Eunha yang gak bisa tidur sejak tadi karena kepikiran sama ucapan Ravi, mendengar suara bel rumah yang berbunyi. Cewek berambut sebahu yang lagi melukin gulingnya, sekarang mengubah posisi jadi telentang dan ngeliat jam dinding di kamar yang menunjukkan pukul setengah sebelas malam.
Siapa yang malem-malem datang ke rumah?
Eunha bangkit dari tidurnya, kemudian berjalan dan mengintip sekilas dari gorden kamar yang mengarah langsung ke luar. Di sana dia liat ada cowok jangkung yang keliatan familiar banget.
"Jungkook? Ngapain malem-malem dateng ke rumah?" gumam Eunha yang kembali nutup gorden. Cewek yang udah pakai piama ini bingung banget mau bukain pintu atau gak.
Tapi setelah dipikir-pikir, lebih baik dia usir aja si Jungkook.
Eunha ngambil ponselnya yang ada di atas nakas dan mencoba buat menghubungi cowok itu, tapi dua kali nelpon, dia gak juga ngangkat panggilannya.
Eunha kembali ngintip dari gorden kamar, dia liat ... cowok itu keliatan membungkuk dan memegang perutnya. Eunha gak bisa liat wajah dia karena daritadi nunduk terus.
Jantungnya berdebar. Dia takut yang ada di bawah itu sebenernya bukan Jungkook ... tapi hantu?
Eunha langsung nyari nomer Papa Suho, terus nelpon papanya dan minta tolong bukain pagar karena ada yang mencet bel rumah. Cewek ini juga ikutan keluar, terus buntutin papanya yang jalan di depannya.
"Di depan sepi, Teh, kamu yakin denger suara orang mencet bel?" tanya Papa Suho yang buka pintu dan ngeliat ke arah pager rumah.
"Iya, tadi aku liat. Kaya Jungkook tapi takutnya bukan. Makanya aku bangunin papa."
Papa Suho kembali berjalan ke arah pagar, Eunha kembali ngekor di belakangnya sambil bawa-bawa sebelah sendal Sinbi. Biar kalau ada apa-apa bisa langsung dia gebukin pake sendal jepit adeknya.
Saat Papa Suho buka pager rumahnya, Eunha terkejut dan refleks teriak saat tiba-tiba sesosok laki-laki yang masih pakai seragam sekolahnya tergeletak gak sadarkan diri di depan mereka.
"Astagfirullah." Papa Suho langsung ngubah posisi jadi jongkok dan ngecek kondisi seseorang yang gak lain gak bukan adalah Jungkook. "Kook, Kook, bangun, hei." Papa Suho nepuk pipi anak itu, tapi yang dibangunin sama sekali gak kasih respon apa-apa. Laki-laki itu sempet meriksa napas dan denyut nadinya, terus natap Eunha sambil bilang,
"Teteh tutup pagernya, papa mau bawa dia ke dalem."
Eunha ngangguk dan langsung nurutin apa kata sang papa. Setelah itu dia buru-buru nyusul papanya ke dalam yang lagi nurunin Jungkook di sofa.
"Bentar, Pa, ini bantalnya aku tambahin." Eunha ngambil satu bantal sofa lagi, ditumpuk sama bantal sebelumnya dan ngebiarin Papa Suho meletakkan tubuh Jungkook di sana.
"Ini anak abis ngapain sih? Wajahnya abis semua begini." Suho menggeleng, kaya orang menyayangkan sikap cowok itu yang buat dia susah. "Seragam putih sampe penuh darah begitu."
"Mungkin berantem sama musuhnya," sahut Eunha yang cemas liat cowok itu gak sadarkan diri sekarang. Meski pun dia marah sama Jungkook karena Jungkook jadi salah satu penyebab Kiara meninggal ... Eunha juga masih punya rasa kasian ngeliat cowok itu gak berdaya.
"Teteh ambil kotak obat, air, sama kompresan sana. Biar papa obatin dia sekarang." Baru aja Eunha mau pergi, papanya kembali bersuara, "Sekalian ambilin kaos papa, terserah yang mana aja. Buat ganti bajunya."
"Iya, Pa."
Pas Eunha mau ke dapur, dia liat Mama Irene sama Sinbi turun barengan dengan wajah-wajah yang masih ngantuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kak Eunha✔
FanfictionHidup Eunhadzani Adliya berubah saat adik kelas bernama Jungkook Wicaksana datang ke kehidupannya secara tiba-tiba.