Kehidupan baru

311 39 1
                                    

Kini Afia dan Alfian berdiri dimakam orang-orang yang sudah pergi dan tak akan pernah datang kembali.

"Kenapa kalian pergi? kenapa kalian meninggalkan Afia. Afia masih ingin bermain dengan kalian. Kalian bohong. Kalian bilang kita akan piknik dan bersenang-senang bersama."

Afia menangis sejadi-jadinya. Dia tidak tahan melihat orang yang dicintainya telah pergi. Kali ini Afia menatap makam Aisyah. Orang yang sudah banyak berjasa pada Afia. Yang selalu ada disaat susah senang.

"Ma, mama bohong sama Afia. Mama ingkari janji Afia. Mama kenapa ninggalin Afia. Mama kan akan menikah dengan Ayah. Mama ninggalin Afia disini. Ma, ayo keluar dari tanah ini, Ma."

Afia terus menangis. Sungguh dia tidak bisa menerima semua ini. Kemudian beberapa guru dari sekolah Afia datang begitu juga Bu tiya. Bu Tiya datang menghampiri Afia dan memeluk Afia.

"Afia. Dengerin Bu Tiya. Afia nggak usah nangis lagi. Mama dan yang lainnya sudah tidur dengan tenang. Mereka sudah bertemu Allah. Kita hanya berdoa semoga Mama Afia dan yang lainnya diterima disisi Allah. Udah dong jangan nangis. Ntar Mama Afia juga sedih. Afia mau bikin mama sedih?"

Afia pun menggeleng dan menangis kedalam pelukan Tiya.

Setalah ke pemakaman, Afia diantar oleh Bu Tiya untuk pulang ke rumahnya.

"Makasih,Bu. Ibu mau mampir dulu? Afia bisa bikin jus sendiri lho,"ucap Afia dengan cengiran kuda dan seakan-akan kecelakaan tadi tidak pernah terjadi.

"Kenapa Afia merasa kejadian ini tak pernah terjadi dan dia masih bisa tersenyum seperti ini. Sungguh gadis kecil yang luar biasa." ujar dalam hati Bu Tiya.

Tanpa aba-aba Bu Tiya menjatuhkan air matanya.

"Bu Tiya kenapa? kok nangis?"
"Nggak kok. Ibu nggak nangis Afia."
"Kalau gitu Bu Tiya mau kan mampir dulu dirumah Afia?"

Bu Tiya hanya mengangguk pelan dan mengikuti arah gadis kecil ini berjalan. Didalam sudah ada Alfian yang duduk diruang tengah. Afia mendekati Alfian.

"Kak, kakak jangan sedih ya. Mama dan yang lainnya sudah bahagia bersama di...."

"Ini semua gara-gara lo. Kalau lo nggak ajukan untuk pergi ke puncak mungkin ini semua nggak akan terjadi." bentak Alfian lalu menuju kamarnya.

Jleb

Afia menangis. Dia mencerna perkataan Alfian. Memang benar waktu itu Afia yang minta untuk pergi ke puncak saja. Karena disana sangat indah dan Aisyah juga sangat menyukai keindahan puncak. Itualah alasan mengapa Afia mengusuklan untuk pergi ke puncak saja.

Kemudian Afia berlari keluar rumah dengan menangis dan melewati Bu Tiya begitu saja. Bu Tiya mengikuti Afia dan akhirnya menemukan Afia duduk ditaman sendirian sambil menangis.

Bu Tiya pun duduk disebelahnya dan memeluk muridnya. Afia terus berkata jika kecelakaan ini terjadi karenanya.

"Ini semua salah Afia, ini salah Afia. Harusnya Afia tidak mengajak mereka ke puncak."

"Ini bukan salah Afia. Ini udah takdir sayang. Disini tidak ada yang bisa disalahkan. Afia, dengerin ibu. Afia nggak boleh sedih. Afia jangan menyalahlan diri Afia sendiri. Ibu tahu, Afia pasti bisa melewati semua ini. Afia hanya terus berdoa saja pada Allah."

"Tapi.."

"Udah. Jangan salahin diri Afia sendiri. Afia harus tersenyum bahagia. Biar mama Afia bisa bahagia jiga karema putri kecilnya bahagia. Afia harus mulai hidup baru. Tanpa mama."

Tiya tidak menghiraukan apakah Afia paham dengan apa yang dibicarakannya itu. Tapi Tiya tahu pasti Afia akan mengerti semuanya. Ini memang masih dini bagi Afia kehilangan orang yang dia sayang. Tiya terus menasehati Afia untuk tetao bersabar.

"Udah ya jangan nangis lagi. Masih ada Kak Saras, Kak Rion, dan Fanya bukan? jadi Afia nggak sendirian."

"Bu Tiya?"

Tiya hanya tersenyum, karena dirinya harus pergi keluar negeri untuk pengobatan anaknya.

"Bu Tiya harus pergi sayang."

"Pe..pergi?"

"Bu Tiya ingin mengobati anak ibu yang sedang sakit."

"Kenapa satu persatu orang yang Afia sayang pergi? apa Allah nggak ingin Afia hidup bersama mereka?"

"Husstt. Jangan seperti itu. Masih ada Kak Rion, Kak Saras, dan Fanya."

"Afia merasa mereka akan pergi. Ninggalin Afia, lagi."

"Afia. Berhenti bicara seperti itu. Mereka nggak akan niggalin Afia. Udah ya, mending kita jenguk mereka."

Afia mengangguk dan tersenyum. Tiya juga membalas senyuman gadis kecil itu.

💦🍃💦

TBC

Kapan Aku Bahagia Tuhan? Ending✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang