Extra Chapter 2

310 28 5
                                    

Pecah sudah pertahanannya. Reina menangis kesekian kalinya dengan alasan yang sama. Ia menutup mulutnya dengan tangan agar isakannya tak dengar, tapi sepertinya hal itu hanya sia-sia. Karena nyatanya Aldo masih dapat mendengarnya dengan jelas. Reina menangis karena kenapa tidak dari dulu kalimat itu keluar dari mulut cowok itu? Kenapa Aldo baru menyadarinya sekarang disaat semuanya sudah terlambat? Dan masih banyak kenapa yang bisa membuat Reina goyah akan pilihannya saat ini.

"Rein, kasih gue kesempatan buat gue bisa perjuangin lo." Reina menggeleng dengan tegas. Mana mungkin ia kembali dengan seseorang yang menjatuhkannya ke dalam jurang kesakitan. Nggak akan mungkin.

"Gue tau, gue salah sama lo. Sejak gue usir lo dari hidup gue, gue baru sadar kalo keberadaan lo penting bagi gue, gue juga sadar kalo ternyata hati gue milik lo dan saat lo pergi, gue kosong, Rein." Reina menundukan pandangannya, tangisannya semakin deras bahkan bahunya pun ikut bergetar. "Nggak. Gimana mungkin gue balik sama lo, kalo lo adalah luka buat gue. Nggak ada orang yang mau terluka ataupun mendekati hal yang berpotensi membuat luka."

Reina melepas pelukan Aldo dan berbalik menatap cowok itu. "LO NGGAK TAU RASANYA JADI GUE, GUE HARUS MEMBIASAKAN DIRI TANPA LO, MENGHILANGKAN BAYANG-BAYANG LO DARI HIDUP GUE, DAN MEMBUKA HATI GUE BUAT PERCAYA SAMA ORANG LAGI," bentak Reina dengan air matanya yang masih terus mengalir. "DAN SEKARANG, SETELAH GUE UDAH SELANGKAH LAGI MENUJU KEBAHAGIAAN LO DATANG DAN NYURUH GUE BALIK KE LO YANG JELAS-JELAS SEBUAH LUKA. LO EMANG COWOK JAHAT, DO."

Aldo menangkup pipi Reina dan menghapus air matanya yang nyatanya hal itu sia-sia karena nyatanya Reina masih terus menangis. "Gue tau, gue salah, gue nggak menghargai perasaan lo, gue... " Reina menepis tangan Aldo yang ada di pipinya. "IYA LO EMANG NGGAK PERNAH HARGAI PERASAAN GUE DAN LO MALAH LEBIH MILIH RIFA. LO TAU, GUE YANG SELALU ADA BUAT LO, JADI TELINGA BUAT DENGERIN SEMUA CURHATAN LO, JADI TANGAN YANG NGULURIN SAAT LO JATUH DAN TERPURUK. NYATANYA SEMUA ITU NGGAK BUAT LO MILIH GUE SAAT ITU, DO. LO MILIH RIFA, ORANG YANG BARU AJA LO KENAL."

"Gue emang salah, Rein. Maafin gue, kasih gue kesempatan. Nggak seharusnya gue ngebuang lo dengan cara jahat kayak gitu. Gue mohon."

Reina menghapus air matanya dengan kasar dan menatap Aldo dengan berani. "Gue udah maafin lo dari dulu, tapi buat balik sama lo..." Reina tersenyum miring dan menggelengkan kepalanya pelan. "Maaf gue nggak bisa. Lo bukan bahagia gue."

Setelah mengucapkan itu, Reina langsung berbalik dan melangkah pergi. Aldo hanya bisa diam sambil menatap punggung Reina yang semakin lama semakin menghilang di balik pagar.

Reina langsung masuk ke dalam taksi yang kebetulan saat itu lewat, ia juga menyebutkan alamat rumahnya. Ia ingin pulang.

Reina masih menangis dan mengusap air matanya, lalu ia mengambil hp nya yang berada di tas kemudian mendial nomor calon suaminya.

"Halo." Reina berusaha berbicara dengan nada biasa. Tapi sepertinya percuma, karena Bagas mengetahui kalo ia tengah menangis. "Suara kamu kenapa? Kamu nangis? Gimana? Kamu udah ke tempat Aldo kan?"

"Udah."

"Terus gimana?" Reina menceritakan semuanya kepada Bagas. Tentang Aldo yang membujuknya untuk kembali, tentang Aldo yang menyesal membuangnya, dan tentang Aldo yang ternyata mencintainya.

Di seberang sana, Bagas tengah tersenyum miris. Mungkin ia akan mengalah saat ini demi melihat Reina bahagia. Hari ini mungkin ia akan melepas Reina kembali ke masalalunya. Saat Bagas menyuruh Reina melakukan ini, ia sudah memikirkan segala resiko yang akan ia terima termasuk kehilangan Reina.

"Kamu akan milih siapa setelah ini?"

"Aku akan milih..."

***

"Sayanggg, pakein dasi aku dong," teriak seorang pria sambil menuruni tangga rumahnya. "Kamu dimana?"

"Aku di dapur," balas teriak sang wanita teriak. Pria itu langsung menuju tempat yang dikatakan istrinya tadi.

"Rein," panggil pria itu dan membuat wanita yang dipanggil 'Rein' itu mematikan kompor, lalu berjalan menghampirinya. Wanita itu memang Reina. Ia telah menjadi istri dari laki-laki pilihannya, laki-laki yang selalu berjanji tak akan membuat luka di hatinya. 

Reina menarik dasi yang disampirkan suaminya pada lehernya bermaksud untuk pria itu menunduk karena perbedaan tinggi mereka. "Kamu tuh jangan tinggi-tinggi. Jangan saingan sama tiang," gerutu Reina sambil membuat simpul dasi di leher suaminya.

Pria itu terkekeh dan mencium kening Reina sayang. "Makanya tinggi tuh keatas. Rajin olahraga."

"Nggak usah ngatain deh, Gas." Pria yang dipanggil 'Gas' itu memang Bagas. 2 tahun yang lalu, Reina telah mantap memilih Bagas sebagai suaminya, teman hidupnya.

Reina telah selesai membuat simpul dasi sehingga Bagas dapat kembali menegakkan tubuhnya. "Iya-iya nggak lagi." Bagas menarik pinggang Reina untuk mendekat kearahnya bermaksud memeluknya. Reina mendongak ke atas karena perbedaan tinggi mereka, tinggi Reina hanya sebatas dada Bagas saja. Ia menatap mata Bagas. "Nanti sore temenin aku, mau nggak?" pintanya dengan wajah yang menggemaskan menurut Bagas.

"Mau kemana emang?"

"Ketempat Aldo." Bagas tersenyum hangat. Ia mencium puncak kepala Reina lagi dengan sayang. Sudah tak ada rasa cemburu di hatinya saat Reina membahas sahabat kecilnya itu, karena Reina telah menjadi miliknya. "Iya, nanti sore aku temenin habis pulang kerja."

"Yaudah, kamu berangkat sana." Reina mengantar Bagas hingga ke pintu utama. Pria itu masuk ke dalam mobilnya dan mulai melajukan mobilnya menjauhi kawasan rumah untuk menuju kantornya.

Setelah mobil Bagas tak terlihat lagi, barulah Reina berbalik masuk ke dalam rumah.

***

Kebiasaan Reina masih sama, ia masih suka dengan cowok-cowok tampan di drama yang tengah ia tonton saat ini. Ia menonton drama di laptopnya sambil mencomot cemilan yang ada di depannya.

Reina memang seperti itu saat sedang menunggu Bagas pulang kerja, ia akan asik duduk manis di sofa ruang tamu dengan memangku laptop dan setoples cemilan dihadapannya.

"Assalamualaikum," ucap seseorang yang langsung membuat Reina mempause dramanya dan menoleh ke sumber suara. "Waalaikumsalam."

Orang itu mendekat ke arah Reina dan mengintip apa yang wanita itu sedang tonton. "Ini drama baru apa episode baru?"

"Episode baru dan ini terakhir." Pria mengangguk dan malah duduk di samping istrinya sambil mengusel-usel di lehernya.

Reina mendorong kepala pria itu dengan dendam. "Kamu mandi sana. Bau tau, Gas."

"Kamu jadi anterin aku kan?" tanyanya memastikan.

"Iya aku anterin." Bagas berdiri dari duduknya dan mengelus kepala Reina sayang. "Yaudah aku mandi dulu." Ia langsung beranjak dari tempatnya menuju kamar yang berada di lantai atas untuk membersihkan dirinya.

***

Fairahmadanti1211

ReinAldo [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang