Chapter 41

36 4 0
                                    

*Catatan: tulisan blok tebal adalah suara Naruko yang sedang merasuki tubuh Hinata*

Akhirnya malam ini aku menunggu Hinata sambil bermain bola dengan bocah hantu yang sering berkeliaran di sekitar komplek rumah Hinata.

Namun saat kami berdua sedang asyik bermain tiba-tiba gerakan kami terhenti karena merasakan sebuah aura yang sangat di takuti oleh makhluk seperti kami.

"Kakak kita harus pergi" ucap si bocah ketakutan sambil berlari kencang meninggalkan ku begitu saja.

"Eh tunggu ini bukan..." ucap ku tak ku selesaikan karena si bocah sudah kabur duluan dan entah kemana tak terlihat lagi.

Sementara itu sebuah langkah kaki perlahan mulai terdengar mendekat.
Memancarkan aura yang khas, aura yang berbahaya untuk makhluk seperti diriku.

Tap tap tap...

Tap tap tap...

"Kau menakuti bocah itu" ujar ku pada sosok yang terus berjalan mendekat ke arahku.

Meski aku tak melihat langsung dan dalam posisi membelakangi sosok tersebut tapi aku tahu pasti dari auranya kalau sosok itu adalah...

"Kurasa itu respon yang wajar" sahut sosok tersebut yang ternyata adalah Shikamaru. Persis seperti dugaanku.

"Cih" decih ku singkat sebagai balasan.

"Justru kau yang tidak lari menjauh seperti bocah itu adalah respon yang tidak wajar" sahut Shikamaru lagi.

"Aku tahu itu kau makanya aku tidak lari" balas ku sambil berjalan menuju ke jendela.

Dari jendela aku dapat melihat Hinata tidur diatas futon dengan menyelimuti seluruh tubuhnya.

"Bagaimana kau tahu itu aku?" tanya Shikamaru mulai berjalan mendekat kearah ku.

Kini kami berdua malah duduk bersama di bawah jendela. Saling meluruskan kaki dan duduk berdampingan.

"Kau punya aura yang menjadi alarm bahaya bagi makhluk seperti kami" jawab ku enteng.

"Bwahahaha" tawa Shikamaru pecah setelah mendengar jawaban ku.

"Dasar gila" dengus ku ikut tertawa kecil.

Tanpa sadar kami berdua malah tertawa bersama-sama. Entah bagaimana suasana menjadi cair dan menyenangkan padahal jika diingat pertemuan pertama kami bisa dibilang tidak terlalu baik.

Secara teori seharusnya kami berdua ini bermusuhan tapi entah bagaimana kami malah begitu dekat seperti kawan lama.

"Ekhm jadi kenapa kau memutuskan untuk keluar dari tempat persembunyian mu?" tanya ku memulai obrolan.

Duduk bersama memandang langit malam tidak akan seru jika tidak ada obrolan, benarkan.

"Hohoho kau juga tahu soal itu ya" sahut Shikamaru sedikit takjub.

"Sudah ku bilangkan kau punya aura yang menjadi alarm bagi makhluk seperti kami. Aku tahu sejak beberapa hari yang lalu kau selalu mengawasi ku dari balik pohon itu" balas ku menjelaskan.

Prok prok prok...

Terdengar tepuk tangan Shikamaru entah maksudnya apa.

"Wah wah wah kau benar-benar luar biasa eh" ucap Shikamaru entah memuji atau mengejek.

"Hn jadi setelah hanya diam dan melihat lalu kenapa sekarang kau tunjukkan dirimu" ujar ku sekaligus bertanya.

"Tidak ada alasan khusus. Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih atas bantuan mu tempo hari" sahut Shikamaru kemudian.

"Keajaiban 39 Hari"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang