Baikan

14.1K 941 7
                                    

Taehyung meraba bagian samping ranjang. Kosong? Dimana bubunya? Dengan tidak ikhlas Taehyung membuka mata memeriksa ranjang bagian Jungkook.

"Haah!" Taehyung menghela nafas dan lebih memilih menarik guling yang biasa digunakan bunny-nya. Memilih kembali mengarungi dunia mimpinya.

Namun matanya terlanjur terbuka dan enggan menutup kembali. Padahal rasa kantuk masih hinggap. Dan akhirnya Taehyung lebih memilih duduk dan bersandar pada kepala ranjang. Mengambil handphone dan membuka satu aplikasi dan sekian detik kemudian 'welcome to mobile legend'.

Dilain tempat dengan masih satu atap, Jungkook masih memangku buntalan mochi yang mulai bergerak tidak nyaman. Bosan mungkin karena kartunnya sudah selesai.

"Ndaa," si buntalan mochi mendongak menatap bundanya yang terlihat melamun.

Merasa tidak ada respon dari bundanya, si buntalan mochi memilih menepuk halus pipi Jungkook yang membuat kesadaran Jungkook kembali sempurna. "Kenapa sayang? Adek mau apa?"

Dengan senyum manis yang terpampang Jungkook mengalihkan atensi ke anak. "Kit ndaa,"  rd: "sakit bunda," sembari menunjuk bibirnya yang terbuka.

Jungkook yang paham lalu menggendong buntalan mochi itu dan membawanya ke kamar si anak. Meletakkan buntalan mochi diatas ranjang dan berniat mengambil obat yang diberikan Seokjin, namun saat hendak beringsut tangan mungil menahan ujung kaosnya.

"Bunda ambil obat dulu dimeja ya, itu disitu." Tunjuk Jungkook yang melihat si anak yang tidak mau ditinggal. Sama persis seperti Taehyung saat sakit, ga mau ditinggal sama sekali.

Si buntalan mochi hanya diam menatap sang bunda. Jungkook yang ditatap menghela nafas dan kembali menggendong buntalan mochi untuk mengambil obatnya.

Setelahnya si buntalan mochi itu diletakkan kembali diatas ranjang dan mulai membuka mulut si kecil dan meneteskan cairan dari pipet obat. Hansung sedikit meringis merasa dingin dibibirnya.

"Sakit?" Tanya Jungkook yang melihat perubahan raut wajah sang anak.

Namun yang ditanya hanya meringis dan sedikit menahan air mata yang hampir lolos. Setelah beberama lama raut wajah Hansung kembali seperti semula dan merentangkan tangan menandakan minta digendong si bunda.

Jungkook dengan senang hati membawa si buntalan mochi kedalam gendongannya dan merapikan obat Hansung.

"Kita bangunin ayah yuk," ajak Jungkook yang dihadiahi gelengan ringan dari si anak.

Jungkook mengelus pucuk kepala si anak, "Sungie marah sama ayah?" Tanya Jungkook yang hanya ditatap polos.

"Hansung anak baik bukan? Kenapa marah-marah?" Lagi-lagi terkacangi.

"Hansung, ayah tidak berniat membuat Sungie sakit. Bukankah bunda sering bilang pada Hansung agar tidak menggigiti mainan? Kalau bunda tau bunda juga larang Hansung. Cuman cara ayah yang salah, Hansung paham?" Jungkook mulai memberi pengertian pada si anak, entah mengerti tidak tapi Jungkook merasa harus memberi pengertian pada si anak.

Hansung mengerjap polos menatap bundanya, "Ayo kita temuin ayah, ayah sedih liat Hansung marah sama ayah. Bunda juga sedih liatnya. Hansung rindu ayah bukan? Heum." Jungkook mengelus dahi sang anak lembut.

Jungkook yakin anaknya pasti paham, karena Hansung merupakan anak yang peka. Apa yang dikatakan orang lain yang bertuju pada dia, dengan bahasa yang memungkinkan dipahami oleh dia maka dia akan merespon.

Namun Hansung hanya diam menatap polos kearahnya dengan memainkan kaos yang dikenakannya. Akhirnya Jungkook berdiri dari duduknya dengan Hansung dipelukan lalu membawa Hansung menuju pintu kamarnya dan Taehyung.

Saat pintu terbuka nampak Taehyung sedan memainka handphone-nya dengan dahi berkerut. Jungkook yang sudah hafal kelakuan suaminya hanya menghela nafas dan menutup pintu.

Taehyung sebenarnya dengar saat pintu terbuka, namun dia sedang fokus dengan game-nya jadi malas untuk sekedar menengok karena dia juga tau siapa yang membuka pintu selain bunny semoknya.

Jungkook duduk diam disamping ranjang sembari mengelus rambut kepala anaknya menunggu si suami selesai bermain. Ya, Jungkook tidak keberatan Taehyung bermain game, toh dia juga suka bermain game. Jadi impas menurutnya, asal jangan sampai Taehyung lupa segalanya. Apalagi mendiaminya, kalau terjadi tidak mungkin tidak Jungkook mengambil paksa benda pipih tersebut dan membuangnya ke kolong meja.

Setelah beberapa waktu, Taehyung mengalihkan atensinya ke istri semoknya. Ya, menurut Taehyung istrinya Kim Jungkook itu semok dengan pantat dan dada yang berisi.

"Buu," panggil Taehyung yang membuat Jungkook yang tadinya menatap buntalan mochi jadi menatapnya.

"Sudah?" Tanya Jungkook yang melihat Taehyung sudah meletakkan handphone-nya diatas nakas dan diangguki Taehyung.

Taehyung mengalihkan pandangannya ke buntalan mochi yang menatapnya dalam pelukan bundanya. "Dia masih marah buu?"

Jungkook mengikuti arah pandang Taehyung, "Entah, dia hanya diam dari tadi. Jangan-jangan kena sawan setanmu yah." Jawab Jungkook enteng.

Taehyung terkekeh mendengar jawaban ngelantur istrinya. Tangannya terangkat mencubit gemas pipi Jungkook yang tidak kalah berisi dengan si buntalan mochi.

Jungkook meringis dan mendelik ke arah Taehyung yang membuat Taehyung semakin gemas.

Mereka seahkan lupa masih ada buntalan mochi yang sedari tadi hanya menatap interaksi kedua orang tuanya. Taehyung yang sadar ditatap anaknya akhirnya melepas cubitannya dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Jungkook yang melihat hanya terkekeh melihat reaksi suaminya. "Untung ga ditabok Hansung kamu hyung." Jungkook merasa gemas dengan suami dan anaknya yang masih sering canggung karena Hansung yang suka diberi harapan palsu sang ayah.

Ya, pekerjaan Taehyung membuat pasangan ayah dan anak itu jarang bersama. Saat Hansung mulai beradaptasi, Taehyung mulai kembali lagi sibuk dan jarang bermain dengannya membuat Hansung kembali malas didekati ayahnya.

"Yahh," Hansung mencoba meraih wajah Taehyung. Jungkook yang paham langsung mendekatkan si buntalan mochi kepada Taehyung.

Dengan senang hati Taehyung mengambil alih si buntalan mochi kedalam pangkuannya. "Coba bilang ayah." Taehyung mencoba mengajari Hansung memanggilnya dengan benar.

Hansung kembali diam menatap sang ayah dan bunda bergantian. Ingatkan Taehyung bila anaknya masih memiliki luka pada bibirnya yang membuatnya semakin malas berbicara.

Jungkook mengelus pucuk kepala Hansung, "Sungie masih sariawan ayah, jadi mager mau ngomong." Jungkook seolah-olah mewakili Hansung untuk menjawab ayahnya dengan suara yang dibuat seperti bayi.

Taehyung yang teringat langsung membentuk bibirnya menjadi o dan sedetik kemudian melihatkan senyum kotaknya. "Maafin ayah nee, ayah saking gemesnya jadi ga mikir." Taehyung berucap sembari mengelus punggung anaknya.

"Emang kamu pernah mikir hyung?" Dengan polosnya Jungkook menggoda Taehyung yang dihadiahi kecupan singkat dipipinya.

"Kalau ga mikir gimana aku bisa ngehidupin bubu sama Sungie?" Taehyung gemas dengan istrinya yang suka seenak jidatnya kalau ngomong.

Sedangkan Jungkook hanya terkekeh dengan semburat merah pada pipinya yang merambat ke telinga membuat Taehyung tertawa, "Lihat dek, bundamu malu tuh." Goda Taehyung.

Seolah paham dengan ucapan sang ayah, Hansung melihatkan cengiran kotak yang sangat mirip dengan ayahnya.

Dan disitu dimana Taehyung merasa semangatnya kembali melihat kedua malaikatnya menemaninya dan bahagia sangat tercetak jelas diraut wajah Jungkook. Keduanya bersyukur atas apa yang diberikan tuhan kepada keluarganya.

---
Aloo jangan lupa voment ya :)
Lupcuu :3

TAEKOOK FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang