*Catatan: tulisan blok tebal adalah suara Naruko yang sedang merasuki tubuh Hinata*
Melihat Ino orang yang disayangi menangis menyalahkan dirinya sendiri membuat Sai tak tega melihatnya.
"Naruko" panggil Sai padaku yang langsung kumengerti maksudnya dengan membalasnya melalui anggukan kepala.
"Ino ada sesuatu yang ingin Sai katakan padamu. Aku akan jadi mediator kalian berdua" ucapku pada Ino.
"Hiks hiks" isak Ino menganggukan kepalanya tanda mengerti.
(Mulai dari sini aku akan menyampaikan perkataan Sai pada Ino yang tak bisa mendengarnya secara langsung)
"....." ucap Sai yang tak bisa didengar oleh Ino.
"Tolong jangan menangis. Air matamu membuat Sai semakin sedih" ucapku menyampaikan pada Ino.
"Hiks hiks..." meski masih terisak namun Ino mulai mencoba untuk menghentikan tangisannya.
"....." ucap Sai yang tak bisa didengar oleh Ino.
"Kau tampak cantik saat sedang tersenyum. Mulai sekarang tolong jangan menangis lagi" ucapku menyampaikan pada Ino.
"Aku mengerti hiks" jawab Ino menganggukan kepalanya.
"....." ucap Sai yang tak bisa didengar oleh Ino.
"Meski kau tak bisa melihatku tapi aku bisa melihatmu. Tolong angkat kepalamu dan lihatlah kedepan" ucapku menyampaikan pada Ino.
"Hiks Sai" Ino berusaha mati-matian mengangkat kepalanya dan menatap kekosongan yang ada di depan matanya.
Meski Ino hanya memandang udara hampa di depan matanya tapi sebenarnya Ino sedang menatap Sai sekarang.
Aku tahu bahwa mereka sedang saling menatap saat ini. Meski hanya Sai yang bisa menatap Ino mengingat Ino tak bisa melihat wujud penampakan jiwa Sai.
"....." ucap Sai yang tak bisa didengar oleh Ino.
"Kematianku adalah takdir Tuhan yang telah digariskan. Apa yang kualami sama sekali bukan kesalahanmu. Jadi berhenti menyalahkan dirimu sendiri" ucapku menyampaikan pada Ino.
"....." ucap Sai yang tak bisa didengar oleh Ino.
"Kehidupan itu seperti sinar matahari sedang kematian seperti hujan. Memang menyedihkan ketika melihat awan mendung menutupi sinar matahari hingga mengundang badai hujan untuk datang. Tapi bukankah setelah badai hujan reda, sinar matahari akan bisa memantulkan cahaya air hujan hingga membentuk pelangi. Pada akhirnya kita butuh sinar matahari dan badai hujan untuk melihat pelangi. Dan kini aku terhenti dibawah hujan air matamu dan tak bisa melihat pelangi. Apa kau tak kasihan padaku Ino" ucapku menyampaikan pada Ino.
"Hiks hiks maafkan aku hiks. Maafkan aku Sai hiks" ucap Ino meminta maaf dengan sesenggukan.
"....." ucap Sai yang tak bisa didengar oleh Ino.
"Berhenti menyalahkan dirimu sendiri. Bangkitlah dan mulailah lembaran baru meski tanpa aku" ucapku menyampaikan pada Ino.
"Bagaimana aku bisa. Bagaimana aku melakukannya tanpamu. Aku tak akan bisa Sai hiks" sahut Ino menggelengkan kepalanya kuat.
"....." ucap Sai yang tak bisa didengar oleh Ino.
"Kau pasti bisa. Aku tahu itu karna kau adalah Yamanaka Ino" ucapku menyampaikan pada Ino.
"Hiks hiks..." isak Ino sesenggukan.
"....." ucap Sai yang tak bisa didengar oleh Ino.
"Terima kasih untuk semuanya. Terima kasih untuk selama ini. Sekarang saatnya mengucapkan selamat tinggal" ucapku menyampaikan pada Ino.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Keajaiban 39 Hari"
Fanfic"Jadi berapa lama waktu yang ku miliki?" [Namikaze Naruko...] "Waktu mu 39 hari dimulai sejak hari ini" [Yahiko...] 🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹 "Hallo nama ku Naruko" [Namikaze Naruko...] "Aku Hinata, Hyuuga Hinata [Hyuuga Hinata...] 🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹...