Afri menatap gadisnya yang terbaring dengan memejamkan matanya saat para dokter itu datang dan mulai memeriksa dirinya .
Padahal hari sudah malam tapi Afri tak membawa fika pulang , melainkan afri lebih memilih membawanya ke apartemennya dan menyuruh para dokter untuk segera memeriksanya .
" Bagaimana keadaannya?"- tnya afri menatap dokter perempuan serta suster tersebut dingin
" Nona fika memikirkan sesuatu yang sangat berat hingga membuat darahnya menjadi rendah , itu mengakibatkan dirinya merasa pusing dan pingsan , jadi saya menyarankan untuk anda memberikan makanan yang menyehatkan dan jangan diperbolehkan untuk berfikir terlalu berat agar darahnya tidak sampai turun lagi " - jelas dokter tersebut dan itu mampu membuat afri menghembuskan nafas panjang dan mengangguk
" Hmmm "- dehem afri menatap gadis nya yang masih saja memejamkan matanya tanpa berniat membuka matanya hanya sekedar menatap afri
" Maaf tuan , anda siapa nya ?"- tnya dokter tersebut dan itu mampu membuat afri menatap dokter tersebut jengah karna sepertinya dokter itu menatap afri juga dengan sedikit rasa ketertarikan .
" Dia Istri saya"- jawab afri tegas , memilih berjalan menghampiri fika dan duduk disampingnya
" Bayaran anda ada dimeja jadi silahkan jika anda ingin meninggalkan tempat ini "- ucp afri tanpa menatap dokter tersebut dan lebih memilih mengusap puncak kepala fika sayang , itu mampu membuat sang dokter menggerutu kesal karna perlakuan afri .
Bahkan afri tak peduli jika seperti itu , toh yang terpenting adalah kesembuhan gadisnya yang menjadi nomor satu baginya , sebenarnya ia akan menyuruh dokter pria yang datang namun setelah ia berfikir itu tidak baik jika sampai pria lain menyentuh gadisnya barang sesentil saja , jadi afri memilih menyuruh dokter perempuan saja yang datang agar afri merasa tenang .
Afri memijat keningnya merasa sangat pegal dan memilih segera mengambil ponselnya , menyuruh anak buahnya yang lain untuk mengirimkan segala keperluan fika yang dirasa akan sangat dibutuhkan nantinya .
" Dearrr , wake up plisss"- pinta afri mengusap kedua mata gadis itu dan mencium kedua matanya sayang , ia tak tega jika harus melihat gadisnya berbaring di ranjang dengan keadaan lemah , lebih baik ia saja yang berbaring lemah dari pada gadisnya yang tak bersalah .
Afri memilih segera berjalan menuju ke arah pintu apartemennya saat mendengar ada sebuah ketukan yang berasal dari pintu .
Afri membuka pintu tersebut dan menerima barang yang ia pesan , lalu kembali menutup pintunya dan berjalan masuk ke dalam kamarnya , melihat jika gadisnya masih belum bangun dari tidurnya .
" awww "- gadis yang tadinya memejamkan mata itu mulai meringis kesakitan dan sesekali memegangi kepalanya yang terasa sangat pusing , ia membuka matanya dan mendapati bahwa ia berada disebuah kamar apartemen yang sangat ia kenali .
Gadis itu menghembuskan nafas panjang saat melihat pria itu menghampirinya dan sekarang duduk disampingnya .
" Kenapa lo bawa gue kesini sih "- ucp fika dengan suara serak khas bangun tidur dan wajah pucat khas orang sakit
" Kamu lagi sakit , jadi aku bawa kesini , kalo aku anterin kamu pulang takutnya gaada yang ngurusin kamu "- ucp afri mengusap puncak kepala fika halus
" Jangan sentuh gu- awww"- ringis fika saat ia sedikit menggerakan kepala nya , tiba - tiba ia merasa sangat pusing .
" Aku udah bilang kan , kamu masih gak baik - baik aja dan aku mohon sama kamu kali ini nurut aja"- ucp afri mengusap puncak kepala fika pelan berusaha menghilangkan rasa pusing dikepalanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Chance Of Love | 2 ✔
Подростковая литература" Aww , apa yang lo lakuin!"- pekik gadis itu berusaha meronta agar pria itu mau melepaskannya , namun percuma saja " Diem!"- perintahnya mutlak dan itu membuat sang gadis langsung takut dan terdiam . "You're here, there's nothing I fear,"- "...