Chapter 7

57 4 0
                                    

"Tak ada masalah yang terlalu besar dan tak ada masalah yang tak bisa di selesaikan. Percayalah apapun masalah mu bahkan tak lebih berat dari masalah ku" ucap ku lembut mencoba meluluhkan fikiran Hinata yang sedang kacau.

"Omong kosong. Aku akan mati saja dan pergi dari dunia ini!" teriak Hinata frustasi tak mau mendengarkan ku.

"Mati ya. Kau kira setelah kau mati masalah mu akan selesai begitu? Apa kau tidak berfikir bahwa kematian mu mungkin saja akan membawa masalah baru bagi seseorang hm?" tanya ku masih mencoba membujuk Hinata.

"Apa maksud mu hah!" sahut Hinata tak mengerti.

"Aku memang tak bisa bilang bahwa semua akan baik-baik saja jika kau tak menyerah. Tapi aku tahu satu hal, jika kau menyerah disini maka kau tak akan dapat apa-apa. Hargailah hidup mu" ucap ku memberi nasehat.

"Dan jika kau sampai mengalami apa yang terjadi padaku maka percayalah saat itu kau akan benar-benar menyesal seumur hidup mu" ucap ku kembali.

"Percayalah bagi sebagian orang hidup adalah hal yang sangat berharga. Kau tak akan tahu seberapa inginnya aku hidup kembali Hinata. Jadi ku mohon jangan mati" lirih ku pelan tapi aku yakin Hinata mendengarnya.

"Omong kosong. Pergilah dan biarkan aku mati!" teriak Hinata bersiap melompat dari jembatan.

Bahkan si hantu wanita jahat itu dengan senyum kemenangan seolah mendorong Hinata untuk segera jatuh ke bawah jembatan.

"Tidak!!" teriak ku ketakutan melihat satu kaki Hinata telah melayang dan tak lagi menapak di pembatas jembatan.

"Yahiko!!!" teriak ku memanggil Yahiko si malaikat maut.

Whussss... Seketika angin berhembus.

Ting... Bunyi lonceng yang merupakan tanda kehadiran Yahiko terdengar.

Gubrakkk... Hinata terjatuh ke sisi jalan karna tarikan oleh seseorang.

Disana aku melihat Hinata jatuh bersama seorang laki-laki paruh bayar yang baru saja menariknya dan menggagalkan aksi percobaan bunuh diri Hinata.

"Awal yang bagus" ucap Yahiko tiba-tiba muncul di samping ku.

"Yahiko" ucap ku terkejut dengan kehadiran Yahiko yang tiba-tiba.

"Apa kau yang melakukannya?" tanya ku segera pada Yahiko.

"Hn aku menggerakkan hati pria itu untuk datang kemari. Aku tahu kau tak bisa menyentuh apapun bukan" jawab Yahiko santai.

"Hiks trima kasih hiks trima kasih. Aku selamat hiks trima kasih Yahiko" ucap ku penuh rasa syukur sampai menangis sesenggukan.

Bayangkan jika Hinata benar-benar melompat dan mati maka tak akan ada yang bisa memberi ku doa tulus dan akhirnya kesempatan ku untuk hidup kembali akan hilang.

Melihat si peserta tour 39 hari yang menjadi tanggung jawab ku (Yahiko) menangis entah mengapa membuat ku sedikit tersentuh.

"Ck ada apa dengan ku. Diakan hanya roh yang sedang sial. Lagi pula aku ini kan malaikat maut. Bukankah seharusnya aku tak bisa merasakan perasaan apapun. Tapi kenapa melihat roh Naruko yang menangis membuat ku merasakan sesuatu" batin ku (Yahiko) tak mengerti dengan diriku sendiri.

"Hn sekarang pergilah kesana" sahut Yahiko menunjuk ke arah Hinata.

"Emm" gumam ku sambil menganggukan kepala tanda mengerti.

"Semoga berhasil Naruko" batin ku (Yahiko) dalam hati sebelum menghilang pergi seperti angin.

Sementara itu Hinata yang masih syok hanya mampu terduduk lemah sambil menatap pria asing yang sudah menghentikannya melompat dari jembatan.

"Keajaiban 39 Hari"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang