■■■ Chance Of Love ■■■
Gadis itu tersenyum miris melihat pemandangan dibawah dari kaca pesawat . bahkan yang berada dibawah nampak begitu kecil jika dilihat dari atas .
Sebenarnya ia merasa begitu ragu untuk meninggalkan negara yang sudah ia tinggali bertahun - tahun ini , namun ia harus pergi sekarang , jika ia tidak pergi maka ia akan tetap jatuh ke dalam jurang yang sama , kesakitan yang sama , cinta yang sama , kekecewaan yang sama .
Tak terasa satu tetes cairan bening jatuh dari kedua pelupuk matanya , kenapa begitu menyakitkan saat harus meninggalkan pria yang begitu ia harapkan , kenapa ia begitu susah untuk melupakan semua masa bersama pria itu , perasaan cintanya terlalu dalam hingga membuat dirinya harus berusaha menahan semua kesakitan ini .
Separuh dirinya seakan hilang , ia tak memiliki semangat hidup jika sampai ia jauh dari pria itu . Tapi dengan segera ia menepis semua rasa ragunya mengingat bagaimana cara pria itu mengecewakannya berkali - kali .
" Fika , kalo kamu mau balik , kita bisa balik loh "- jelas pria yang duduk disamping gadis itu , ya benar gadis yang berada di pesawat ini adalah fika , fika pergi dari rumahnya beberapa jam lalu . Sebenarnya ia mengatakan pada kedua orangtuanya jika ia pergi bersama afri , namun pada kenyataannya ia tidak pergi bersama afri , melainkan bersama pria tampan yang saat ini duduk disampingnya .
" Enggak kak , aku udah yakin mau pergi "- jelas fika tersenyum samar seraya mengusap air matanya kasar .
" Aku sama sekali gamaksa kamu fik , kalo emang kamu gak ada niat an pergi ke luar negri mending kita balik aja ya "- tutur pria itu tersenyum manis seraya mengusap puncak kepala fika
" Kak , Aku udah yakin kok , lagian aku juga harus usaha ngelupain dia , aku harus mulai hidup baru "- jelas fika yang sukses membuat pria itu tersenyum manis
" Yaudah kalo gitu "- ucp pria itu .
pria yang berada disamping fika itu adalah bambam , ya benar bambam lah yang bersama fika saat ini , sebenarnya beberapa hari lalu bambam berpamitan pada fika akan pergi ke luar negri untuk menambah ilmu lebih dalam lagi tentang kedokteran , dan fika sebenarnya merasa begitu sedih karna pria itu pergi .lalu setelah nya fika mendapati afri yang lagi - lagi membuat hatinya kembali hancur , hingga mau tak mau fika berusaha ingin menjauhi afri ,tapi jika ia hanya menjauhi namun masih tetap dalam satu negara yang sama maka afri akan tetap membuat hidupnya berantakan , jadilah fika berfikir untuk pergi keluar negri berusaha mencari kebahagiaannya sendiri , tapi jika ia pergi sendiri pasti itu akan sangat menyedihkan , jadilah fika berfikir kalo lebih baik ia ikut bambam saja , jadi akan ada yang membimbingnya nanti saat berada diluar negri .
Fika yakin jika tak akan ada anak buah afri yang tau fika pergi kemana , karna tadinya fika sudah berusaha mengecoh mereka semua dengan ide nya sendiri .
" Sini tidur dipundak aku , biar gacapek "- jelas bambam menepuk pundaknya dan tentu itu membuat fika segera mengangguk lalu mulai menyenderkan kepala nya dipundak bambam dengan begitu tenang seraya memejamkan mata berusaha untuk bergabung dengan mimpi yang sudah menunggunya .
Kali ini ia harus benar - benar memperhatikan dirinya sendiri , oh ayolah fika harus kuat tanpa pria yang selama ini sudah mengecewakannya , lebih baik ia memiliki perasaan untuk pria baik - baik seperti bambam , bukannya malah seperti afri .
Ia sempat berpamitan dengan kedua sahabatnya itu , dan fika memohon agar kedua sahabatnya itu merahasiakan kepergiaannya pada orang lain agar tak ada yang tau fika pergi kemana .
Fika harus menutup semua kenangan lama dan membuka buku baru untuk kenangan yang akan datang .
Yang jelas ia harus benar - benar melupakan pria itu .
KAMU SEDANG MEMBACA
Chance Of Love | 2 ✔
Teen Fiction" Aww , apa yang lo lakuin!"- pekik gadis itu berusaha meronta agar pria itu mau melepaskannya , namun percuma saja " Diem!"- perintahnya mutlak dan itu membuat sang gadis langsung takut dan terdiam . "You're here, there's nothing I fear,"- "...