Jangan sering cemburu, Sayang!

112 12 0
                                    

"Gue kasihan sama Afia. Pasti dia terpukul banget." Ujar Zara sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

"Tapi dia juga beruntung bisa dapatin suami kayak Riki. Jadi pengen, andai aja suami gue Riki." Kata Sila

"Yee lo mah nggak ada akhlak. Ya kali lo mau rebut suami orang." Sahut Brina

Ketiga nya saling tertawa. Jangan pikir ini beneran, mereka hanya bercanda.

"Oh ya, sebelum masuk ke ruangan Afia, kayaknya ada perempuan didepan pintunya. Kalian lihat kan?"

"Iya emang kenapa?"

"Gue punya firasat buruk ama tuh cewek."

"Mungkin dia cuma lewat."

"Heh maemunah. Kalau dia cuma lewat nggak bakal dia berdiri terus liatin Afia dari luar."

"Udah lah positif thingking."

"Tau nih. Lo ada-ada aja deh."

"Bukan gitu. Gue liat postur tubuh dari belakang sama gelang yang dia pake, gue kayak pernah liat." Jelas Sila sambil mengingat saat ada seorang perempuan yang memperhatikan Afia dari luar.

"Serius lo?"

"Iya. Beneran gue nggak bohong."

"Udah ah jangan seudzon. Mending kita lanjut makan aja."

Keduanya pun setuju dengan usul Brina dan mulai menghabiskan makanan. Setelah itu mereka menemui Afia hingga jam menunjukkan pukul 12 siang. Mereka bertiga pamit pulang karena urusan keluarganya yang dirumah.

💦🍃💦

Riki merasa sedih saat melihat Afia yang masih saja galau. Afia menyenderkan kepalanya didinding rumah sakit. Pasti Afia masih memikirkan anaknya, lebih tepatnya anak mereka.

Perasaan Riki juga masih sama dengan Afia. Merasa kehilangan dengan buah hatinya, tapi mau bagaimana lagi? Ini sudah takdir, mau tidak mau Riki harus menerimanya.

Tapi tidak dengan Afia, bagaimanapun juga Afia adalah seorang ibu yang kehilangan anaknya, sangat berat untuk melepaskannya. Bahkan Afia saja belum melihat dan menyentuh buah hatinya.

Afia semakin terisak saat mengingatnya. Batinnya sangat tersiksa. Padahal waktu itu Afia sangat berhati-hati, apakah pengendara motor itu sengaja? Kalau iya kenapa dia sangat tega melakukannya? Kenapa?

Tangan milik Riki mulai mendekap tubuh Afia. Afia semakin terisak dan membalas pelukan Riki.

"Kenapa? Hiks, kenapa Afia begitu ceroboh? Kenapa bukan Afia saja yang tiada?"

"Stttt! Jangan bilang seperti itu Afia? Afia mau Riki tambah sedih? Kumohon jangan bilang seperti itu."

Afia tidak menjawab pertanyaan Riki, Afia masih menangis didalam pelukan Riki. Kenapa begitu berat cobaan ini? Apa salah Afia? Disaat Afia sudah mulai mendekatkan dirinya pada Yang Kuasa dengan memakai hijab, tapi kenapa Allah mengambil anaknya.

Bukan berarti Afia menyalahkan Allah, tapi Afia tidak menyangka kalau dirinya akan kehilangan buah hati yang selama 3 bulan ini ia jaga. Yang niatnya ingin menjaga 9 bulan.

"Kita jalan-jalan?" Tanya Riki hati-hati dibalas dengan anggukan Afia.

Riki membantu Afia untuk duduk di kursi roda.

Kapan Aku Bahagia Tuhan? Ending✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang