Pergi ke Butik

98 12 0
                                    

"Ini udah malam. Kalian istirahat saja. Nanti kalau udah waktunya makan, kalian turun ke bawah!"

Afia dan Riki mengangguk lalu pergi ke kamarnya yang ada dilantai atas. 

Saat masuk kamar Riki, mata Afia satu persatu mengamati kamar ini. Kamarnya sedikit berbeda. Afia tahu karena Riki pernah mengajaknya dulu sebelum mereka menikah.

Beberapa foto polaroid Riki dan Afia terpajang di dinding. Beberapa buku tersusun rapi diatas meja. Dan tidak lupa, ada lampu tumbler terpasang dekat foto polaroid yang sengaja dipasang Riki.

Senyuman kecil terlihat diwajah Afia saat melihat foto pernikahannya dengan Riki yang terpajang di dinding.

Afia langsung mendekatinya. Mengusap foto itu secara perlahan agar tidak rusak. Afia harap pernikahannya bisa utuh selamanya.

Entah mengapa perasaan Afia mengatakan jika suatu hari akan ada sebuah permasalahan. Itu yang membuat Afia sedikit khawatir.

Sebuah tangan tiba-tiba memeluk Afia dari belakang, "kenapa hm?" Bisik Riki tepat didekat telinga Afia.

Afia menggeleng pelan tanda bahwa tidak ada apa-apa. Riki membalikkan tubuh Afia. Hingga mereka saling bertatapan.

Pliss deh, jangan tanya bagaimana jantung Afia. Walau mereka sudah menikah, Afia juga masih malu saat suaminya menatapnya. Apalagi mata Riki begitu indah yang membuat siapa saja bisa nyaman melihatnya.

Tapi sayang, siapapun tidak bisa membuat Riki nyaman selain istrinya. Tatapan Afia begitu lembut. Riki menyukainya.

"Sayang, Riki tahu. Afia lagi khawatir kan? Jangan terlalu khawatir itu tidak baik bagi anak kita." Ucapnya yang dibalas dengan senyuman dari Afia.

Riki membawa Afia ke balkon kamar untuk melihat matahari terbenam. Mereka berdua  duduk sambil berpegangan tangan.

Dengan posisi Afia menyandarkan kepalanya di dada bidang milik Riki. Tidak lupa, Riki mengelus rambut Afia dengan lembut.

Keduanya saling menatap matahari yang terbenam sangat indah.

Cekrek

Suara kamera itu berhasil membuat kedua pasangan ini reflek menatap Kak Mila.

"Gotcha. Gue dapat hasil foto yang perfect."

Riki memutar bola dengan malas. Kakak petempuannya ini selalu saja mengganggu. Dari dulu sampai sekarang tidak pernah berubah.

"Lo apa-apaan sih kak. Ganggu aja tau nggak."

Afia dan Mila terkekeh pelan. Mila berjalan santai keluar tanpa menjawab pertanyaan adiknya yang sudah mengatakan sumpah serapah pada Kakanya itu.

"Ki."

Riki langsung menoleh pada Afia dan menatapnya. Sepertinya istrinya akan mengatakan sesuatu.

"Besok temenin Afia ke butik!"

"Untuk apa? Afia mau beli baju? Apa baju yang lain udah nggak muat?"

Afia mengerucutkan bibir saat Riki mengatakan kalau bajunya tidak muat. Karena ukuran perut Afia juga semakin bertambah sebab ada calon anaknya.

"Ish, Riki mah gitu. Afia mau beli sesuatu. Besok juga Riki bakal tau." Ucap Afia sambil tersenyum

"Dan Riki pasti bakal seneng." Lanjutnya berbisik didekat telinga Riki lalu pergi meninggalkannya yang masih bingung dengan perkataan Afia.

Afia sangat jarang sekali keluar rumah kecuali saat Afia memerlukan sesuatu yang berguna dan bermanfaat.

Kapan Aku Bahagia Tuhan? Ending✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang