Chapter 5

71 4 0
                                    

"Oh nama mu Sai. Jadi Sai kau ini roh, hantu atau apa?" tanya ku sok kenal sok akrab.

"Sudah ku bilang aku ini jiwa yang bergentayangan. Ck begitu saja kau tak mengerti" jawab Sai sambil berdecak kecil.

"Memang apa bedanya dengan hantu atau yang lainnya. Bukankah kita berdua itu sama" balas ku kembali.

"Tentu saja berbeda. Aku ini jiwa yang bergentayangan yang belum bisa pergi ke alam selanjutnya. Kalau hantu itu adalah jiwa yang tersesat dan tak bisa pergi ke alam selanjutnya" ucap Sai panjang lebar menjelaskan.

"Oh begitu" gumam ku mengangguk paham.

"Lalu kenapa kau tak pergi ke alam selanjutnya dan malah jadi jiwa gentayangan begini?" tanya ku lagi pada Sai.

"Ck kau ini cerewet sekali ya. Dasar wanita" keluh Sai berdecak malas.

"Hehehe takdir wanita" balas ku sambil cengengesan.

"Intinya ada sesuatu yang membuat ku tak bisa pergi ke alam selanjutnya. Kau sendiri kenapa roh mu bisa terlepas dari tubuh mu?" jawab Sai sambil bertanya balik padaku.

"Hah ceritanya panjang" hela ku membuang nafas lesu.

"Tapi kau belum matikan? Lalu dimana tubuh mu?" tanya Sai lagi.

"Entahlah mungkin aku berada di ambang hidup dan mati. Tubuh ku sedang terbaring koma di RS saat ini" jawab ku kembali.

"Lalu apa yang kau lakukan disini? Cepat kembali ke tubuh mu sebelum kau jadi roh jahat gentayangan" ujar Sai memberi simpati.

"Tak semudah itu. Aku harus dapat sebuah doa tulus dari seseorang agar aku bisa kembali hidup lagi" sanggah ku kemudian.

"Kau si keajaiban 39 hari?" tanya Sai secepat kilat.

"Kau tahu soal 39 hari?" tanya ku balik tak kalah cepat.

"Tidak juga. Aku hanya mendengar desas desus saja. Tapi ternyata semua desas desus itu benar adanya" ujar Sai sambil mengibaskan tangannya.

"Oh begitu" gumam ku singkat menanggapi.

"Jadi bagaimana rasanya jadi peserta tour 39 hari?" tanya Sai kemudian.

"Yah begitulah. Aku harus mendapatkan sebuah doa tulus dari seseorang agar aku bisa hidup kembali" jawab ku ala kadarnya.

"Benarkah. Tiket kehidupan mu mudah sekali ya" komentar Sai seenak jidat.

Coba dia yang mengalami pasti tak akan semudah itu berucap.

"Mudah gundul mu. Kau tahu aku hanya punya waktu 39 hari untuk mendapatkannya. Kalau tidak aku akan..." ujar ku tak sanggup menyelesaikan kalimat ku sendiri.

Melihat ku yang tiba-tiba murung Sai segera mengambil tindakan.

"Hehh tenang saja. Kau pasti berhasil. Itukan mudah" sergah Sai segera.

Mungkin dia bermaksud memberi semangat. Yah walaupun caranya garing sekali sih.

"Entahlah Sai. Aku bahkan tak kenal dengan orang yang akan memberi ku doa tulusnya" sahut ku lemah menanggapi. Sedikit pesimis memang.

"Memangnya siapa orang itu? Bukan Gaara pacar mu?" tanya Sai menggoda jahil.

"Apa! Gaara itu bukan pacar ku! Kami itu sahabat baik. Aku dan Gaara sudah berteman baik sejak kecil" ujar ku segera sebelum Sai salah paham lebih jauh.

Entah dari mana Sai punya fikirkan seperti itu. Dan lagi dari mana Sai bisa tahu soal Gaara.

"Tunggu. Dari mana kau tahu soal Gaara?" tanya ku penuh selidik.

"Keajaiban 39 Hari"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang