29. New Hair

191 21 0
                                    

Reina baru saja keluar dari kamar mandi dengan lilitan handuk di kepalanya. Ia baru saja selesai keramas.

Ia duduk didepan meja rias, melepas lilitan handuknya, dan menggosok-gosokkannya agar rambutnya cepat kering. Reina mengambil sisir dan menyisir rambutnya pelan.

Banyak rambut yang menempel pada sisir. Reina menarik rambutnya pelan dan yang ia lakukan membuat rambutnya semakin banyak yang rontok.

"Lho ini kok rambut gue pada gini?" tanyanya pada dirinya sendiri sambil menengadah telapak tangan berisi helaian-helaian rambut.

Reina mengulangi kegiatannya menarik rambutnya, mengeceknya lagi. Hasilnya masih sama, rambutnya tetap banyak yang rontok.

"Mamaaaaaa." Reina berteriak sambil berlari keluar dari kamar mencari Julia.

Julia yang asik menonton siaran berita di TV langsung menoleh saat ada yang memanggilnya. Ia melihat anak bungsunya tengah berlari menuruni tangga dengan tergesa. Terlihat sangat panik.

"Kenapa, sayang? Ini juga kenapa rambutnya nggak disisir?" tanyanya.

"Ini yang jadi masalahnya, Mah. Rambutku rontok kalo disisir, ditarik pelan aja banyak yang rontok." Reina mempraktekannya lagi, menarik pelan rambutnya. "Nih, Mah." Ia menengadahkan tangannya yang terdapat banyak rontokan rambut.

"Besok kasih aja lidah buaya yang rutin sebelum keramas biar kuat rambutnya."

"Sampo ku juga diganti dong, Mah."

"Pake lidah buaya aja dulu, biasanya juga pake sampo itu kan kamu cocok-cocok aja."

"Lha tapi ini kan bikin rontok, ya percuma aku pake lidah buaya kalo samponya belum diganti."

"Ya, besok." Reina mengangguk dan menuruti saran Julia tadi.

***

Sudah beberapa hari Reina mengikuti saran Julia untuk rutin memakai lidah buaya sebelum keramas, tapi semua itu tak memiliki efek apapun. Rambut Reina tetap rontok dari hari ke hari.

Saat ini Reina sedang duduk di karpet ruang keluarga menghadap TV, dibelakangnya terdapat sofa yang diduduki Julia dan Radit.

"Rein," panggil Radit yang langsung membuat Reina menoleh.

"Rambutmu jadi tipis, kayak orang penyakitan," sambung Radit. Reina memajukan bibirnya beberapa senti. "Lha aku udah minta Mama ganti sampo, tapi nggak diganti-ganti. Ya, jadi gini. Rontoknya tetep. Udah telat juga."

Julia yang dari tadi hanya diam langsung membalas, tak terima disalahkan. "Ya, kamu kenapa nggak beli sendiri langsung ke warung. Kenapa juga harus nunggu Mama yang beliin?!"

"Ya, orang nggak dikasih uang kok."

"Kan kamu nggak minta." Reina berdecak kesal, ia kalah dalam adu mulut dengan Mamanya.

"Dipotong aja, biar keliatan lebat dan rontoknya nggak begitu banyak," usul Radit.

Reina beralih menatap Mamanya. "Potongin."

"Ya, besoklah. Udah malem ini."

"Ya, udah." Reina langsung beranjak dari tempatnya menuju kamarnya. Ia ingin melanjutkan menonton drama saja di
kamarnya.

***

Pukul 9 pagi, Reina sudah bangun. Ia saat ini tengah duduk di karpet diantara kertas origami warna-warni yang ada disekelilingnya. Ia tengah membuat origami bintang.

Reina sengaja membuat itu, karena ia ingin menyambungkannya dengan benang dan digantung di dinding di bawah lampu tumbler miliknya.

ReinAldo [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang