia. Afia tidak memberontak, bahkan dia menguatkan genggaman Riki.

Mereka samapi di kost Riki. Riki mengambil mobilnya lalu mengantar Afia.

Tak lama mereka pun sampai, bersamaan dengan ketiga temannya. Mereka melihat Afia lalu mendatanginya.

"Wow ada pasangan baru nih."

"Ciee jadian ya. Pajak nya lho."

Afia yang mendengar perkataan itu hanya merasa malu dan berusaha bersikap biasa saja.

"Iri aja lo pada. Gue belum jadian sayang, cuma bentar lagi."

Afia menoleh saat Riki bilang sayang pada Sila dengan jail. Karena tidak terima Afia memukul lengan Riki hingga membuat si empunya meringis.

"Argh.."

"Ganjen ih."

Mereka pun tertawa melihat Afia. Afia hanya mendengus kesal lalu pergi meninggalkan mereka.

"Kita juga harus ke kelas nih. Duluan ya."

"Oke."

Sekarang hanya ada Brina dan Riki.

"Lo juga nggak ke kelas?"

"Gue cuma mau bilang, lo jangan buat Afia nangis. Lo tau kan kisah cinta nya dulu?"

"Ya gue tau. Udah sono lo ke kelas. Jagain gadis gue."

"Huu dasar. Belum aja nikah udah dicap sebagai gadis lo."

Riki hanya terkekeh mendengar ucapan Brina.

"Gue pulang duluan ya."

"Iya."

Mobil Riki pun melaju dan meninggalkan sekolah ini.

💦🍃💦

Seperti yang dijanjikan Riki bahwa dia akan menjemput Afia saat pulang sekolah, Afia kini menunggunya didepan gerbang sekolah. Sudah 30 menit Afia menunggunya tapi Riki tidak datang. Sekolah juga sudah sepi karena jam pulang sudah dari tadi.

Harusnya Afia menerima tawaran Brina agar ikut dengannya ikut mobil. Afia mendengus kesal, dia sudah lelah berdiri terus.

Afia sudah geram dan memutuskan untuk jalan kaki saja. Tapi cukup jauh untuk ke rumahnya. Biarkan saja, sekali-kali dia olahraga dengan jalan kaki. Apa salahnya.

Tidak disangka, hujan mulai turun. Dengan terpaksa Afia harus berteduh. Tapi dimana? Afia pun memutuskan untuk berteduh di teras rumah milik seseorang.

Afia berharap si tuan rumah tidak marah, karena lantainya jadi kotor gara-gara jejak sepatunya yang terkena lumpur.

Hujan semakin deras, Afia tidak tahu harus apa sekarang. Ditambah dengan suara petir yang terus bersahutan. Dinginnya angin membuat tubuh Afia bergidik.

Afia menyalahkan Riki dan dirinya sendiri. Kalau Riki menjemput Afia tepat waktu mungkin dia tidak akan mengotori rumah ini dan kedinginan. Dan harusnya Afia menerima tawaran Brina tadi.

Sambil menunggu hujan reda, Afia memutuskan untuk memainkan HP nya saja. Dia berharap kalau ada pesan dari Riki. Ternyata tidak ada satu pesan darinya. Entah kenapa Afia merasa cemas dan khawatir.

Kapan Aku Bahagia Tuhan? Ending✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang