*Catatan: tulisan blok tebal adalah suara Naruko yang sedang merasuki tubuh Hinata*
Setelah sedikit bercanda, bibi Nam kembali buka suara.
"Tapi bicara soal Nona Naruko, saya jarang melihat Nona datang kemari lagi Tuan" ujar bibi Nam memberitahu.
"Benarkah. Kalau ku ingat-ingat selama aku pergi ke luar negeri Naruko juga tak pernah sekalipun menghubungi ku bi. Selain itu dia juga tak pernah mengangkat telpon dariku, membalas pesanku ataupun mengirim email padaku. Kami seolah putus kontak" sahut ku sambil mencoba mengingat-ingat.
"Ah iya!" seru bibi Nam tiba-tiba hingga membuat ku sedikit terkejut.
Entah kenapa tiba-tiba bibi berseru cukup kencang.
"Astaga bi, kau membuat ku kaget" ujar ku geleng-geleng kepala.
"Eh ma maaf Tuan muda. Saya hanya teringat sesuatu makanya saya spontan berseru agak keras" sahut bibi Nam meminta maaf.
"Hm sampai begitunya. Memang bibi ingat apa?" tanya ku kemudian.
"Karena Tuan Gaara bicara soal pesan, saya jadi ingat kalau beberapa waktu yang lalu ada teman Tuan muda yang datang kemari dan menitipkan surat untuk Tuan muda" jawab bibi Nam memberitahu.
"Teman ku? Siapa bi?" tanya ku pada bibi Nam.
"Iya, dia bilang dia itu adalah teman Tuan muda. Namanya nak Shikamaru" jawab bibi Nam.
"Hah Shikamaru. Seingat ku, aku tak pernah punya teman yang bernama Shikamaru" gumam ku mencoba mengingat-ingat.
"Benarkah. Sebenarnya bibi juga sedikit asing dengan wajah nak Shikamaru itu. Sepertinya dia belum pernah datang kemari. Dan yang lebih aneh lagi dia menitipkan surat yang katanya dari Nona Naruko" sahut bibi Nam lagi.
"Hah Naruko. Kenapa juga Naruko harus menitipkan surat pada orang lain. Bukankah seharusnya dia menghubungi ku sendiri. Aneh sekali" gumam ku benar-benar merasa aneh.
Pertama adalah orang yang bernama Shikamaru itu, dia mengaku sebagai teman ku. Padahal jelas aku ingat kalau aku tak memiliki teman yang bernama Shikamaru.
Kedua surat dari Naruko. Jika itu Naruko kenapa tak mengubungi ku langsung dan malah mengirim surat. Melalui orang lain lagi, apa maksudnya coba.
"Sebentar saya ambilkan suratnya Tuan" ucap bibi Nam bergegas mengambil surat yang katanya dari Naruko.
Sementara aku terus berfikir sebenarnya ada apa ini. Entah kenapa perasaan ku semakin gelisah saja. Dan sialnya aku tak tahu kenapa. Yang jelas malam ini aku merasa seolah hal buruk akan terjadi.
"Apapun itu, kuharap kau baik-baik saja Naruko" batin ku benar-benar merasa cemas.
Dan entah kenapa aku mendoakan Naruko begitu saja. Seolah Naruko sedang dalam bahaya.
Tap tap tap...
Tap tap tap...
Tak lama berselang bibi Nam datang dengan membawa sebuah amplop putih di tangannya.
"Ini suratnya Tuan" ucap bibi Nam sambil menyerahkan amplop putih yang dia pegang.
"Hm trima kasih bi" sahut ku sambil menerima amplop putih yang bibi Nam berikan.
"Jika tidak ada yang Tuan muda butuhkan lagi, bibi mohon izin ke belakang" ucap bibi Nam meminta izin.
"Ah ya bi" jawab ku buru-buru.
Tak enak juga sudah mengganggu waktu istirahat bibi Nam.
"Hm aneh sekali, kenapa Naruko harus mengirim surat melalui orang lain. Bukankah dia bisa menghubungi ku sendiri" gumam ku seraya mulai membuka amplop putih yang ku pegang.

KAMU SEDANG MEMBACA
"Keajaiban 39 Hari"
Fanfic"Jadi berapa lama waktu yang ku miliki?" [Namikaze Naruko...] "Waktu mu 39 hari dimulai sejak hari ini" [Yahiko...] 🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹 "Hallo nama ku Naruko" [Namikaze Naruko...] "Aku Hinata, Hyuuga Hinata [Hyuuga Hinata...] 🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹...