Pergi Bermain

575 93 10
                                    

Afia terus menangis dipelukan Bu Tiya. Bu Tiya bingung kenapa hanya dengan hal sepele ini, Afia bisa memangis. Bu Tiya terus berusaha untuk menenangkan Afia. Tapi hasilnya nihil. Afia tetep saja tidak mau berhenti menangis.

"Apa yang terjadi padanya? mengapa dia menangis hanya krn mendapat nilai jelek?" gumam Bu Tiya dalam hati.

Afia terus saja menangis sampai bel istirahat berbunyi. Dan Bu Tiya menyuruh para muridnya untuk istirahat. Semua murid mengikuti perintah Bu Tiya.

"Fanya, kamu tidak mau kekantin?"

"Tidak. Fanya tidak mau ninggalin Afia sendirian."

"Fanya lebih baik kamu makan saja sayang. Biar ibu yang tenangin Afia."

"Afia sahabat Fanya. Fanya tidak akan meninggalkan Afia disini."

Mendengar penuturan dari Fanya, Afia kemudian beralih tempat pelukan ke Fanya

"Maafkan Afia, Fanya. Gara-gara Afia, Fanya tidak makan."

"Kita kan sahabat. Fanya tidak akan meninggalkan sahabat Fanya."

Kedua gadis kecil ini menangis bersama dalam pelukan hangat yang terlihat.

"Benar-benar sungguh luar biasa. Baru kali ini aku melihat anak kecil seperti mereka yang saling mengerti padahal mereka masih kecil." Ucap Bu Tiya pelan.

Tanpa aba-aba air mata Bu Tiya menetes karena melihat kisah persahabatan seperti ini.

💦🍀💦

Bel pulang berbunyi. Semua murid menuju rumahnya masing-masing termasuk Afia dan Fanya.

"Afia, apa kamu ingin pergi kerumahku? ayo kita bermain bersama." Ajak Fanya

"Aku akan tanya mama dulu."

"Oke."

Tak lama kemudian mama Afia dan Fanya sedang menuju mereka berdua. Aisyah dan Ratna-ibu Fanya- adalah sahabat dekat. Jadi mereka selalu bersama untuk menjemput anak-anaknya pulang.

💦🍀💦

Rumah Fanya

"Mama, apa mama tau apa itu sahabat?"

"Tentu. Kan mama sama mamanya Afia bersahabat . Kenapa Fanya bertanya seperti itu?"

"Tadi Afia menangis dikelas ma. Karena Afia mendapat nilai buruk. Terus Fanya tadi tidak pergi ke kantin karena Fanya tidak mungkin meninggalkan Afia menangis. Apa Fanya adalah sahabat yang baik, Ma?"

"Fanya sudah menjadi sahabat yang baik sayang. Mama bangga sama Fanya. Berjanjilah untuk tetap menjadi shabat Afia."

Fanya mengangguk, Ratna sangat bangga pada putri kecilnya ini.

💦🍀💦

Rumah Afia

"Ehhh tuan putri sudah pulang?" Sapa Saras.

Afia langsunh memeluk Saras. Afia sudah menganggap Saras sebagai kakaknya. Setekah itu, Afia segera ke kamarnya untuk ganti baju.

Beberapa menit kemudian Afia turun dan menuju meja makan dengan memakai baju yang sederhana dengan rambut dikuncir seperti ekor kuda.

"Mama, kak ,Afia boleh pergi kerumah Fanya?"

"Tentu sayang. Mau diantar ma...." belum selesai bicara Anton sudah memotong pembicaraannya yang baru pulang dari kerja.

"Biar aku yang mengantarnya."

"Tidak perlu. Biar Aku yang...." lagi-lagi pembicaraan Aisyahterpotong.

"Benarkah papa mau mengantarku?" kata Afia senang sambil menuju Anton

"Iya."Jawab Anton dingin

Lalu Afia dan Anton pergi ke mobil. Aisyah merasa khawatir jika Anton yang mengantarnya. Karena tiba-tiba Anton mau mengantar Afia padahal dia sangat membencinya. Beberapa pertanyaan muncul dipikiran Aisyah. Aisyah memiliki firasat yang buruk pada Anton.

"Tidak tidak. Aku harus percaya dengan suamiku. Aku tidak boleh berpikiran buruk." Batin Aisyah.

Saras menghampiri Aisyah "Ini tanda yang baik." Ucapnya yang hanya dibalas senyuman oleh Aisyah.

💦🍀💦

Didalam mobil, Afia terus saja berbicara pada Anton. Menceritakan tentang sekolahnya, kesehariannya, teman-temannya di sekolah, tapi Anton seakan menulikan pendengarannya.

Akhirnya Afia sadar saat melihat jalan lewat jendela. Ini bukanlah jalan menuju rumah Fanya.

"Pa, kita belum sampai? dan kenapa kita melewati arah yang berbeda dari rumah Fanya?" Tanya Afia sambil melihat jendela mobil. Afia sangat mengenal jalan ke rumah Fanya jadi tidak heran kalau Afia merasa kalau jalan yang dipilih Anton berbeda.

"Apa kau mau es cream?"

Mata Afia berbinar saat mendengar

Mobil mereka berhenti disebuah jalan sepi. Afia mulai merasa aneh. Kenapa berhenti dijalan yang sepi?

"Turun! Sebentar lagi tukang es cream nya akan datang. Es cream disini sangat enak. Makanya kita berhenti disini," ucap Anton

Dengan polosnya Afia turun setelah Anton memberi uang 100 rb. Dengan tergesa, Anton langsung menghidupkan mobilnya dan meninggalkan Afia yang sedang berlari mengejar mobil cepat ini.

Tentu saja Afia tidak berhasil. Kecepatan seorang anak dibanding kecepatan mobil sangatlah beda jauh.

Afia terus menangis karena tega-teganya Anton meninggalkan Afia.

Sedangkan dirumah, Asiyah merasa khawatir. Dari tadia Aisyah hanya mondar-mandir didepan pintu rumahnya.

Entah mengapa air matanya mulai jatuh. Perasaan khawatir terus menguasai Aisyah. Saras yang melihat hal itu mulai bertanya

"Nyonya, kenapa menangis?"

Saras membantu berjalan Aisyah menuju sofa yang ada diruang tengah.

"Dimana putriku? Dimana Afia?"

" Tenanglah nyonya. Non Afia sedang pergi kerumah Fanya. "

"Kerumah Fanya? Sama siapa dia kesana?" Tanya Asiyah dengan raut wajah yang khawatir.

"Tuan Anton. Apa nyonya lupa? kan udah 10 menit yang lalu mereka pergi kesana."

"10 menit? Apa kamu sedang bercanda. Jarak rumah Fanya hanya ditempuh dalam 5 menit. Coba kamu ambilkan telofon!"

Segera Saras mengambil telfon. Dan Aisyah menelpon Anton tapi hasilnya nihil. Hp Anton sangat sulit dihubungi. Aisyah merasa tambah cemas dan disana Afia terus menangis tanpa henti karena tidak tau jalan pulang.

💦🍃💦

TBC

Kapan Aku Bahagia Tuhan? Ending✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang