<<< Chance Of Love >>>
Wanita itu membuka knop pintu ruang ICU dirumah sakit ini , ia masuk ke dalam lalu kembali menutup pintunya , berbalik , bahkan bau obat - obat an dan aroma rumah sakit mulai menyeruak masuk kedalam indra penciumannya .
Ia tersenyum miris melihat pria itu terbaring lemas diatas brangkar rumah sakit , alat - alat rumah sakit pun tertancap disekujur tubuhnya hingga membuat tubuh wanita itu bergetar hebat . Berjalan mendekat kearah pria itu dengan kedua mata sembabnya yang sudah membengkak karna terlalu banyak menangis .
" Aku tau kamu bakalan baik - baik aja "- lirih fika menatap wajah damai pria itu yang terlihat begitu pucat , pria yang selama ini selalu terlihat kuat itu tertidur dengan begitu tak bertenaga , alat - alat ini membuat fika sedikit merasa sedih melihatnya .
Saat dokter sudah mampu mendapatkan darah berjenis O , Itu sempat membuat fika merasa sedikit lega , sampai - sampai ia sudah mulai mau berbicara walaupun sedikit , ketiga sahabatnya menyarankan agar fika pulang untuk mengganti bajunya dengan alasan jika dirumah sakit semuanya harus berpakaian bersih dan benar saja wanita ini sangat percaya lalu mulai menurut , tapi ia tak mau pulang , jadilah mau tak mau widya diantar pulang oleh degrid kerumah fika untuk mengambil baju ganti fika tentu saja itu lah alasan kenapa wanita ini mau mengganti bajunya .
Tapi walaupun darah yang dibutuhkan oleh pria ini sudah terpenuhi , keadaannya pun masih tetap kritis hingga membuat pria ini berada ditengah - tengah ambang kematian .
Kecelakaan itu terlalu parah hingga membuat keadaan nya masih belum stabil sampai saat ini , ada dua pilihan , antara Koma dengan jangka waktu yang lama ataupun jika masih belum ada perkembangan juga maka para dokter akan terpaksa mencabut semua alat - alat medis ditubuh pria itu yang artinya adalah , pria itu akan pergi selama - lamanya , tapi juga ada kabar baik , pria itu tak akan mengalami keduanya melainkan ia akan bangun tanpa mengalami kedua hal itu .
Sedih ? Tentu saja ini adalah hal paling menyedihkan bagi wanita itu , kehilangan pria yang begitu ia cintai itu mampu membuat dirinya seakan - akan kehilangan setengah raganya .
Apa sekarang yang harus ia ekspresikan? Menyedihkan , hidupnya seakan - akan terlalu rumit untuk terpecahkan , untuk bersatu dengan pria yang begitu ia cintai rasanya seakan - akan penuh dengan hambatan yang begitu menyulitkan diri .
Hanya Tangisan yang dapat ia keluarkan , tangisan yang mampu membuat dirinya menjadi sangat lemah , begitu lemah , otaknya benar - benar tak bisa berfikir jernih , hatinya tengah tercabik - cabik , seakan - akan ia kesulitan mencari nafas , hidupnya seperti ada diantara ambang batas kesadaran .
" Hai , Belum beberapa hari kamu tinggal tidur aja aku udah kangen "- ucp fika menatap kearah pria itu dengan tatapan miris , ia memilih segera menarik kursi untuk mendekat kearah brankar lalu memilih untuk duduk didekat pria itu menggenggam tangannya yang terpasang sebuah infus , bahkan ia harus berhati - hati saat memegangnya , seakan - akan jika ia memegangnya begitu kencang maka tangan itu akan hancur .
" Harusnya Waktu itu kamu jangan nyelametin aku , aku lebih sakit liat kamu kayak gini , lebih baik aku yang tidur dibrankar ini dan aku yang ada diposisi kamu "- lirih fika dengan tubuh bergetar , menahan air matanya adalah hal yang paling sulit baginya , Sedari tadi air matanya mendesak ingin dikeluarkan , namun ia masih tetap berusaha untuk kuat , Ia yakin jika pria ini akan sembuh kembali , fika yakin itu , pria ini tak akan mungkin meninggalkan dirinya .
KAMU SEDANG MEMBACA
Chance Of Love | 2 ✔
Fiksi Remaja" Aww , apa yang lo lakuin!"- pekik gadis itu berusaha meronta agar pria itu mau melepaskannya , namun percuma saja " Diem!"- perintahnya mutlak dan itu membuat sang gadis langsung takut dan terdiam . "You're here, there's nothing I fear,"- "...