1.2

7.7K 504 26
                                    

Jungkook hamil menjadi berita membahagiakan keluarga dan sahabat. Iya, anugerah tuhan turun pada Jungkook yang sudah dipastikan tidak memiliki rahim diawal pernikahan.

Keluarga Taehyung tidak memberatkan dan menerima Jungkook dengan apa adanya. Bersyukur karena ada Hansung dan sekarang semakin bersyukur karena akan ada Taehyung pt.3 yang segera hadir.

Mengadakan pesta secara besar-besaran kolaborasi kakek-nenek Kim dan Jeon.

Apa kabar Hansung? Dia paling-paling excited mendengar kabar bunanya hamil adek. Dia tidak paham apa itu hamil, yang jelas Hansung tau kalau perut buna Kookie akan membesar dan berisi baby.

Hansung sudah bersikap lebih dewasa menurut Taehyung karena dia sudah bisa menjaga Jungkook dan mau melakukan beberapa kegiatannya sendiri.

Kehamilan yang rentan membuat Jungkook dan Taehyung lebih was-was. Terlebih lagi Jungkook yang tetap mau mengasuh Hansung sendiri.

"Kim Hansung, makan dulu buna suapin sini!" Suara Jungkook memenuhi lantai dua.

"Iya, buna!" Hansung berlari dengan tubuh gempalnya membuat Jungkook terkekeh melihat anaknya yang sangat lucu.

"Bisa naiknya?" Jungkook mengawasi Hansung yang memanjat kursi.

Berawal dari Jungkook yang tiba-tiba kram perut setelah mengangkat tubuh gempal buntalan mochi ke kursinya, Taehyung mengajarkan Hansung untuk duduk sendiri dengan kursi yang sudah diperbaharui Taehyung.

Hansung melenguh setelah duduk dengan nyaman. "Tcapek!"

Jungkook tertawa geli sembari memotongkan nugget menjadi kecil-kecil.

"Cung maw matan cendili, buna."

"Ga mau buna suapin?"

Hansung menggeleng kuat-kuat. "Da maw, nti peyut buna takit yagi!"

Jungkook tersenyum menyuapkan makan. "Ayo, a, buna nggak papa."

Hansung menatap ragu sendok didepannya.

"Ayo, a." Jungkook ikut membuka mulutnya.

Hansung melahap sodoran Jungkook. Jungkook tersenyum senang melihat binar bahagia Hansung.

"Danan biyang-biyang ayah, ya buna, stt diyem-diyem adja." Hansung meletakkan telunjuknya didepan bibir manyunnya.

Jungkook ikut melakukan gerakan Hansung sambil mengangguk. Keduanya terkekeh. Bayi bersama bayi.

"Makannya cepet ya, tapi dikunyah. Nanti sembelit lagi." Ingat Jungkook yang diangguki Hansung.

Selesai makan Hansung kembali belajar dengan buna Jungkook seperti hari-hari sebelumnya. Diusia Hansung dia sudah cukup pandai berbahasa Inggris, mengenali angka, huruf, membaca sedikit-sedikit, dan membuat manusia lidi. Hansung sangat pintar hal itu.

"Coba lingkari angka enam belas."

Hansung meneliti iPad didepannya mencari angka yang dimaksud sang bunda.

"Beyul?"
rd: Betul? Tanya Hansung mendongak menatap Jungkook.

"Pintar sekali anak bunda. Sekarang, coba angka enam puluh sembilan."

"Beyul?" Jungkook mengangguk senang membuat Hansung bertepuk tangan senang.

Hansung berhenti melihat Jungkook yang terlihat mengernyit. "Buna, yenapwa?"
rd: Bunda. Kenapa?

Jungkook berusaha menahan sesuatu yang bergejolak. Hansung berlari meninggalkan Jungkook. Jungkook yang mau berteriak menjadi urung karena pusing.

Tidak lama suara langkah kaki kecil mendekat. Hansung.

"Buna, tium ini." Hansung menyodorkan kotak.

Jungkook melirik Hansung dan tersenyum mengambil isi kotak didalamnya.

Menghirup aromanya hingga rasa mual yang mendera berangsur menghilang. Pusingnya ikut sedikit membaik.

"Terimakasih anak buda." Jungkook mencium pipi bulat Hansung membuat si buntalan mochi terkikik senang.

"Yu al weltam buna."
rd: you are welcome bunda.

"Loh, kenapa ini dahi mu?"

Hansung memegang dahinya, sakit.

"Sini bunda liat." Jungkook menaruh kotak berisi melon diatas meja dan menarik lengan gemuk Hansung.

Hansung meringis saat Jungkook memegang dahinya.

"Kepentok apa kamu?" Jungkook yakin didahi anaknya adalah bekas benturan yang masih baru karena masih merah dan dia baru lihat.

"Teyentok wintu tultats, buna."
rd: kepentok pintu kulkas, bunda. Mata Hansung berkaca-kaca.

"Pelan-pelan dong, nak. Susah ya buka pintunya ya?" Jungkook menaikkan rambut depan Hansung. Sedikit berkeringat.

Hansung mengangguk. "Tucah tekayi buna, tampek Cung-ie uh uh bedini dutana."
rd: susah sekali bunda, sampek Sung-ie uh uh begini bukanya. Hansung mempraktekkan gerakkannya.

Jungkook mencium pelan dahi Hansung. "Bunda ambil salep dulu ya, biar nggak bengkak nantinya."

"Ikuuuuttt." Rengek Hansung memeluk leher Jungkook dari samping.

"Udah belajarnya?" Tanya Jungkook yang diangguki Hansung.

Jungkook tau kalau anaknya ingin menangis tapi dia tahan. "Rewel ini pasti." Batin Jungkook.

"Yaudah, yuk. Bobok ya?" Hansung mengangguk lagi.

"Jalan sendiri ya, bunda gandeng, yuk." Jungkook bersiap bangun bertumpu pada meja.

"Maw dendong buna."

'Alamak, ada-ada ini buntelan mochi.' bantin Jungkook.

"Maw dendong buna."

"Bunda gandeng aja ya? Kan ada adek, nih." Jungkook mengarahkan tangan gempal Hansung ke perutnya.

Hansung memajukan bibir bawahnya. "Ayo dandeng, buna."

Jungkook menggandeng si buntalan mochi masuk ke kamarnya dengan Taehyung.

"Naik dulu, bunda ambil salepnya." Kata Jungkook melepas genggamannya.

Hansung berlari menuju ranjang dan menaiki beberapa anak tangga balok yang Taehyung beli supaya memudahkan Hansung.

Jungkook yang melihat sang anak sudah merebahkan diri, dia mengambil salep dipojok ruangan.

Jungkook duduk disamping Hansung. Membubuhkan salep di dahi merah Hansung.

"Yingin, buna."

"Enak?" Hansung mengangguk.

"Udah, bobok ya. Buna pukpuk, sini." Jungkook menaruh salep diatas nakas dan menyamber bantal perutnya.

"Nice dream Hansung-ie."

Hansung bersembunyi di dada Jungkook. Memegangi dada Jungkook yang sudah menyumbul membuat Hansung gemas.

Jungkook mempukpuk pantat sekal buntalan mochi sambil bergumam lirih menghantarkan tidur sang anak.

___

Hai hai, selamat datang-!Aku kembali semua, jangan lupa vomment ya:)Lupcuu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai hai, selamat datang-!
Aku kembali semua, jangan lupa vomment ya:)
Lupcuu

TAEKOOK FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang