Reina tengah berdiri di pinggir jalan menunggu angkot sendirian, tadi ia sempat menerima pesan dari Willa yang mengatakan bahwa gadis itu tak bisa pulang bersamanya karena harus kerja kelompok bersama teman-temannya.
Reina celingukan, sudah hampir setengah jam ia berdiri disana tapi masih aja belum ada tanda-tanda kedatangan angkot.
Ini kalo nggak ada angkot gimana? Bisa balik jalan kaki gue, bisa gempor kaki gue, gerutu Reina dalam hati. Ia takut kalo apa yang ia pikirkan terjadi, masalahnya jarak rumah dan sekolahnya hampir 3 km. Reina bahkan telah menggigit bibir bagian dalamnya dan meremasnya jari-jarinya.
Tintin
Suara klakson motor mengalihkan perhatiannya dan sekarang motor itu telah berada dihadapannya dengan pengendara yang menggunakan helm full face.
Pengendara itu membuka kaca helmnya. "Bareng gue yuk."
Reina mengernyitkan dahi dan menatap bingung pengendara itu karena ia sama sekali tidak tau wajah dibalik helm itu siapa. "Lo siapa?"
Pengendara itu berdecak tapi tak urung tetap melepas helmnya. "Gue Arlan. Udah yuk gue anter pulang."
"Nggak mau, ntar kalo gue dilabrak sama Rashika gimana?" Reina sudah mencari tau tentang Arlan kepada Alfi. Ia tau kalau cowok itu saat ini memang tengah dekat dengan salah satu siswi bernama Rashika yang notabenenya adek kelas dari Reina.
"Nggak bakalan. Gue udah ijin dan lagipula Rashika dijemput, makanya gue bisa nganterin lo."
"Dih, gue kesannya kek jadi ban serep gitu ya."
"Udah buruan naik ah, bacot mulu lo." Reina memutar bola matanya malas, tetapi ia juga menuruti perintah cowok itu. Lumayan irit ongkos, begitu pikirnya.
"Lo tuh kenapa SKSD sih ma gue?" tanya Reina saat Arlan telah melajukan motornya menuju rumah gadis itu.
Arlan membuka kaca helmnya. "Karena lo adeknya Alfi, sahabat gue. Dan gue juga udah nganggep lo adek gue sendiri. Gue anak tunggal."
"Kenapa lo nggak minta adek aja ke nyokap bokap lo," jawab Reina dengan polos seolah itu merupakan hal mudah.
"Lo pikir bikin anak gampang? Kek bikin kue yang cuma bisa pake tepung, telur, dan air gitu?!" Reina malah terkekeh mendengar ucapan sarkastik dari Arlan. Ntahlah menurutnya lucu aja gitu. Ia tau Arlan tak marah dengannya, cowok itu hanya tak terima saja dengan asumsi yang ia lontarkan tadi.
"Ya, maap atuh bang. Eh gue manggil lo abang nggak papa kan? Kan kata lo, lo minta diperlakukan kek bang Alfi."
Arlan mengangguk setuju. Ia kembali menutup kaca helmnya karena keadaan kembali hening. Tak ada pembicaraan apapun diantara mereka hingga sampe dirumah Reina.
Alfi keluar dari rumah saat mendengar suara motor dengan setelan seragam yang masih lengkap. Terlihat cowok itu baru saja sampai rumah. Ia melihat adeknya baru saja pulang diantar oleh sahabatnya.
"Hei, bro," sapa Alfi kepada Arlan sambil mereka melakukan tos. "Makasih udah nganterin adek gue."
"Halah, santai aja lagi. Toh gue juga lagi nggak nganterin Rashika." Reina yang mendengar lagi-lagi harus memutar bola matanya malas. Dirinya seperti cadangan saja.
"Yaudah lah gue masuk dulu, ya," pamit Reina yang langsung nyelonong tanpa menunggu balasan dari kedua cowok itu.
Kedua cowok itu menggeleng-gelengkan kepalanya dan setelahnya terkekeh geli melihat tingkah Reina yang sepertinya bete mereka cuekin.
***
Aldo menaiki motornya menuju sekolah pacarnya. Ia berniat untuk menjemput Keysa. Ia mengendarai motornya membelah jalanan dengan kecepatan diatas rata-rata. Ntah lah ia sangat ingin cepat bertemu dengan kekasihnya itu.
Ia menyalip dua truk yang berhimpitan dengan melewati tengahnya. Aldo begitu menantang maut seolah nyawanya ada 9.
Bruk
Aldo terjatuh saat berada ditikungan. Ia tadi sempat tidak mengerem laju motornya saat berada ditikungan, sehingga membuat ia terjatuh.
Orang-orang beramai-ramai berdatangan, membantunya. Beruntung ia hanya luka-luka pada kaki dan tangannya, tak ada luka serius yang harus membuatnya menginap di rumah sakit.
Aldo memutuskan untuk langsung pulang saja. Tak mungkin ia menjemput Keysa dengan keadaan seperti ini dan ia akan mengatakan semuanya pada gadis itu nanti setelah ia sampai rumah.
***
Reina yang berlari dari tangga membuat dua orang laki-laki yang tengah menonton film mengalihkan pandangannya. Alfi dan Arlan. Mereka mengernyitkan dahi bingung.
"Mau kemana lo?" tanya Alfi mewakili bertanya atas rasa penasaran dari mereka. Reina berhenti melangkah dan menoleh. "Mau ke rumah Aldo lah. Mau main."
"Biasanya kan lo loncat balkon."
"Iya tadi gue udah loncat, tapi pintu balkon Aldo ke kunci makanya gue nggak bisa masuk. Dan bikin gue harus lewat pintu depan." Kedua orang itu mengangguk-anggukkan kepalanya dengan mulut yang membentuk huruf O. Reina melanjutkan langkahnya menuju rumah sahabatnya.
Reina membuka pintu kamar yang membuat dua orang berlainan jenis menoleh kearahnya. Terlihat disana sang gadis tengah mengganti perban si pemuda.
"Oh gue ganggu ya? Yaudah gue balik aja deh." Reina ingin menutup pintu kembali tetapi sebuah suara menghalangi niatnya. "Nggak kok, Rein, sini," ujar Aldo.
Reina melangkah masuk dengan ragu. Ia ragu kalo gadis yang saat ini berada disebelah Aldo adalah Keysa, gadis yang disukai sahabatnya. Ia juga takut jika hal ini dapat membuat hatinya patah.
Mata Reina menelisik keadaan Aldo dari ujung kaki hingga ujung kepala. Tangan dan kaki cowok itu penuh dengan perban yang membuat Reina menatap bingung. "Ini lo kenapa kayak orang kalah perang?" celetuk Reina.
"Gue jatuh dari motor." Mata Reina melotot. "Kok bisa?!"
"Waktu ditikungan gue nggak ngerem dan malah gue gas." Reina menatap cowok itu datar dan menabok pelan luka yang ada di siku Aldo yang membuat cowok itu meringis sakit. "Lo emang goblok. Udah tau tikungan malah pertaruhin nyawa. Lo pikir nyawa kek kucing gitu hah?!"
"Gue lagi sakit lho, tapi malah lo omelin." Aldo beralih menatap Keysa. "Oh iya kenalin ini Keysa."
Bagai tersambar petir disaat langit tak mendung. Seperti ada retakan di dalam hatinya. Ia mengatupkan bibirnya, menahan tangisnya. Ia juga menghela nafas berat, mencoba menghilangkan sesak di hatinya.
Reina membalas uluran tangan Keysa dan memperkenalkan dirinya dengan senyum yang dipaksakan.
Setelah itu, Reina hanya diam. Melihat tatapan sahabatnya terhadap gadis itu dengan tatapan sayang dan memuja. Bahkan ia merasa sahabatnya itu bahkan tak pernah menatap dirinya seperti itu. Ia iri dengan Keysa yang dapat dengan mudah mengambil hati Aldo secepat itu.
"Yaudah aku pulang dulu ya, Do," pamit Keysa pada Aldo yang dibalas anggukan kepala oleh cowok itu. Kini ia beralih pada Reina. "Gue balik dulu ya, Rein. Salam kenal." Lagi-lagi Reina menampilkan senyum palsunya. Ia sudah seperti seorang aktris yang pandai bermain peran.
Punggung Keysa hilang dari pandangan setelah pintu tertutup. Aldo masih berada disamping Reina tanpa mengantarkan Keysa kedepan karena larangan gadis itu. Aldo menurut bahkan mungkin semua yang gadis itu minta akan diturutin oleh Aldo. Begitu cintanya Aldo pada Keysa.
***
Fairahmadanti1211

KAMU SEDANG MEMBACA
ReinAldo [COMPLETED]
Novela JuvenilRank #2 teman rasa pacar [4 Januari 2020] Rank #3 teman rasa pacar [18 Januari 2020] Rank #2 teman rasa pacar [24 Maret 2020] Rank #5 aline [24 Maret 2020] Rank #5 menikung [24 Maret 2020] Rank #9 surya [24 Maret 2020] Rank #7 favorit [21 April 2020...