Kakak

194 20 0
                                    

Ke-esokan harinya......

Banyak orang datang untuk ta'ziah. Afia menemani Leon dari awal hingga Leon dimakamkan. Semua orang pergi kecuali orang tua Leon, Afia, dan supir. Afia dan Rida menangisi kepergian Leon. Afia menaburi bunga diatas gundukan tanah yang menjadi rumah baru Leon. Tak ada yang bicara. Mereka hanya menangis.

"Nak. Kita pulang yuk! Leon udah tenang." Afia hanya menggeleng. Dia ingin disini. "Biarkan Afia disini, Bun. Kalau Bunda Rida, Ayah Reno, dan Paman Sam ingin pulang, pulang saja. Afia ingin disini. Ayah Reno, suruh Bunda Rida untuk makan ya." Ucap Afia dengan senyum dan dibalas oleh Reno dengan pelukan kecil.

"Kami pamit ya. Assalamualikum."
"Waalaikumussalam."

Rida mencium kening Afia dan berkata "Jangan nangis ya sayang." Afia hanya mengangguk dan tersenyum. Hangat sekali. Afia merindukan Mamanya yang mungkin sekarang bersama Leon di sisi Allah.

Setelah mobil keluarga Leon pulang, Mario datang dan menemui Afia yang menangisi Leon yang tidur ditanah. Afia tahu kehadiran Mario tapi dia abaikan.

"Kemarin yang ngirim pesan ke lo itu gue." Afia menghiraukan Mario. "Gue tahu pasti lo sedih kehilangan banyak orang. Dan sekarang lo harus kehilangan cinta lo."

Kini Afia menatap Mario. "Leon yang ngasih tahu kehidupan lo. Leon selalu menceritakan semua tentang lo. Tuh anak emang nggak ada bosennya omongin lo." Ucap Mario sambil terkekeh kecil saat mengingat kejadian dimana Leon menceritakan tentang Afia.

"Bentar lagi hujan. Mending gue antar lo ke rumah." Afia hanya diam saja. "Benar yang dikatakan Leon. Lo itu cuek bebek ya. Hahaha. Bagaiman bisa Leon mencairkan cewek es batu kayak lo. Hebat banget adek gue."

"Cinta. Nyaman. Suka. Mungkin semua rasa itu yang bisa cairan Afia. Leon yang memberi Afia rumah. Tapi sekarang rumah itu udah pergi. Hiks..hiks..hiks."

Mario mendekati Afia lalu memeluknya. "Leon udah tenang sama keluarga lo yang lain di sisi Allah. Gue yakin mereka bahagia. Tapi kalau lo nggak mau mereka sedih, lo harus ikhlasin mereka. Sekarang kita pulang ya. Bentar lagi hujan turun. Lo masih bisa datang kesini kapanpun lo mau. Tapi sekarang lo harus pulang."

Mario menarik tangan Afia tanpa Afia tolak. Afia masih tidak percaya jika hari ini dia akan pergi. Padahal 3 hari lagi Leon akan ulang tahun. Tepat usianya 16 tahun. Didalam mobil Afia tidak bicara. Hanya keheningan menyelimutinya.

Kenapa ini selalu terjadi? Kenapa sulit sekali untuk bahagia? Afia menyenderkan kepalanya pada kaca dan menatap keluar. Mario yang melihat Afia diselimuti kesedihan merasa kasihan. Mario bingung harus berbuat apa agar Afia tersenyum.

"Lo udah makan?" Afia menggeleng. "Kalau gitu kita makan ya? Lo mau makan apa?" Afia menggeleng. Mario menghembuskan nafas. "Kalau lo nggak makan ntar lo sakit." Semua perkataan Mari diabaikan oleh Afia. Afia hanya fokus pada pandangannya diluar.

Mario tidak habis pikir bagaimana adiknya, Leon bisa betah dengan sikap Afia yang dingin.

"Gue punya pesen dari Leon buat lo. Lo harus bisa bahagia. Itu kata dia. Sebenarnya Leon mengidap penyakit"

Kali ini Afia menatap Mario.

"Dia masih bisa bertahan itu karena lo. Dia bener-bener tulus cinta sama lo. Dan iya. Bentar lagi Leon ulang tahun, dia membelikan hadiah terkahir buat lo. Pasti udah dikasih kan sama lo? Lo itu cinta pertama dan terakhir buat Leon."

Mario menghentikan mobilnya karena sudah sampai dirumahnya "Gue nggak tahu rumah lo. Mau gue anterin?"

Afia membuka pintu mobil dan meninggalkan Mario. Dia pamit tanpa mengucapkan sepatah katapun. "Segitu terluka lo kek gitu. Semoga bahagia, Afia." Ucap Mario dengan menatap Afia yang sudah mulai jauh.
_______________________________

Afia berjalan menuju rumahnya dengan wajah yang begitu sedih. Setelah kepergian Leon, siapa lagi yang aka meninggalkannya. Sudah cukup dia tersiksa dengan tidak ada orang yang akan menyayanginya lagi. Tak ada teman yang bisa menghiburnya, tak ada keluarga yang menghangatkannya, dan tak ada cinta yang melindunginya. Semuanya hilang.

Ada mobil didepan rumah Afia. "Tunggu. Itu mobil Kak Saras dan Kak Rion?" Afia berlari menuju rumahnya dan betapa kagetnya saat dia melihat Saras dan Rion. Tanpa basa basi Afia memeluk Saras dan menangis dipelukan Saras. Saras mengelus kepala Afia.

"Kakak....Jangan tinggalin Afia. Huaaa... Afia nggak mau jauh dari kalian lagi...." teriak Afia dipelukan Saras. Saras melepaskan pelukannya " Kenapa Afia tidak cerita ke kakak kalau Afia ada masalah?" Saras kembali memeluk Afia. Mereka saling menangis.

Rion mendekati Afia dan mengelus kepala malaikat kecilnya yang telah tumbuh dewasa. Afia pun memeluk Rion "Kak Rion bohong. Kakak bilang akan selalu menghubungi Af. Tapi Kak Rion bohong. Huaaa.."
________________________________

Uwu>< jangan lupa vote and komen
Jangan jadi silent readers :) kasih vote dan komen kan gratis
Salam hangat😄

Kapan Aku Bahagia Tuhan? Ending✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang