Chapter 10

52 6 0
                                    

Setelah berjalan cukup jauh akhirnya kami berdua sampai di tepi sungai Nakano yang keindahannya membuat ku sampai ternganga.

Menatap takjub hamparan air sungai dan pancaran sinar matahari senja yang berwarna kekuningan.

"Indah sekali" gumam ku tanpa sadar mengagumi betapa indahnya alam ciptaan Tuhan.

"Benarkan. Sudah ku duga kau akan suka tempat ini" sahut Hinata ikut terseyum.

"Aku tak pernah tahu jika tepi sungai Nakano akan seindah ini jika sore hari" balas ku kemudian masih terpaku dengan pemandangan indah di depan ku.

Air sungai yang jernih, para anak kecil yang sedang asyik bermain bersama orang tua mereka dan tentunya jangan lupakan pemandangan senja yang begitu mengagumkan.

"Setiap aku ada masalah aku pasti akan datang kemari. Melihat keindahan alam yang Tuhan ciptakan dan menikmati hembusan angin membuat masalah ku melayang begitu saja" ucap Hinata sambil memejamkan matanya menikmati semilir angin yang baru saja berhembus.

"Kau benar. Tak pernah ku lihat pemandangan matahari senja yang begitu indah seperti ini"  sahut ku ikut memejamkan mata.

Menikmati semilir angin sore yang berhembus menerbangkan helai rambut panjang kami berdua.

"Ayo duduk disana" ajak Hinata sambil menunjuk sebuah bangku yang memang disediakan sebagai fasilitas.

"Hm" gumam ku sambil mengikuti Hinata.

"Jadi bisa kita mulai lagi? Kali ini kita ulangi dari awal" ucap Hinata tiba-tiba sesaat setelah kami berdua duduk.

"Hah" gumam ku tak yakin paham dengan maksud Hinata.

"Hallo namaku Hinata, Hyuuga Hinata. Salam kenal Naruko" ucap Hinata sambil memandang lurus ke arah mataku.

Dan jangan lupakan tangan kanannya yang terjulur ke arahku tanda bahwa Hinata ingin berjabat tangan dengan ku.

"Hinata kau serius?" tanya ku terkejut melihat apa yang Hinata lakukan.

"Emm" gumam Hinata mantap menganggukkan kepalanya.

"Iya salam kenal Hinata hiks aku Naruko, Namikaze Naruko" sahut ku disertai isakan kecil yang lolos dari mulut ku.

Entah karena terlalu bahagia atau apa hingga tanpa sadar aku menangis terisak.

Sore ini dibawah sinar matahari senja aku membuat kontrak dengan Hinata. Sebuah awal baru yang membuat ku menangis terharu.

"Mohon bantuannya ya Naruko" balas Hinata sambil terseyum tulus menatap ku.

"Ya tentu. Aku akan lakukan yang terbaik" sahut ku sambil memajukkan tangan kanan ku hendak mengambil jabat tangan Hinata.

Namun karna aku tak bisa menyentuh benda apapun yang bisa ku lakukan hanya mendekatkan tangan ku dengan tangan Hinata sedekat mungkin.

Meski tangan kami tak bisa bersentuhan untuk berjabat tangan namun entah mengapa aku bisa merasakan kehangatan tangan Hinata yang seolah merambat melalui hembusan angin.

Terseyum bersama dan berjanji dalam hati kami bahwa semua akan baik-baik saja.

"Jadi masalah seperti apa yang kau hadapi dan bantuan apa yang kau butuhkan dariku Naruko?" tanya Hinata kemudian memulai sesi pembicaraan.

"Beberapa waktu yang lalu aku mengalami sebuah insiden kecelakaan. Singkat cerita sebenarnya saat itu belum waktunya aku mati. Tapi entah bagaimana roh ku keluar dari tubuh ku. Tapi kemudian langit memberi ku satu kesempatan lagi untuk kembali hidup. Caranya aku harus mendapatkan doa tulus dari seseorang yang ingin aku tetap hidup kembali. Karna hanya sebuah ketulusan yang bisa mengembalikan roh ku" jawab ku menjelaskan secara garis besar.

"Keajaiban 39 Hari"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang