Chapter 20

47 3 0
                                    

*Catatan: tulisan blok tebal adalah suara Naruko yang sedang merasuki tubuh Hinata*

Seharian bersama Sai membuatku tak menyadari bahwa waktu berjalan begitu cepat hari ini.

Entah bagaimana langit telah berubah menjadi gelap dan bertabur bintang sekarang.

Mungkin karna memiliki seseorang yang bisa diajak bicara dan berinteraksi membuat waktu berjalan begitu cepat.

Hari ini banyak kejadian yang aku lalui bersama Sai teman hantuku. Mulai dari meloloskan diri dari Shikamaru, mengunjungi diriku di RS Konoha dan terakhir mengunjungi rumah Gaara sahabatku.

Intinya banyak hal yang kulalui bersama Sai hari ini. Setidaknya hari ini tak begitu membosankan seperti hari kemarin.

"Kau tidak pulang?" tanya Sai ditengah-tengah perjalanan kami yang entah mau pergi kemana.

Memangnya makhluk tak kasat mata seperti kami mau pergi kemana coba selain hanya bergentayangan di jalan dan di tempat-tempat sepi.

"Sudah malam. Aku tak bisa merasuk ke tubuh Hinata. Malam adalah waktu milik Hinata itulah kesepakatan kami" jawabku menjelaskan.

"Begitu ya" sahut Sai menanggapi.

"Jadi kau itu murid SMA Tokyo High School bahkan teman Shikamaru dan Hinata?" tanyaku membuka obrolan.

"Yah begitulah" jawab Sai ala kadarnya.

"Ku kira kau sudah tak ada di dunia manusia lagi. Habisnya sejak hari pertama kita bertemu aku tak pernah lagi melihatmu" ujarku kembali.

"Ada sesuatu yang menghalangiku. Jadi yah aku masih terjebak di sini" sahut Sai kemudian.

"Lalu kenapa aku tak pernah melihatmu di sekolah jika kau masih gentayangan selama ini?" tanyaku pada Sai.

"Itu karna ada Shikamaru. Kau tahukan dia cenayang" jawab Sai kembali.

"Kau benar. Dasar Nara sialan" balasku setuju.

"Hm" gumam Sai singkat sebagai respon.

"Oh ya tadi pagi aku melihatmu sedang memperhatikan Ino" ucapku basa-basi.

"Begitu ya. Kukira kau tak memperhatikannya" sahut Sai merespon.

"Jadi benar kau sedang memperhatikan Ino. Kukira tadi pagi aku hanya salah lihat saja" balasku segera.

"Sebenarnya aku selalu mengikutinya dan mengawasinya dari kejauhan" sahut Sai berhenti berjalan tiba-tiba.

Melihat perubahan ekspresi di wajah Sai yang tiba-tiba sedih bahkan sampai berhenti berjalan akupun merasa sedikit bersalah. Kurasa bicara soal Ino adalah topik yang sensitif untuknya.

"Mau duduk disana?" tawarku menunjuk ke sebuah bangku yang ada di tepi jalan.

"Kurasa kakiku juga sedikit lelah" jawab Sai setuju.

Kami berdua lekas berjalan dan duduk di sebuah bangku pinggir jalan yang tepat berada di bawah sorot lampu jalan.

"Jika kau ada masalah kau bisa cerita padaku. Meskipun aku tak yakin bisa membantu tapi setidaknya dengan bercerita akan membuat bebanmu sedikit berkurang" ucapku setelah kami berdua duduk bersama.

Dilihat dari manapun jelas aku tahu Sai sedang punya masalah. Dan meski aku tak bisa membantunya bukankah dengan bercerita akan sedikit mengurangi beban masalah kita.

"76 hari yang lalu tepat di hari senin 15 November aku mengalami sebuah insiden kecelakaan" ucap Sai memulai ceritanya.

Dengan tenang aku memperhatikan semua yang Sai katakan. Berusaha menyimak dengan seksama dan menjadi pendengar yang baik.

"Keajaiban 39 Hari"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang