Kalian

197 23 0
                                    

Brina sudah kesal pada Afia hingga turun dari mobil. Dia menarik paksa Afia tapi Afia memberontak dan melepaskan eraphone yang ada di telinganya.

"Apa yang lo lakukan, Ha?" Ucap Afia pelan tapi penuh dengan penekanan.

Brina menghela nafas dan mulai bicara "Afia, dengerin gue. Sebentar lagi kita akan telat. Lebih baik lo masuk ke mobil."

"Jangan paksa gue, PAHAM!" Ucap Afia dengan penuh penekanan.

"Tapi--"

"Lepasin tangan gue."

Brina menatap Sila juga Zara. Mereka mengangguk yang artinya membiarkan Brina melepaskan Afia. Dan dia melepaskannya membiarkan Afia pergi begitu saja.

Ketiganya menatap kepergian Afia.

"Dia benar-benar gadis yang keras kepala."

"Dia benar-benar gadis batu."

"Batu?"

"Kan emang iya, kalau keras kepala artinya dia batu."

Zara menjitak kepala Sila yang membuat si empunya meringis.

"Tuh kepala lo batu."

"Udah udah. Ayo ke sekolah."

💦☘💦

"Kenapa air mata ini selalu jatuh. Ayolah berhenti."

Afia menggerutu karena sedari tadi air matanya tidak mau berhenti. Akhirnya Afia duduk dikursi pinggir jalan.

Tak lama mobil Sila datang dan Afia menghentikannya. Mereka pikir Afia akan ikut dengan mereka tapi nyatanya Afia hanya mengizinkan Afia.

"Apa lo sakit?" Kata Brina

"Cuma gk enak badan doang. Gue mau pulang aja. Tolong izinin gue."

"Lo gk mau kita anterin?" Tanya Zara

"Gk. Mending kalian cepat kesekolah. Ntar telat." Ucap Afia dengan senyuman kecil. Mereka pun ikut tersenyum.

"Ya udah kita duluan ya." Ucap Brina

"Kalau ada apa-apa hubungin kami." Lanjut Zara

"Ya."

Setelah itu mereka pun meninggalkan Afia. Afia memang sakit tapi alasannya yg sebenarnya dia hanya ingin menangis hari ini. Dan benar saja, Afia sudah meneteskan air mata karena kejadian tadi pagi.

Sungguh Afia tidak tahan dengan semua ini. Sudah ditinggalkan orang yang dia sayangi, lalu dia harus mendengarkan pertengkaran seperti ini dalam setiap hari. Afia lelah.

Afia pun memutuskan untuk kembali ke rumahnya. Dia harap rumahnya baik-baik saja. Semoga tidak ada barang yang rusak.

Ternyata tidak, saat membuka pintu rumahnya sudah berantakan. Afia menghela nafas panjang, meletakkan tasnya di sofa lalu membereskan semua kekacauan ini. Setelah usai Afia ke kamarnya.

Hp Afia berdering dan ternyata Rion menelfonnya. Sesuai janjinya, Rion sekarang rajin mengabari adiknya.

"Assalamualikum, Angel Af."

"Apaan sih manggil kok ada Angel Af nya segala."

Terdengar dari sebrang telfon Rion tertawa. Sedangkan Afia mengangkat alis.

"Kakak kenapa sih? Kok ketawa? Gk lucu tau?"

"Emang ada yg ngelawak?"

"Kakak!" Teriak Afia

"Afia jangan teriak-teriak. Oh ya, Afia disekolah kan? Bukannya ini jam pelajaran?"

Afia diam mematung. Oh tidak, Rion menyadari nya. Apa yang harus Afia jawab. Kalau dia jawab sakit pasti Rion akan khawatir.

"Af?"

"E..eh iya kak. Afia sekolah kok. Cuma ini Afia ke toilet tadi."

"Ya udah belajar yang rajin ya. Kakak ada urusan nih. Assalamualaikum."

"Iya kak. Waalaikumsalam."

Setelah telfon dimatikan, Afia membaringkan tubuhnya dan tertidur.

💦☘💦

Afia bangun dadi tidurnya. Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore. Afia terkejut bukan main.

"Astagfirullah. Ini udah jam 3 sore." Afia menepuk jidatnya. Sepertinya Afia lapar dan dari tadi pagi dia belum makan karena tadi pagi ada kekacauan.

Afia menoleh ke meja dan melihat ada makanan. Sipa yang membawanya. Kemudian ketiga temannya datang.

"Hai, Afia. Lo udah bangun. Tuh makanan kami yang beli tadi."

"Sejak kapan kalian disini?" Tanya Afia sambil memegangi kepalanya yang masih sakit.

"Itu tidak penting kapan kami datang. Yang penting sekarang lo makan. Gue tahu lo sakit. Dari tadi pagi pasti lo belum makan."

Afia memandangi Brina dan berkata dingin jika dirinya tidak lapar. Sepertinya perutnya tidak bisa berkompromi hingga mengeluarkan bunyi, tanda bahwa Afia sedang lapar. Ketiga gadis ini hanya tertawa melihat Afia. Dan Afia melemparkan bantal hingga mengenai ketiga temannya yang duduk manis dikursi yang sedang main monopoli milik Afia.

"Af, lo tuh ya. Kalau ada maling gimana? Pintu nggak lo kunci. Ada orang jahat masuk baru tahu rasa lo."

"Udah biasa."

"Kebiasaan lo itu buruk."

"Bodoamat."

"Dasar cewek batu."

Zara dan Brina hanya tertawa melihat kedua temannya bertengkar. Hingga akhirnya Afia menghabiskan makanannya.

Tiba-tiba Sila bersendawa dan mengira kalau itu Afia. Brina dan Zara menatap Afia.

"Bukan gue lah. Tuh Sila yang sendawa." Kata Afia sambil menahan ketawa.

Brina dan Zara melempar bantal ke Sila dan mereka berempat tertawa bersama. Afia merasa lebih tenang setelah bersama mereka. Tapi dia mengingat masa lalunya. Afia menggelengkan kepala dan tidak boleh mengingatnya.

Ngomong-ngmong soal masa lalunya tentang sahabat-Fanya- Dia sudah bahagia dengan orang yang dulu Afia cintai-Dafa. Yah mereka sepertinya melupakan Afia.

Tanpa Afia sadari air matanya jatuh dan mengundang ketiga temannya untuk mendekati Afia.
________________________________

Jangan lupa vote and komen guys
Jangan jadi sider yah😄

Salam Hangat☘

Kapan Aku Bahagia Tuhan? Ending✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang