Si Kembar

137 9 5
                                    

"Aku harus kasih tahu kakak sekarang,"

Ya benar sekali. Afia harus memberi tahu Rion tentang ini. Biar saja Rion marah, ini juga salah Afia sendiri kenapa dia tidak memberi tahu kabar ini pada orang terdekatnya.

Afia merogoh tasnya dan mengambil ponsel miliknya. Dengan ragu Afia harus menghubungi Rion, dan menceritakan semuanya.

"Assalamualaikum, Kak"

"Waalaikumussalam, ada apa Angel Af?"

"Afia cerai."

Hening, tidak ada jawaban dari Rion.

"Hahaha, Afia kamu ini bercandanya jangan kelewatan dong sayang," Rion kira Afia sedang bercanda. Tapi ini bukan sebuah candaan. Lagian mana mungkin Afia bercanda sampai bilang cerai dengan Riki.

"Afia nggak bercanda kak. Afia serius."

Kemudian Afia menceritakan semuanya, dari awal hingga akhir.

"Besok kakak akan jemput, baik baik disana sayang. Afia boleh nangis, tapi jangan berlebihan. Mungkin ini ujian buat Afia. Sampaikan salam buat Gavin dan ibunya. Kakak tutup dulu ya, assalamualaikum Angel Af "

"Waalaikumussalam, kak."

Afia meletakkan ponselnya, lihatlah. Afia mulai menangis lagi. Gavin tidak sengaja melihat Afia menangis lalu menghampiri Afia.

"Lo nggak capek nangis?"

Afia tidak menjawab pertanyaan Gavin. Afia merasa ini hanya mimpi, dada Afia rasanya sesak sekali. Tolong bangunkan Afia jika ini semua mimpi, katakan kalau ini hanya lelucon.

Tapi, ini semua kenyataan yang harus Afia terima. Air mata Afia semakin deras, Gavin yang melihatnya merasa tidak tega dengan perempuan didepannya ini.

Ada rasa ingin memeluk Afia, tapi Gavin sadar diri. Bukannya Gavin ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan, Gavin hanya tidak tega jika melihat seorang perempuan menangis apalagi didepan matanya seperti ini.

"Sorry, gue nggak bermaksud bikin lo tambah nangis. Tapi lo nggak kasihan sama diri lo sendiri? Daritadi lo nangis terus. Mata lo sampai bengak gitu. Udahlah ikhlaskan saja."

"Daripada lo nangis, mending lo ikut gue. Gue bakal ajak lo ke sebuah tempat, dijamin lo bakal tenang."

Baiklah, mungkin Afia akan tenang dan berhenti memikirkan masalahnya ini walaupun sejenak. Afia mengiyakan ajakan Gavin.

15 menit kemudian mereka sampai. Afia terkejut melihat pemandangan didepannya. Sebuah pemandangan yang mengingatkan Afia dengan Riki.

Ini adalah salah satu tempat yang hampir sama, di atas bukit, ada dua kursi panjang, dan adanya matahari yang hampir tenggelam.

"Astaga, lo nangis lagi. Lo kenapa? Duduk dulu."

Afia pun duduk, dan menghapus air matanya. Wajar saja, karena ini pertama kalinya Afia benar-benar kehilangan Riki. Afia harus rela dan membiarkan Riki menikah dengan Nadi.

"Udah udah udah, lo ambil nafas lalu hembuskan. Terus lo ngucap istigfar beberapa kali. Insya Allah lo akan tenang."

Afia mengikuti instruksi dari Gavin, ternyata benar. Afia sedikit tenang dengan menyebut nama Allah.

"Makasih," ucap Afia pelan.

Gavin tersenyum melihat Afia sudah mulai tenang, "sama-sama. Udah jangan nangis, ntar cantiknya ilang."

Wait, apa yang Gavin bilang? Gavin bukan tipe cowok seperti ini. Baru kali ini Gavin bilang cantik dengan perempuan lain selain ibunya.

"Af, lo tunggu disini dulu ya," Afia hanya mengangguk. Gavin pergi entah kemana. Afia kembali melanjutkan menatap pemandangan yang ada didepannya.

Kapan Aku Bahagia Tuhan? Ending✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang