12 // ~ Khawatir .

2.6K 111 2
                                    

Afri menatap gadisnya yang terbaring dengan memejamkan matanya saat para dokter itu datang dan mulai memeriksa dirinya .

Padahal hari sudah malam tapi Afri tak membawa fika pulang , melainkan afri lebih memilih membawanya ke apartemennya  dan menyuruh para dokter untuk segera memeriksanya .


" Bagaimana keadaannya?"- tnya afri menatap dokter perempuan serta suster tersebut dingin

" Nona fika memikirkan sesuatu yang sangat berat hingga membuat darahnya menjadi rendah , itu mengakibatkan dirinya merasa pusing dan pingsan , jadi saya menyarankan untuk anda memberikan makanan yang menyehatkan dan jangan diperbolehkan untuk berfikir terlalu berat agar darahnya tidak sampai turun lagi " - jelas dokter tersebut dan itu mampu membuat afri menghembuskan nafas panjang dan mengangguk

" Hmmm "- dehem afri menatap gadis nya yang masih saja memejamkan matanya tanpa berniat membuka matanya hanya sekedar menatap afri

" Maaf tuan , anda siapa nya ?"- tnya dokter tersebut dan itu mampu membuat afri menatap dokter tersebut jengah karna sepertinya dokter itu menatap afri juga dengan sedikit rasa ketertarikan .

" Dia Istri saya"- jawab afri tegas ,  memilih berjalan menghampiri fika dan duduk disampingnya

" Bayaran anda ada dimeja jadi silahkan jika anda ingin meninggalkan tempat ini "- ucp afri tanpa menatap dokter tersebut dan lebih memilih mengusap puncak kepala fika sayang ,  itu mampu membuat sang dokter menggerutu kesal karna perlakuan afri .

Bahkan afri tak peduli jika seperti itu , toh yang terpenting adalah kesembuhan gadisnya yang menjadi nomor satu baginya , sebenarnya ia akan menyuruh dokter pria  yang datang namun setelah ia berfikir itu tidak baik jika sampai pria lain  menyentuh gadisnya barang sesentil saja , jadi afri memilih menyuruh dokter perempuan saja yang datang agar afri merasa tenang .

Afri memijat keningnya merasa sangat pegal dan memilih segera mengambil ponselnya ,  menyuruh anak buahnya yang lain untuk mengirimkan segala keperluan fika yang dirasa akan sangat dibutuhkan nantinya .


" Dearrr , wake up plisss"- pinta afri mengusap kedua mata gadis itu dan mencium kedua matanya sayang , ia tak tega jika harus melihat gadisnya berbaring di ranjang dengan keadaan lemah , lebih baik ia saja yang berbaring lemah dari pada gadisnya yang tak bersalah .


Afri memilih segera berjalan menuju ke arah pintu apartemennya saat mendengar ada sebuah ketukan yang berasal dari pintu .

Afri membuka pintu tersebut dan menerima barang yang ia pesan , lalu  kembali menutup pintunya dan  berjalan masuk ke dalam kamarnya ,  melihat jika gadisnya masih belum bangun dari tidurnya .





" awww "- gadis yang tadinya memejamkan mata itu mulai meringis kesakitan dan sesekali memegangi kepalanya yang terasa sangat pusing , ia membuka matanya dan mendapati bahwa ia berada disebuah kamar apartemen yang sangat ia kenali .


Gadis itu menghembuskan nafas panjang saat melihat pria  itu menghampirinya dan sekarang duduk disampingnya  .


" Kenapa lo bawa gue kesini sih "- ucp fika dengan suara serak khas bangun tidur dan wajah pucat khas orang sakit

" Kamu lagi sakit , jadi aku bawa kesini , kalo aku anterin kamu pulang takutnya gaada yang ngurusin kamu "- ucp afri mengusap puncak kepala fika halus

" Jangan sentuh gu- awww"- ringis fika saat ia sedikit menggerakan kepala nya , tiba - tiba ia merasa sangat pusing .

" Aku udah bilang kan , kamu masih gak baik - baik aja dan aku mohon sama kamu kali ini nurut aja"- ucp afri mengusap puncak kepala fika pelan berusaha menghilangkan rasa pusing  dikepalanya

Chance Of Love | 2 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang