Posesif

129 18 1
                                    

Ke-esokan harinya, Afia bangun agak telat. Afia segera turun ke bawah, sudah Afia duga. Ada makanan yang tersaji diatas meja makan.

Afia menduga kalau ini adalah ulah Riki. Mata Afia tertuju pada sebuah surat. Biasanya Riki tidak meninggalkan surat seperti ini. Kenapa juga harus pake surat? Kan bisa mengirim surat lewat HP.

Teruntuk calon istri,

Maafkan aku hari ini tidak menemuimu. Aku harus pergi pagi-pagi. Ada meeting mendadak pagi ini. Aku sudah menyiapkan semua makanan ini. Afia harus mengahabiskannya. Kalau tidak aku akan marah.

Jadi jangan rindu padaku calon istri. Aku selalu mencintaimu.

Tertanda
Calon Suamimu♡

Afia tersenyum membaca surat yang ditulis oleh Riki. Calon istri dan calon suami. Afia sudah tidak sabar ingin segera menikah dengan pria yang dia cintai.

"Aku juga mencintaimu calon suami," ucapnya sambil terkekeh kecil.

Afia melangkahkan kakinya ke meja makan. Setelah selesai makan, Afia bersiap untuk pergi ke tokonya.

💦🍃💦

"Pak, pagi ini kita ada meeting dengan perusahaan Aditya."

"Jam berapa?"

"Jam 8 tepat, Pak."

"Baiklah. Ayo kita segera kesana. Keluar saja dulu. Aku ada urusan sebentar."

"Baik, Pak."

Riki mengacak rambut dengan frustasi. Hari ini jadwalnya sangat padat. Padahal dia ingin menghabiskan waktu dengan calon istrinya.

Riki bangkit dari kursinya dan segera keluar untuk meeting. Pasti Doni-Sekertaris- sudah menunggunya.

Sedangkan, disisi lain Afia sedang melayani para pembeli. Dia juga terlihat sangat lelah. Tapi dia berusaha untuk kuat.

Tiba-tiba Afia jatuh dan pingsan. Orang-orang membantunya untuk membawa Afia ke rumah sakit.

💦🍃💦

Afia terbangun. Dia melihat sekeliling. Ini rumah sakit. Afia berusaha untuk bangkit sambil memegangi kepalanya yang masih pusing.

"Ehh, mbak. Jangan! Sebaiknya mbak tidur aja. Mbak belum sehat," kata seorang gadis yang ada disampingnya. Sepertinya dialah yang membantu Afia kesini.

"Tidak tidak. Aku baik-baik saja."

Pintu terbuka, terlihat ada dokter dan seorang perawat yang mengikutinya.

"Kamu hanya kelelahan saja. Tidak ada penyakit yang serius. Jadi tolong jaga kondisi kesehatannya!"

"Baik, Dok. Apa saya boleh pulang sekarang?"

"Tidak, lebih baik kamu disini dulu sampai kamu benar-benar baik! Minumlah obat yang sudah disediakan."

Afia mengangguk mengerti. Dokter dan perawat itu keluar dari ruangan Afia.

"Mbak, mbak lebih baik istirahat. Biar saya yang menemani."

"Afia. Aku Afia."

"Aku Nadia."

Kedua gadis ini saling melempar senyum. Mereka pun saling berbicara satu sama lain. Menceritakan kehidupan mereka. Seakan mereka berdua sudah kenal lama.

Nadia Kumala Sari. Itulah nama lengkapnya. Dia seumuran dengan Afia. Nadia datang kesini karena ingin menemui seseorang. Seseorang yang dia cintai. Tapi Afia tidak tahu siapa pria itu.

"Jadi dia ada disini?" Tanya Afia.

"Iya. Aku sangat merindukannya."

"Kamu datang jauh jauh kesini hanya untuk menemuinya?"

"Iya. Aku baru saja pulang dari Singapura dan langsung kesini."

"Pasti dia akan sangat bahagia jika bertemu denganmu."

"Hahaha. Semoga saja. Oh ya, kapan kamu menikah?"

"1 bulan lagi. Dan aku mengundangmu."

"Terima kasih. Aku pasti akan datang. Akan kukenalkan dengan nya."

💦🍃💦

Sore tiba, Nadia harus pamit sebentar. Afia juga sudah mengiyakan karena Riki akan menjemputnya.

Pintu ruangan terbuka, Riki langsung berlari menemui Afia lalu memeluknya.

"Astaga, Riki. Lepaskan. Afia tidak bisa nafas." Segera Riki melepaskan pelukannya. Dia benar benar khawatir pada Afia, saat dia mendapat kabar kalau Afia pingsan Riki langsung pergi ke rumah sakit.

Pihak rumah sakit yang memberitahu Riki. Padahal Afia sudah melarangnya. Afia juga melarang untuk memberitahu sahabatnya. Takut mereka khawatir. Hanya Riki yang mengetahuinya. Lagipula Afia hanya pingsan karena lelah. Tidak lebih.

"Apa Afia nggak apa-apa?"

"Tenanglah, Ki. Afia baik-baik saja. Afia hanya lelah."

"Maafin aku. Harusnya aku menjagamu lebih baik."

Afia memegang tangan Riki." Jangan egois, kantor juga membutukan Riki. Afia baik-baik saja. Oke, jadi tenanglah!" Riki tersenyum, dia mengusap tangan milik Afia.

"Siapa yang menjaga Afia tadi?"

"Teman baru."

"Siapa, perempuan atau.."

"Perempuan. Kenapa tiba-tiba calon suamiku bersikap posesif seperti ini, Ha?"

Riki mencubit pipi Afia dengan gemas. "Aku nggak mau Afia jadi milik orang lain."

Afia melempar bantal rumah sakit, "Jangan konyol." Kedua pasangan ini tertawa. Riki dan Afia harus bersiap untuk pulang.

Afia sekarang tahu, kebahagian itu sangat sederhana. Melihat orang yang kita cintai selalu ada buat kita. Melihat tawa dan senyum yang selalu terukir diwajah mereka.

Tapi kebahagiaan tidak akan selamanya berpihak pada kita. Untuk itu, kita harus mempersiapkan mental untuk kuat menghadapi cobaan dan rintangan yang diberikan tuhan pada kita.

💦🍃💦

TBC
Jangan jadi silent readers. Aku maksa, kasih vote dan komen atau kalin akan tau akibatnya.

Hahah bercanda, semoga kalian menikmati cerita yang ku buat. Maaf banyak typo^^

Kapan Aku Bahagia Tuhan? Ending✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang