42. Mengakhiri Hubungan

223 20 0
                                    

Disebuah meja disalah satu kafe saat ini tengah diduduki sepasang orang berlainan jenis yang saling berhadapan. Mereka sedang menikmati makan siang setelah tadi lelah berjalan-jalan seperti sepasang kekasih, walaupun status mereka tidak seperti itu. Mereka tertawa, bergandengan, bahkan bercerita banyak hal.

"Jadi gimana hubungan lo sama Keysa saat ini?" tanya Rifa memecah keheningan diantara mereka yang dibalas angkatan bahu acuh oleh cowok yang ada dihadapannya saat ini. "Nggak tau, ngga saling berhubungan lagi apalagi hanya bertukar kabar."

"Terus hubungan lo sama cowok lo gimana?" sambung Aldo.

"Ya gitu. Gue punya pacar tapi kayak nggak punya. Gue cuma minta sebuah kabar ataupun 1 jam dari 24 jam waktunya."

"Terus gimana?" Rifa hanya mengedikkan bahunya. Jujur saja ia sama sekali tak tau langkah apa yang harus ia ambil selanjutnya. "Lha lo sendiri gimana?"

"Nggak tau. Gue masih sayang sama dia tapi gue nggak mau juga dikhianati."

"Menurut gue, mending lo putus. Semakin lama lo nahan dia sama aja lo membiarkan diri lo terus-menerus di dalam luka."

Aldo terkekeh kecil. "Lo bijak ngasih solusi dari masalah orang lain tapi masalah lo sendiri, lo bahkan nggak tau solusinya apa."

Mendengar itu, Rifa ikut terkekeh. "Gue emang gitu, masalah orang tau solusinya giliran masalah sendiri nggak tau solusinya."

"Menurut gue, kunci hubungan itu saling percaya. Kalo diantara kalian udah nggak ada rasa kepercayaan, untuk apa kalian masih tetap bersama."

"Menurut lo gue harus putus gitu?" tanya Rifa tak yakin.

"Gue cuma nyaranin sih. Lo terima ya syukur, nggak juga nggak masalah."

"Sedangkan lo sendiri gimana?" Aldo hanya mengangkat bahunya tak tau.

"Lepasin. Lepasin yang memang ingin lepas. Buat apa masih dipertahankan kalo hanya lo yang mempertahankan sedangkan dianya nggak," ujar Rifa. Aldo menghela nafas berat. Ini keputusan yang sangat berat untuknya. Pasalnya Keysa adalah pacar pertama sekaligus cinta pertamanya.

***

Setelah bertemu dengan Rifa, Aldo langsung menuju rumah Keysa untuk bertemu gadis itu. Ia ingin menyelesaikan masalah hubungan mereka.

Sepasang kekasih saat ini tengah berada di depan rumah si gadis. Keysa menatap malas cowok dihadapannya ini.

"Ngapain kesini?" tanya Keysa to the poin tanpa basa-basi.

"Mau ngelurusin hubungan kita. Kayaknya lebih baik kita putus aja," jawab Aldo dengan mantap.

Keysa tersenyum senang. "Makasih udah lepasin gue." Aldo hanya menganggukkan kepala. "Iya. Semoga bahagia. Gue balik dulu."

Aldo langsung naik keatas motornya dan mulai melajukan motornya menjauhi lingkungan rumah Keysa.

***

Rifa telah siap dengan terusan dress navy selutut tanpa lengan yang membalut tubuhnya. Ia juga memakai flatshoes yang membalut kaki jenjangnya. Malam ini ia akan memperjelas statusnya dengan Rama.

Rifa menaiki taksi yang tadi sempat ia pesan. Ia akan menuju tempat nongkrong Rama. Ia tau kalo jam segini cowok itu pasti selalu nongkrong.

Sepuluh menit kemudian, ia telah sampai ke tempat Rama berada sekarang. Beruntung jalanan tak macet.

Rifa memasuki warung makan tenda yang ramai. Ia meyakini itu adalah teman-teman dari kekasihnya.

"Ram, pacar lo tuh," bisik salah satu cowok sambil menyikut lengan cowok yang ada disebelahnya yang tak lain adalah Rama.

Rama menoleh dan tatapannya bertemu dengan Rifa saat itu. Ia berdiri dan menghampiri Rifa, ia juga menarik pelan gadis itu keluar warung.

"Kamu ngapain kesini?" tanya Rama pada gadis dihadapannya.

"Kita itu masih nggak sih?" Bukannya menjawab, Rifa malah memberikan pertanyaan lagi pada Rama.

"Masih," jawab Rama singkat. "Kamu belum jawab pertanyaanku. Kamu ngapain kesini?"

"Aku cuma mau memastikan hubungan kita itu masih apa nggak."

"Aku udah jawab kan kalo kita itu masih."

"Masih tapi kayak nggak ada," sindir Rifa.

"Aku sibuk."

"Kamu sibuk apa?! Nongkrong kayak biasa gini kamu bilang sibuk?"

"Aku kayak gini karena aku stress mau ujian, ngertiin aku."

"Kurang ngertiin gimana lagi aku ke kamu? Aku jarang kamu kasih kabar aku ngerti. Kamu jarang ada waktu buat aku, aku juga ngerti. Tapi pengertian aku nggak buat kamu sadar kalo aku juga butuh waktu kamu!" Nafas Rifa memburu. Dadanya naik turun mencoba mengontrol emosinya. Tapi karena emosinya yang sudah diujung membuat air matanya tanpa sadar menetes, ia buru-buru menghapusnya.

Keadaan hening. Hanya ada suara jalanan dengan kendaraannya. Rama menghela nafas berat dan menatap tajam gadis yang dihadapannya ini. "Terus mau kamu apa?" tanyanya.

Rifa menutup matanya dan hal itu membuat air matanya kembali menetes. Ia juga menggigit bibir bawahnya. "Ayo ki.. ki.. kita putus." Akhirnya kata-kata itu terlontar juga dari mulut Rifa walaupun dengan gugup.

Mata Rama membulat. Ia tak menyangka gadis dihadapannya ini mengatakan hal itu. "Kamu yakin?"

Rifa menunduk tak berani menatap Rama. Ia takut jika menatap cowok itu, keputusannya akan goyah. Ia mengangguk pelan.

"Liat aku. Coba kamu bilang lagi sambil liat aku." Rama memegang dagu Rifa dan mendongakkannya agar menatapnya. Wajah manis itu sekarang dipenuhi dengan air mata.

Rifa meneguk salivanya dengan susah payah. Ia memejamkan matanya dan menggigit bibir bawahnya.

"Coba kamu ulangi lagi sambil liat aku," ulang Rama. Mendengar itu, Rifa langsung membuka matanya. Terlihat dari sorot matanya terdapat keyakinan. Ia yakin sekarang dengan keputusannya.

"Ayo kita putus," ucap Rifa lugas. Rama menurunkan tangannya dan menatap gadis dihadapannya ini dengan tatapan kecewa. Jujur saja, ia masih sangat menyayangi Rifa. Sangat. Tapi ia tak dapat menahan seseorang untuk tetap bersamanya.

"Oke kalo itu maumu, semoga bahagia." Setelah mengucapkan itu, Rama langsung pergi dari sana. Bahkan ia sama sekali tak menoleh lagi kebelakang.

Rifa membekap mulutnya sendiri agar isakan tangisnya tak begitu terdengar. Ia juga langsung berlalu dari tempat itu dengan berjalan kaki. Ia juga terus-terusan mengusap pipinya, tapi usahanya sia-sia. Air mata terus mengalir.

Taksi lewat dan ia langsung melambaikan tangannya bermaksud menghentikan taksi itu. Ia langsung masuk dan menyebutkan alamat Reina. Ia bermaksud untuk menemui gadis itu dan menceritakan ini.

Ia mengetikkan pesan pada Reina.

Gue kerumah lo ya, ada yang mau gue ceritain ke lo.

Tak sampai semenit. Ia sudah mendapatkan balasan dari sahabatnya.

Reina
Yaudah langsung aja kerumah gue. Mumpung lagi pada pergi.

Ia hanya membacanya saja. Rifa langsung menyandarkan tubuhnya dan menatap keluar jendela. Suasana diluar terang, tapi tak sesuai dengan hatinya yang kelabu.

Jujur saja, ia juga masih mencintai mantan kekasihnya yang baru ia putuskan beberapa menit yang lalu. Sangat. Ia menghela nafas berat. Rifa sudah membuat keputusan.

***

Fairahmadanti1211

ReinAldo [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang