10. Arti Senja

244 50 1
                                    

Setelah puas bermain, Reina dan Aldo memutuskan untuk mencari makan karena kelaparan dengan keadaan yang masih basah kuyup. Banyak kios makanan yang berjejer rapi dan hal itu membuat Reina bingung memilih.

"Lo mau makan apa?" tanya Aldo yang sudah lelah melihat Reina yang tak kunjung memilih. Reina masih diam dengan pandangan seolah berpikir, "enggggggg sate keknya enak deh," usulnya saat ia baru saja melihat pedagang sate.

Aldo mengangguk setuju, ia menggandeng tangan sahabatnya dan menghampiri pedagang sate itu.

"Lho Rein lo disini juga?" ucap seseorang dan hal itu membuat Reina maupun Aldo menoleh kearah sumber suara. Reina langsung tersenyum ramah saat tau sosok itu, "iya lo juga ada disini Yo." Aldo menatap bingung dengan interaksi dua orang yang ada di depannya ini, ia sama sekali tak mengenal cowok yang ada di depan Reina. Sahabatnya itu begitu asik ngobrol dengan cowok itu sampe Aldo dicuekin.

Ekhem. Aldo berdehem cukup keras hingga dua orang yang asik dengan dunia mereka langsung tersadar. "Eh maap gue cuekin lo Do," sadar Reina sambil cengengesan dan memamerkan deretan giginya. Aldo memutar kedua bola matanya.

"Oh iya kenalin ini Theo," sambung Reina sambil mengenalkan Theo pada sahabatnya.

"Dan ini Aldo, sahabat gue." Reina beralih mengenalkan sahabatnya pada cowok itu. Theo mengulurkan tangan untuk mengajak berkenalan, Aldo menanggapinya dengan ramah.

"Yaudah gue balik dulu ya," pamit Theo saat ia sudah mendapatkan pesanan satenya. Reina mengangguk, "yaudah sampe ketemu disekolah."

***

"Dia tadi siapa?" tanya Aldo saat mereka telah duduk dan memesan sate. Keadaan mereka masih sedikit basah dan belum berganti baju. Reina menoleh, "temen sekolah gue," jawabnya singkat.

Aldo masih terus menatapnya datar dan dengan pandangan menyelidik. "Temen apa temen?"

Reina tertawa keras mendengar pertanyaan seperti itu, seperti orang pacaran yang takut kehilangan. "Cieeeeee posesif," ledek cewek itu. Aldo langsung mengalihkan pandangannya dengan cepat kearah lain. Malu.

"Dia temen sekolah gue kok," ucap Reina yang masih dengan sisa tawanya dan berusaha meyakinkan. "Dia nakalin lo ngga?" tanya Aldo yang kali ini khawatir. Ia memang selalu khawatir kepada cewek itu saat bersama laki-laki yang bukan dirinya ataupun keluarganya. Reina pernah di nakalin temen cowoknya waktu SD dengan mencengkeram tas Reina dan mendorongnya dengan keras hingga Reina jatuh diantara aspal, batu, dan serpihan kaca yang saat itu ada. Mungkin itu serpihan kaca buangan yang nggak di bungkus plastik hingga bercecer seperti itu.

Reina kembali tertawa, "Do gue bukan anak SD lagi kalik." Aldo memutar kedua bola matanya, "gue kan khawatir."

Reina tersenyum, "santai aja Do gue bisa jaga diri kok." Setelah itu, keadaan menjadi hening karena pesanan yang mereka pesan sudah datang. Mereka makan dengan tenang.

***

"Kita pulang dengan keadaan begini?" tanya Reina saat mereka sedang menuju ke parkiran. Aldo menoleh kearah cewek itu, "beli baju di pusat oleh-oleh kan ada."

Reina melotot, "sok kaya lu. Nggak usah kalau kita beli mending langsung pulang aja," tolaknya. Aldo tak menggubris sama sekali dan langsung menarik gadis itu kearah pedagang oleh-oleh. Keputusan Aldo tak dapat diganggu gugat lagi. Keras kepala memang.

Reina terpaksa ikut dan pasrah. Aldo melihat-lihat pakaian yang cocok buat mereka. "Ini bagus?" tanyanya sambil menunjukkan kaos krem dan rok tutu selutut warna hitam ke arah Reina. Cewek itu hanya menganggukkan saja pasrah. Tak lupa cowok itu juga memilih kaos untuknya sendiri yang berwarna hitam.

Aldo membayar semuanya dan menyerahkan belanjaan itu ke sahabatnya. Reina masih bergeming di tempatnya. "Kenapa?" tanya Aldo heran.

Reina memainkan jarinya sambil menunduk malu, "kan yang basah bukan cuma yang bagian luar Do," lirihnya dan seketika pipinya menjadi merah karena malu. Aldo melongo dan mengedipkan matanya berkali-kali, "masa gue juga harus beli dalaman lo sih?"

Reina menggeleng cepat dan mengadahkan tangannya ke arah sahabatnya, "minta uang aja ntar gue beli sendiri." Aldo menghela nafas dan mengeluarkan dompetnya, ia mengambil satu lembar uang berwarna merah dan di berikan kepada sahabatnya.

Reina langsung ngacir setelah diberi uang mencari keperluannya yang lain sambil membawa belanjaan yang sudah Aldo belikan tadi. Aldo geleng-geleng kepala dan langsung beranjak dari tempat itu untuk menuju ke kamar mandi. Ia ingin ganti baju.

***

Reina menghampiri Aldo yang sedang duduk diatas pasir. Gadis itu sudah berganti baju.

Reina segera duduk disebelah sahabatnya yang sedang menatap laut. Aldo menoleh, "pulang sekarang?" tanyanya.

"Nanti aja sekalian liat sunset."

Aldo menganggukkan kepala setuju. Keadaan menjadi hening, mereka sibuk pemikiran masing-masing dan pandangan tertuju pada laut.

Menit demi menit berlalu. Langit mulai berubah warna. Matahari mulai berada di peraduan, laut seakan ingin menenggelamkannya.

Reina menoleh ke samping kearah sahabatnya, "Do, tau nggak kalau senja itu punya sisi baik dan buruk?"

Aldo menaikan sebelah alisnya dan menatap bingung, "nggak." Reina tersenyum dan menatap cowok itu begitu dalam seolah ada yang ingin disampaikan. "Sisi buruk dari senja itu, ia indah tapi cepat pergi. Jadi tak selamanya sesuatu yang indah bisa kita miliki untuk selamanya."

"Sisi baiknya?" tanya Aldo penasaran.

"Tapi senja berjanji untuk selalu datang kembali dan tetap bersama langit." Reina tersenyum tulus dengan tatapan yang tak dapat diartikan. Aldo mengelus rambut sahabatnya dengan lembut, "gue nggak bakal jadi senja yang indah dan pergi dari lo. Tapi gue bakal jadi senja yang selalu ada buat lo."

Seandainya lo tau perasaan gue, apa lo juga tetap ada buat gue? batin Reina.

***

Keadaan mobil hening saat mereka pulang. Aldo sibuk dengan kemudi, ia begitu fokus dengan jalanan. Sedangkan Reina sudah asik berkeliling dunia lewat mimpi, alias tidur.

Aldo melirik sahabatnya, ia mengelus rambut sahabatnya lembut. Kebiasaan pelor. Aldo terkekeh sendiri.

Mobil telah sampai di depan rumah Reina. Aldo mematikan mesin mobilnya dan menghadap kearah sahabatnya yang sedang tidur.

"Rein bangun." Aldo menggoyangkan tubuh Reina pelan. Tapi gadis itu ya bereaksi apapun. Cowok itu masih mencoba membangunkannya dengan menekan dan mencubiti pipi gadis itu. Tapi cara itu sama sekali tak membantu.

Aldo menghela nafas, ia turun dari mobil dan membuka pintu. Ia mengangkat tubuh mungil sahabatnya masuk kedalam rumah.

Aldo langsung nyelonong masuk ke rumah Reina seperti biasanya. "Lho itu Reina kenapa Do?" tanya Julia saat Aldo melewati ruang keluarga yang saat itu semua sedang berkumpul.

Aldo menghentikan langkahnya, "biasa Tante, pelor," ucapnya.

"Bawa ke kamar aja Do," usul Radit, ayah Reina. Aldo mengangguk dan segera melangkah ke kamar sahabatnya.

Ia membuka kamar Reina dan menurunkan Reina di ranjangnya. Ia juga melepaskan sepatu sahabatnya dan menyelimuti tubuh Reina hingga sebatas dada.

Aldo sedikit membungkuk dan mengelus rambut Reina dengan lembut, "good night Angel." Aldo memanggil nama Reina menggunakan nama belakangnya yang jarang sekali digunakan.

Aldo berdiri dan bergegas keluar untuk pulang ke rumahnya sendiri. Hari ini ia sangat merasa capek dan ingin segera bertemu dengan kasur.

***

Fairahmadanti1211

ReinAldo [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang