Chapter 26

38 3 0
                                    

*Catatan: tulisan blok tebal adalah suara Naruko yang sedang merasuki tubuh Hinata*

Rencana kecilku berjalan lancar. Dan hasilnya benar-benar persis seperti hipotesaku selama ini.

Sebenarnya aku sudah curiga dengan Hinata cukup lama. Tapi sayangnya aku tak pernah memiliki bukti atas kecurigaanku tersebut.

Hingga kemudian aku memutuskan untuk mengujinya sendiri. Dan itu benar-benar berhasil meski bukan bukti yang kuat.

Jujur saja aku sengaja membelikan Hinata es krim sebagai bahan uji. Jika memang mereka berbeda maka seharusnya itu akan berhasil. Dan benar saja trik es krim tersebut benar-benar berhasil.

Masih segar dalam ingatanku bahwa Hinata yang sering memanggilku dengan sebutan Uchiha sangat suka dengan es krim karena kami pernah makan es krim bersama di taman sewaktu aku mengantar Hinata pulang sekolah.

Dan Hinata kedua yang memanggilku dengan sebutan Sasuke kun, dia mengaku bahwa dia tak menyukai es krim dan malah menyukai bunga ataupun coklat.

Perbedaan yang kecil namun begitu mencolok. Dari ini aku semakin yakin bahwa Hinata memang berbeda. Untuk beberapa situasi dia memang berubah.

Dan pertanyaannya adalah kenapa dia berubah? Kapan dia berubah? Dan Hinata mana sebenarnya yang aku sukai? Apakah yang memanggilku Tuan Uchiha atau yang memanggilku Sasuke kun?
Itulah yang harus aku cari tahu labih dalam lagi...

(Skip time...)

Hari berikutnya tepat pukul 04.00 p.m (sore) dimana aku dan Hinata sedang berada di rumah kontrakan karena kami baru saja pulang dari sekolah.

"Hah kelihatannya aku harus mencari pekerjaan sampingan lainnya untuk tambahan" gumam Hinata yang masih dapat ku dengar cukup jelas.

"Eh mencari pekerjaan sampingan tambahan untuk apa Hinata?" tanyaku tak bisa menyembunyikan rasa penasaranku.

"Iya. Belakangan ini minimarket tempatku bekerja paruh waktu mengalami penurunan pembeli karena ada minimarket baru yang letaknya tak jauh dari sana. Hal itu menyebabkan daya saing semakin meningkat. Dan jika terus terjadi maka kemungkinan terburuk adalah penurunan gaji karyawan. Aku jelas tak bisa menghindar jika hal itu terjadi sedangkan setiap hari aku punya perut dan tabungan kuliah yang harus kuisi" jawab Hinata panjang lebar.

"Begitu ya. Lalu kau berencana akan bekerja apa lagi?" tanyaku kemudian.

"Entahlah Naruko mungkin aku akan jadi pelayan cafe atau semacamnya. Aku masih belum tahu dan masih mencari yang kira-kira cocok. Yang jelas untuk anak SMA sepertiku mencari pekerjaan itu tidaklah mudah karena kami memang masih dibawah umur" jawab Hinata kembali.

"Begitu ya" gumamku kecil sebagai tanggapan.

"Ahaa!!!" seruku tiba-tiba sambil menjentikkan jari.

"Astaga Naruko kau mengagetkanku" ujar Hinata tersentak kaget karena ulahku.

"Hehehe maaf maaf. Aku hanya terlalu bersemangat karena tiba-tiba sebuah ide muncul di kepalaku" sahutku cengengesan.

"Ha ide apa? tanya Hinata tak mengerti.

"Iya idenya adalah aku akan membantumu mencari uang tambahan. Bagaimana hebat bukan ideku" jawabku percaya diri.

"Pfthh..." terdengar tawa tertahan Hinata yang hampir melesat keluar.

"Hey apanya yang lucu!" protesku melihat Hinata hampir tertawa setelah mendengar ideku barusan.

"Maaf hahaha aku hanya terkejut dengan ide *hebat* mu barusan Naruko" ujar Hinata masih dengan kikikan tawanya.

"Hey aku serius tahu" dengusku agak jengkel karena diremehkan oleh Hinata.

"Keajaiban 39 Hari"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang