Chapter 57

35 3 0
                                    

*Catatan: tulisan blok tebal adalah suara Naruko yang sedang merasuki tubuh Hinata*

Sementara itu di lain tempat, tepatnya di rumah sakit Konoha suasana panik masih menyelimuti Sasuke, Gaara dan Shikamaru.

Saat ini Naruko sedang berjuang untuk melewati masa kritisnya sementara dokter dan tim medis lainnya melakukan yang terbaik.

"Akh hah hah" ringis ku menahan sakit di dada kiri ku.

Sungguh rasanya jantung ku seolah diremas dan ditarik keluar secara paksa.

"Naruko bertahanlah" ucap Gaara penuh nada khawatir.

"Kau harus kuat Naruko. Aku tahu kau bisa melewati ini" sahut Sasuke yang sama-sama khawatir.

"Aghh" lenguh ku meremas kuat dada kiri ku.

"Sial! Waktunya benar-benar akan habis" umpat Shikamaru merasa tak berguna.

Otak jenius miliknya benar-benar tak berguna, bahkan kekuatan cenayang-nya juga tak ada artinya.
Di saat seperti ini, dia malah tak bisa melakukan apapun untuk temannya.

"Akh aku hah tidak kuat hah lagi" ringis ku kesakitan.

"Kumohon bertahanlah Naruko" ujar Gaara semakin ketakutan.

"Kau pasti bisa" ujar Sasuke menambahi.

"Ck sial!!" umpat Shikamaru frustasi.

Tik tik tik...

Tik tik tik...

Tik tik tik...

Entah kenapa detik jam dinding di rumah sakit terdengar begitu keras.

Seolah sedang menghitung mundur sisa waktu yang Naruko miliki.

Tik tik tik...

Tik tik tik...

Tik tik tik...

Detik jam masih terus berjalan, dan di detik-detik terakhir tiba-tiba...

Deg... Sebuah sentakan terasa mengejutkan diriku.

Cling... Bersamaan dengan keluarnya cahaya terang menyilaukan yang menyelimuti roh ku.

Bersamaan dengan hal itu, tepat di kuil Nakano tampak Hinata sedang terduduk bersimpuh dengan putus asa.

"Hari aku menyadari bahwa aku salah. Aku bersalah pada Naruko. Setelah semua yang Naruko lakukan untuk ku, aku malah membalasnya dengan kemarahan dan kebencian. Tapi hari ini aku sadar bahwa aku salah. Dan karena itulah aku disini sekarang" ucap Hinata mulai berdoa.

Dengan kedua tangan mengatup rapat, Hinata berdoa dengan sungguh-sungguh.

"Aku tidak tahu apakah aku masih cukup pantas untuk berdoa padamu Tuhan. Kau bisa membenci ku karena aku telah bersikap egois dengan tak mensyukuri hidup yang telah kau berikan. Aku bahkan pernah mencoba untuk mengakhiri hidup ku hingga akhirnya malah membuat takdir hidup Naruko menjadi kacau" ucap Hinata lagi dan lagi.

Satu demi satu Hinata mulai menyadari kesalahannya selama ini. Dan malam ini tepat di hadapan sang penguasa kehidupan dan kematian Hinata duduk bersimpuh merendah diri.

"Tapi meskipun begitu aku percaya bahwa keajaiban itu benar-benar ada. Karena itulah aku berdoa padamu, sang penguasa kehidupan dan kematian. Jika kau terlalu membenci ku hingga tak sudi untuk mendengar doa ku atau bahkan mengabulkan doa ku maka kumohon kali ini. Hanya kali ini saja tolong dengarkan doa ku, tolong kabulkan doa ku. Karena ini bukan doa untuk ku, ini doa untuk Naruko" pinta Hinata sungguh-sungguh.

"Keajaiban 39 Hari"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang