Nadia

127 16 0
                                    

Riki dan Afia keluar dari rumah sakit. Riki sempat memaksa agar Afia naik kursi roda saja, tapi Afia menolaknya. Riki sangat berlebihan.

Riki pun mengalah, dan mengikuti apa kata Afia. Mereka masuk mobil dam segara pulang.

Tidak ada keheningan, Riki selalu saja membuat lelucon atau bercerita tentang harinya di perusahaan. Karena Riki tidak menyukai jika Afia hanya diam saja.

"Oh ya, siapa nama teman baru Afia tadi?"

"Nadia."

Nama itu berhasil membuat mobil yang dinaiki Afia dan Riki mengerem mendadak. Afia terkejut begitu juga Riki.

"Ki, kenapa? Hati-hati dong. Kalau mobilnya tadi nabrak gimana?" Oceh Afia geram.  Untung saja tidak ada mobil lain karena ini jalannya sepi.

"I..iya maaf."

"Kenapa tadi saat Afia mengatakan nama Nadia, Riki mengerem mendadak seperti ini?" tanya Afia curiga.

"Nggak papa. Nanti didepan kita beli es cream ama permen mau?"

Afia mengangguk antusias. Seperti anak kecil saja. Tapi Afia sekarang sudah remaja, dia tahu ada sesuatu yang disembunyikan Riki. Terlihat dari wajahnya tadi.

Tapi Afia pura-pura tidak tahu. Dia tidak ingin ada masalah hanya dengan hal sepele seperti itu.

Riki pun melajukan mobilnya dan mulai menceritakan hal lain agar tidak ada keheningan.

"Semoga saja bukan dia. Ya Allah tolong bantu hamba, selamatkan cinta kita." Batin Riki dalam hati.

💦🍃💦

Riki menghentikan mobilnya didepan. Seperti yang dia janjikan pada Afia, kalau Riki akan membelikan permen den es cream untuknya.

"Yeeee sampai."

Riki menjitak kepala Afia. Afia bersikap seperti anak kecil saja.

"Ihhh sakit, Ki."

Riki hanya tertawa. Riki memberikan uang agar Afia bisa membeli apa yang dia inginkan. Dengan segera Afia mengambil uang dari Riki lalu membuka mobil dan masuk ke dalam toko.

Afia hanya mengambil 3 lolipop dan 2 es cream cup. Setelah membayarnya, Afia melihat Nadia.

"Nadia."

Yang dipanggil pun menoleh. Dia melempar senyuman pada Afia.

"Hai. Ngapain disini?"

"Nih beli sesuatu. Nadia ngapain disini?"

"Cuma beli es cream doang. Tapi lagi nunggu papa jemput. Kamu sendiri?"

"Tadi pulang dari rumah sakit langsung kesini. Ya udah Afia pamit ya, Calon suami udah nunggu." Bisik pelan Afia pada kata terakhir. Nadia terkekeh dan mengiyakan saja.

Afia langsung berjalan menuju mobilnya dan segera masuk. Sebelum duduk Afia meletakkan kantong plastiknya.

"Lama banget sih." Riki berdecak kesal.

"Ya maaf, udah jangan ngambek dong sayang." Bujuk Afia sambil memegang pipi Riki.

Riki terkejut saat Afia memegang pipinya. Afia tertawa puas karena sudah mengerjai Riki. Tentu saja Riki terkejut, tangan Afia masih dingin karena habis memegang es cream yang dia beli tadi.

Riki juga ikut tertawa. Mereka berdua saling tertawa bersama. Hingga mata Riki tertuju pada salah satu mobil didepannya.

Sepertinya mobil itu tidak asing bagi Riki. Riki terkejut melihat seseorang yang akan masuk ke dalam mobil itu. Matanya terbelak, mungkinkah? Mungkinkah semua dugaan Riki benar.

Afia menyadari kalau Riki sedang terkejut melihat sesuatu. Tapi Afia tidak mengetahuinya. Sengaja Afia mengkagetkan Riki.

"Dorr." Teriak Afia hingga membuat Riki terkejut.

"Riki kenapa?"

Riki menggeleng kepala lalu melajukan mobilnya dan segera pulang. Perjalanan pulang ini, Riki hanya diam saja. Apa yang terjadi padanya? Itu yang dipikirkan Afia.

Akhirnya mereka berdua sampai dirumah Afia. Riki langsung pamit tanpa mengucapkan apapun pada Afia.

"Ada apa dengan Riki? Ada sesuatu yang disembunyikan dari Riki," ucap Afia pada dirinya sendiri.

Afia tidak boleh berpikiran negatif pada Riki. Mungkin saja Riki langsung ke kost karena ini sudah malam. Takut dimarahi oleh ibu kost-Bu Lina.

Tunggu dulu, Afia melupakan sesuatu. Kantong plastik yang isinya permen dan es cream tertinggal dimobil Riki.

Ah sial! Harusnya Afia tidak ceroboh seperti ini. Afia tidak jadi masuk kerumah. Dia pergi menuju kost Bu Lina. Untung saja tidak jauh dari sini.

💦🍃💦

Riki memarkirkan mobilnya. Saat Riki turun, dia melihat kantong plastik.

"Dasar. Dari dulu lo nggak pernah berubah, Af. Lo selalu aja ceroboh." Riki menggeleng pelan. Sifat Afia yang ceroboh masih ada dari dulu sampai sekarang.

Riki yakin pasti Afia akan kesini. Cepat-cepat Riki mengambil kantong plastiknya. Tepat membuka mobil, ada panggilan masuk.

Tanpa nama, siapa yang menghubunginya sekarang. Tanpa aba-aba Riki mengangkat teleponnya.

"Riki."

Deg. Suara itu berhasil membuat Riki menjadi patung. Suara yang sudah lama tidak dia dengar. Suara yang sudah menyakitinya selama ini.

"Lo?"

"Gue kangen sama lo."

"Lo ngapain sih nelpon gue. Mau apa lagi lo?"

"Riki, gue kangen sama lo. Gue udah balik lagi dari Singapura. Gue kerumah lo, tapi lo nggak ada. Kata nyokap lo, lo ke Jakarta."

Riki langsung mematikan HP nya. Semoga ini tidak akan menjadi hal buruk pada hubungannya yang sekarang.

"Riki." Panggilan itu membuat Riki terkejut bukan main. Tanpa persetujuan dari Afia, Riki langsung memeluk Afia.

Afia bingung, kenapa dengan Riki. Tiba-tiba Riki memeluknya. Afia juga membiarkan Riki memeluknya. Mungkin Riki ada masalah.

"Af, apapun masalah yang akan datang nanti, kita harus hadapin sama-sama," ucap Riki lirih.

"Tentu saja. Kita akan menghadapi sama-sama."

Riki melepaskan pelukannya. Mata mereka saling bertemu. Afia melihat, Riki sedang gelisah, cemas, dan khawatir. Terlihat dati wajahnya.

Afia memegang pipi Riki lembut, "Percayalah, semua akan baik-baik saja. Afia selalu ada untuk Riki."

Riki mengangguk dan memeluk Afia lagi. Inilah sifat yang disukai Riki dari Afia, selalu ada buat Riki saat dia membutuhkannya. Selalu menenangkan Riki saat Riki sedang gelisah.

💦🍃💦

TBC

Kapan Aku Bahagia Tuhan? Ending✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang